PIMPINAN Angkatan Perang India tampak sibuk. Panglima AD
Jenderal Krishna Rao harus menunda kunjungannya ke Prancis.
Panglima AU Marsekal Dilbagh Singh segera memperpendek
perjalanannya di London. Bersama Menteri Pertahanan Ramaswamy 1.
Venkataraman, seluruh jajaran tertinggi militer India berada di
lapangan udara Palam, New Delhi. Dan Menteri Pertahanan Uni
Soviet, Marsekal Dimitri F. Ustinov, tiba dengan pesawat khusus
LLyushin-62.
Ustinov, 73 tahun, adalah tokoh tertinggi militer Soviet yang
datang ke India, sejak 1975. Mengenakan seragam yang ditaburi
oleh 11 medali di dada kirinya, Ustinov memperkenalkan 30
perwira tinggi Soviet dan 40 orang lainnya dalam sambutan
militer yang meriah. Mereka berada di India selama lima hari
pekan lalu.
Ini merupakan bulan madu kedua dalam hubungan India-Soviet,
setelah tahun 1971--di saat hubungan India-Pakistan meruncing
karena pergolakan di Pakistah Timur (kini Bangladesh). Sejak itu
keduanya telah saling mengikat, terutama lewat perjanjian
bantuan militer Soviet untuk India.
Mig-23
Hubungan keduanya itu telah menjadikan India (berpenduduk 666
juta) banyak berbelanja untuk mempersenjatai diri. Dari seluruh
anggaran militer di Asia (tidak termasuk Cina), India saja
mencakup 13% --atau nomor 2 besar sesudah Jepang (36%)
--dibandingkan dengan Indonesia cuma 6% (menurut Asia & Pacific
1981).
Bantuan teknik Soviet juga menjadikan India negara industri
ke-10 di dunia. Pabriknya di Bangalore, India Selatan, antara
lain telah (dengan lisensi) memproduksi Mig-21 dan pesawat
tempur Inggris-Prancis merk Jaguar. Konon India sedang mulai
memproduksi pesawat rmpur Soviet yang lebih baru lagi, Mig 23.
Uni Soviet memang pensuplai senjata terbesar untuk India. Di
tahun 1980 saja, India telah membeli US$1,6 milyar dari Uni
Soviet. Tapi jumlah nyatanya diduga lebih tinggi karena
pembelian India dibarengi dengan harga berdasarkan perjanjian
politis atau dengan persyaratan yang lunak.
Tentu saja India tidak "bermain mata" hanya dengan Uni Soviet.
Sebagai negara anggota kelompok nonblok, India juga telah
membeli kapal selam dari Jerman Barat, dan sedang mengadakan
pula negosiasi dengan Prancis untuk dapat membeli Mirage-2000.
Misi Ustinov mencoba mencegah India membeli Mirage-2000 ini.
Seorang komentator politik terkenal, G.K. Reddy, mengulas bahwa
kunjungan Ustirov ini ada hubungannya dengan kemungkinan akan
diproduksinya di India tipe baru perlengkapan militer Soviet
seperti tank T-82 dan pesawat interseptor Mig-27. Memang pada
akhir kunungannya belum ada perjanjian apa pun yang perlu
diperkuat dengan tandatangan, tapi Ustinov sendiri dalam
berbagai pertemuan, termasuk dengan PM Indira Gandhi--menurut
seorang jurubicara resmi India--telah membahas hal kerjasama
pertahanan.
Berbatasan dengan Cina yang dicurigainya, India jelas
membutuhkan hubungan yang lebih akrab dengan Uni Soviet. RRC
masih sering menjengkelkan India, terutama karena soal
perbatasan. Sementara pemerintahan Indira Gandhi tidak pernah
mengecam intervensi Soviet di Afghanistan. Bahkan India
mengakui rezim Heng Samrin di Kampuchea. Sikap India ini tentu
saja paralel dengan dukungan Soviet terhadap Heng Samrin yang
memihak Vietnam.
Masalahnya kini ialah apakah India akan menjadi ajang
pertarungan superpower. Sejumlah tokoh nasionalis India telah
gusar melihat pasukan Soviet enggan mundur dari Afghanistan,
sementara AS menjual pemburu F-16 dan sen]ata lain ke Pakistan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini