MEDAN Perang Teluk kembali berkecamuk sejak dua pekan silam. Ratusan , rudal darat ke darat dihunjamkan Irak Teheran dan beberapa kota lainnya di Iran. Sebelum itu, pengeboman gencar, dua kali tiap satu menit, dilancarkan terhadap Dezful dan Abadan. Serangan udara atas kedua kota ini disebut Irak sebagai gempuran paling dahsyat sejak perang pecah 4 1/2 tahun lalu. Menurut seorang juru bicara militer di Baghdad, Irak akan mengganyang habis-habisan 30 kota di Iran sampai musuh jera dan tak mampu bertahan lagi. Tanpa menghiraukan batas waktu penghentian tembak-menembak yang ditetapkan PBB, Irak segera membuktikan ancaman setengah resmi itu. Sebuah pesawat tempur Irak menembus sejauh 400 km ke wilayah musuh, khusus untuk mengebom Isfahan. Setelah itu, menyusul serangan atas Teheran, yang terjadi Senin dan Kamis pekan lalu. Kabarnya, tiga roket yang ditembakkan ke ibu kota Iran itu jatuh 3 km dari vila kediaman Ayatullah Khomeini. Selepas gempuran, pemimpin tua itu bangkit dan angkat bicara. Ditegaskannya, serangan musuh tidak akan mengendurkan tekad Iran melanjutkan perang. "Angkatan bersenjata Iran yang tangguh sudah melayangkan tamparan keras ke muka (presiden Irak) Saddam Hussein. Akibatnya, dia kehilangan akal sehat dan melancarkan siasat jahat," kata Khomeini. "Siasat" Saddam dibalas Iran dengan gempuran rudal darat ke darat, yang menghantam Kota Kirkuk di utara Irak. Dilaporkan pula hasil serangan mendadak Iran di wilayah timur Sungai Tigris. Di kawasan rawarawa ini tentara Iran berhasil menghancurkan 35 tank Irak, merontokkan dua helikopter, membunuh serta melukai 300 prajurit musuh. Bahkan satu operasi militer Iran lainnya berhasil menimbulkan kerusakan berat di Baghdad. Sebuah bank bertingkat 13 di pusat Kota Baghdad memang tersambar ledakan, Kamis pekan lampau. Oleh Teheran, bencana itu diakui sebagai hasil gempuran rudal darat ke darat Iran. Sedangkan menurut Irak, ledakan itu ulah agen-agen Iran yang berhasil menyelundup ke Baghdad. Peristiwa yang lebih dramatis terjadi esok harinya di Teheran. Seorang manusia bom telah meledakkan diri bersama sebuah bom yang dibawanya di Universitas Teheran. Ledakan terjadi saat puluhan ribu orang melaksanakan salat Jumat. Enam tewas, termasuk pelakunya. Presiden Ali Khamenei yang kebetulan berada di tempat kejadian, menuduh kelompok oposisi Mujahiddin sebagai biang keladi peristiwa. Tapi kantor berita Iran, Irna, mempersalahkan Irak, yang lebih dulu mengatur segalanya, cuma saja pada detik terakhir gagal. Menurut Irna, pesawat tempur Irak menerobos wilayah udara Teheran persis pada saat ledakan terjadi. Tapi keburu dihadang tembakan meriam antipesawat udara. Walaupun korban terbilang sedikit, ledakan di siang bolong itu cukup membangkitkan amarah Khamenei. "Perbuatan keji seperti itu akan kami balas . . . ," katanya geram. Tapi janji ini tidak menenteramkan hati penduduk Teheran, terutama orang asing yang tinggal di sana. Bagi mereka, ibu kota Iran itu sudah tidak bisa dianggap aman. Maka, sejak akhir pekan lalu, Alitalia dan Lufthansa membuka penerbangan khusus untuk mengangkut pulang warga Italia dan Jerman Barat. Dikabarkan bahwa bandar udara Mehrabad penuh sesak dengan orang-orang yang ingin secepatnya meninggalkan Teheran. Sampai pada tahap ini Irak boleh dikatakan berhasil menggoyahkan pertahanan Iran, tapi belum bisa menggiring negeri itu ke meja perundingan. Sekalipun begitu, menlu Irak Tariq Aziz sudah mengimbau sekJen PBB Javier Perez de Cuellar untuk menghubungi langsung kedua pihak yang bersengketa sebagai rintisan awal ke arah gencatan senjata. Dari sini terkesan kemantapan strategi Baghdad. Oleh Irak, eskalasi di medan perang coba diimbangi dengan eskalasi di bidang diplomasi, hingga akhirnya - kalau semua berjalan menurut rencana - bisa menggunting Iran di satu titik: perdamaian. Teheran bukan tidak menangkap isyarat ini. Tapi tujuan penguasa di sana tidak berubah: menggulingkan presiden Irak, Saddam Hussein. Kini, peluang untuk itu justru kian sempit. Seraya mengulur-ulur waktu, ketua Majelis (Parlemen) Iran Hojatoleslam Hashemi Rafsanjani bicara, "Serangan besar-besaran yang akan dilancarkan bila syarat-syaratnya memungkinkan dan . . . bukan sekarang." Isma Sawitri Laporan kantor berita dari Bahdad dan Teheran
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini