BAGAIKAN pemain catur ulung, Presiden Leonid Brezhnev
menggerakkan bidaknya ke posisi yang mengejutkan. Segera timbul
kesan karenanya bahwa Uni Soviet sekali ini sungguh ingin
menghentikan perlombaan senjata nuklir di Eropa. Sementara pihak
NATO baru saja hendak memasang di negara anggotanya sejumlah
besar peluru kendali Pershing-2 bikinan Amerika.
Ketika membuka Kongres Serikat Buruh ke-17 di Moskow pekan lalu,
Brezhnev mengatakan pemerintahnya bersedia secara sepihak
menangguhkan penyebaran peluru kendali SS-20 jarak sedang di
kawasan Eropa Blok Soviet. "Kami menghentikan secara kualitatif
maupun kuantitatif persenjataan jenis ini dan menunda
penggantian peluru kendali lama SS-4 dan SS-5 dengan yang lebih
baru, SS-20." Selanjutnya, seperti diberitakan Tass, Brezhnev
menegaskan, penundaan itu akan tetap dilaksanakan hingga
tercapai persetujuan dengan AS mengenai pembatasan peluru
kendali jarak sedang di Eropa, atau sampai saat Amerika mulai
menemparkan peluru kendali Pershing-2 berikut roket peluncurnya
di daratan Eropa.
Kubu sarat cenderung menanggapi keterangan srezhnev itu suatu
prakarsa "kosmetik". Presiden Ronald Reagan spontan menolaknya
karena di daratan Eropa peluru kendali Soviet masih lebih unggul
300 lawan 0 terhadap AS dan sekutunya. Berbicara di oklahoma,
Reagan sebaliknya melempar gagasan: pihak Barat akan menahan
penyebaran peluru kendali di daratan Eropa, asalkan Moskow
bersedia melucuti seluruh persenjataan Soviet dari jenis yang
sama.
Menurut sumber Barat, meskipun ada penghentian, Blok Soviet teup
saja berjaya dengan 600 peluru kendali jarak sedang berkepala
nuklir yang cukup ampuh mengancam Eropa Barat. Karena itu pula
PM Inggris Margaret Thatcher segera memberi reaksi negatif.
"Pertama, penghentian itu berarti mengaman kan keunggulan Soviet
di panggung persenjataan nuklir," ucapnya di hadap an Majelis
Rendah. "Kedua, prakarsa in seolah menutup kenyataan bahwa
peluru kendali jarak sedang SS-20 dapat saja diarahkan ke
seluruh Eropa -- sama baiknya dari kedua sisi Pegunungan Ural."
Peluru kendali SS-20 yang berkepala nuklir tiga, masing-masing
dengan kekuatan pemusnah 140 kiloton, sebenarnya mudah sekali
dipindah-pindahkan. Meski ditempatkan di sisi timur atau
tepatnya di belakangan pegunungan Ural, wilayah Soviet, peluru
itu tetap bisa menjangkau semua sasaran di daratan Eropa.
Akan hal penundaan penggantian peluru kendali lama dengan yang
baru, menurut sumber NATO, hanya omongkosong. Mengapa? Peluru
kendali jenis lama (SS-4 dan SS-5) Soviet sudah mulai dilucuti
tatkala AS dan Uni Soviet berunding akhir November silam di
Genewa, khusus tentang pembatasan peluru kendali jarak sedang.
Perundingan ini disepakati akan dilanjutkan, musim panas ini
barangkali. Tapi sebelum saat itu tiba, Uni Soviet sudah lebih
dulu memasang kuda-kuda.
Setidaknya prakarsa "kosmetik" itu, di mata Barat, sekedar usaha
memecah persatuan rakyat Eropa yang memang memprotes penempatan
peluru kendal nuklir di kampung halaman mereka. Karir politik
Kanselir Helmut Schmidt bahkan sedang dipertanyakan di Jerman
Barat karena pemerintahnya mendukung rencana senjata nuklir
NATO. Partainya, SDP, yang tidak kompak dalam hal ini akan
berkongres April nanti.
Laporan intelijen NATO, hasil pengintaian satelit, mengemukakan
Uni Soviet sejak tahun lalu merencanakan penyebaran 333 buah
SS-20 yang seluruhnya jelas dapat membawa 999 kepala nuklir.
Atau hanya 10% belum terlaksana. Tapi Presiden Reagan
memperhitungkan bahwa baru 300 SS-20 yarig sudah rapi di
tempatnya masing-masing. Kalau ini benar, Uni Soviet sudah siap
siaga. Adapun gagasan penghentian penyebaran peluru kendali yang
menghebohkan itu sudah sejak lama acapkali diusulkan Kremlin.
Dan tiap kali ditolak pihak Barat karena kini daratan Eropa
belum memiliki peluru kendali satu pun juga.
Reagan, yang sejak mula mengandalkan kekuatan militer,
merencanakan penyebaran 572 peluru kendali Pershing untuk
mengamankan Eropa. Walaupun rencana besar itu ditentang rakyat
di benua itu, terutama pemerintah Inggris, Prancis dan Jerman
Barat semakin yakin bahwa abad nuklir sudah di ambang pintu.
Ancaman
Meski pelaksanaannya tersendat-sendat, Pershing-2 berikut roket
peluncurnya diperkirakan dapat "mengawal" Eropa, akhir tahun
1983. Rencana ini pun dikhawatirkan tidak lancar karena beberapa
kesulitan teknis. Pershing-2 merupakan peningkatan dari
Pershing-1. Berdaya jangkau 1.000 mil, pembuatan Pershing-2
ternyata sudah menghabiskan US$ 1,8 milyar, berarti US$600 juta
lebih mahal dari perhitungan semula. Dan ini hanya untuk 108
peluru kendali, padahal yang diperlukan 572 buah.
Andaikata Pershing-2 pada akhirnya dipasang di Eropa, senjata
yang berdaya musnah 400 kiloton dan sulit ditangkap radar itu,
dengan sendirinya menjadi saingan tangguh bagi SS-20. Maka
Brezhnev menilainya sebagai "tambahan ancaman bagi kami." Dan
bukan itu saja. "Ini memaksa kami untuk mengambil langkah
balasan, yang akibatnya bisa menempatkan pihak lain, termasuk AS
sendiri--wilayahnya--dalam posisi yang sama. Sebaiknya ini tidak
dilupakan."
Mendengar "isyarat" Brezhnev ini pihak Barat ramai lagi dengan
pelbagai tafsiran. Tapi sebagian besar condong pada satu
kemungkinan bahwa Uni Soviet akan melebarkan payung nuklirnya ke
Kuba. Meski tokoh nomor satu di Kremlin itu tidak menyebut Kuba,
kalangan Amerika khususnya langsung berpikir tentang peristiwa
Teluk Babi, 20 tahun silam. Dulu pemimpin Soviet Nikita
Khruschev pernah mencoba menempatkan peluru kendali di Kuba.
Presiden Amerika waktu itu, John F. Kennedy, menentang keras.
Puncaknya adalah krisis Teluk Babi yang kemudian menghasilkan
perjanjian bahwa peluru kendali Soviet musti menyingkir dari
Kuba untuk selama-lamanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini