PADA suhu - 2C Moskow, untuk kedua kalinya dalam tempo 13 bulan, kembali menyaksikan upacara pemakaman kenegaraan bagi pemimpin tertinggi mereka. Bagaikan rekaman yang diputar ulang, pemakaman Konstantin Chernenko, Rabu lalu hampir tidak beda dengan upacara serupa bagi Yuri Andropov, setahun silam. Upacara bermula dengan peti jenazah yang bertolak dari Balai Serikat Buruh menuju Lapangan Merah. Selanjutnya peti diusung berkeliling mausoleum Lenin dan mencapai puncak pada tembakan salvo, dentang lonceng Kremlin, serta lengking peluit dari semua pabrik, kapal, dan kereta api di seantero negeri. Sampai saat peti diturunkan ke kubur, detail upacara boleh dikatakan persis sama. Begitu pula cium perpisahan dari sang Istrn Sebelum jenazah Chernenko ditempatkan di ujung kanan deretan para pendahulunya, Anna Dmitrievna dengan lembut mencium kening suaminya. Hal yang juga dilakukan Tatyana pada Mendiang Andropov. Bedanya, Anna sempat terisak-isak, sedangkan Tatyana menumpahkan luapan perasaan dengan mengelus rambut tipis suaminya. Walau cuma bisa jelas disaksikan lewat televisi, adegan-adegan kecil itu tampak amat menyentuh. Adegan itu mewakili sosok manusiawi dari pribadi seorang pemimpin Sonet, sekaligus menyelipkan sedlkit kehangatan, yang jarang ditemui di sekitar tembok Kremlin. Dan lewat kamera televisi yang rajin itu, penonton juga bisa mengamati gaya pidato Mikhail Gorbachev. Di tengah suasana upacara yang kaku, sekjen PKUS (Partai Komunis Uni Soviet) yang baru itu tidak tampil sebagai orator. Ia tampak biasa-biasa saja. Bahkan Gorbachev terlihat berbisik-bisik dengan beberapa anggota Politbiro yang berdiri di sekelilingnya, di tepi makam. Acap kali juga ia menoleh kanan-kiri tanpa menghiraukan pandangan khalayak yang tertuju kepadanya. Berbeda dengan para pendahulunya yang berusaha tampak gagah dan angker, Gorbachev kelihatan terlalu santai. Sekalipun begitu, penguasa baru Kremlin ini diperkirakan dapat menggerakkan roda ekonomi dan pembaruan negerinya. "Dia muda dan energetik," kata seorang warga Moskow. "Kami menggantungkan seluruh harapan kepadanya." Dalam pidato belasungkawa pada pemakaman Chernenko, Gorbachev mengutarakan beberapa hal yang memang pantas menumbuhkan optimisme. Dia memuji Chernenko sebagai "manusia perdamaian" dan - "pejuang tangguh komunisme". Dikatakannya, nama Almarhum patut dihubungkan dengan tiap upaya besar yang bertujuan mengakhiri lomba senjata dan melenyapkan ancaman nuklir. "Partai dan negara kita akan terus meningkatkan usaha ke arah perdamaian dunia," tutur Gorbachev. Dan, "Kremlin siap mempertahankan hubungan bertetangga baik atas prinsip hidup berdampingan secara damai." Kepada rakyat Soviet, Gorbachev berjanji akan menghargai kerja keras dan inovasi seraya bertekad memerangi "lagak sombong yang kosong melompong." Ucapan ini ditafsirkan sebagai sumpah jabatan yang sudah digariskan Gorbachev, sejak Desember lampau, sebelum terpilih sebagai sekjen PKUS. Sasarannya tiga: penataan kembali bidang produksi, penyempurnaan hubungan sosial, dan meningkatkan ketahanan jiwa kaum pekerja. Tapi jauh-jauh hari para pengamat sudah mengingatkan supaya Jangan mengharap terlalu banyak dari pemimpin muda itu. Jangankan dunia internasional, rakyat Soviet sendiri belum tentu bisa mencicipi perubahan dalam waktu dekat. Dengan laju pertumbuhan ekonomi 2% setahun (1970: 5,2%) semua pembaruan ekonomi dikhawatirkan bisa merusakkan sistem politik yang sudah lama mengandalkan kontrol terpusat. Gerak maju ekonomi upaya dan inovasi akan terbentur pada tembok birokrasi. Menghadapi tembok ini, Gorbachev tampaknya memilih jalur satu arah: dari bawah ke atas. Karena itu, dia menuntut disiplin dari kaum pekerja, tapi tidak segera menggalakkan kampanye antikorupsi terhadap aparat chik. Gorbachev terlalu hati-hati? HARUSLAH diingat, ia baru saja memasuki hari-hari pertama di Kremlin. Menurut bekas menlu AS Henry Kissinger, pemimpin muda itu memerlukan waktu 2-4 tahun untuk mengonsolidasikan - kekuatan. Sesudah itu, mungkin ia baru bisa mandiri, tidak lagi terikat pada kepemimpinan kolektif dengan segala komprominya. Sementara itu, dunia boleh menunggu, seraya menyaksikan penampilannya yang luwes, Sikapnya yang lebih terbuka. Gorbachev sendiri mengaku sangat berminat membina hubungan dengan Barat, tapi atas dasar timbal balik. Tanpa buang waktu, seusai pemakaman Chernenko, ia mengadakan serangkaian dialog dengan pemimpin berbagai negara. Gorbachev berbincang-bincang dengan wapres AS George Bush (85 menit), PM Margaret Thatcher (55 menit), dan dalam waktu lebih singkat dengan presiden Prancis Francois Mitterrand, PM India Rajiv Gandhi, serta kanselir Jerman Barat Helmut Kohl. Thatcher mengulangi keyakinannya bahwa pemimpin Soviet itu bisa diajak kerja sama, sedangkan Bush menaruh harapan tinggi padanya. Apa kesan pemimpin negara-negara Eropa Timur? Kehadiran Gorbachev disambut mereka sebagai tanda berakhirnya masa ketidakpastian di Kremlin. "Zaman pemimpin tua sakit-sakitan sudah lewat," komentar seorang tokoh. Sekalipun era Gorbachev belum menawarkan apa-apa, semangat muda tentu bisa lebih diandalkan. Kalau bukan untuk reformasi ekonomi - seperti yang sangat diharapkan beberapa negara Eropa Timur setidaknya untuk memahami itikad yang menggerakkan reformasi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini