Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

George Soros Ingatkan China di Ambang Krisis Ekonomi, Alasannya?

Miliarder asal Amerika Serikat, George Soros mengingatkan China sedang menghadapi krisis ekonomi akibat ledakan real estat tahun lalu.

2 Februari 2022 | 14.35 WIB

George Soros.  ANTARA/Widodo S. Jusuf
Perbesar
George Soros. ANTARA/Widodo S. Jusuf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Investor asal Amerika Serikat George Soros mengingatkan China sedang menghadapi krisis ekonomi setelah ledakan real estat berakhir tahun lalu. Miliarder itu mengatakan dalam pidatonya di Institut Hoover Universitas Stanford pada Senin, 31 Januari 2022 bahwa Presiden Xi Jinping mungkin tidak dapat memulihkan kepercayaan pada industri yang bermasalah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Industri real estat China dilanda serangkaian gagal bayar oleh pengembang dan penurunan harga tanah dan apartemen. Menurut George Soros, ledakan real estat China didasarkan pada model tidak berkelanjutan yang menguntungkan pemerintah daerah dan mendorong orang untuk menginvestasikan sebagian besar tabungan mereka di properti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kebijakan pemerintah menyulitkan Evergrande, raksasa real estat China membayar utangnya. Evergrande terlilit kewajiban lebih dari US$ 300 miliar termasuk US$ 19 miliar obligasi luar negeri.

Evergrande telah berjuang selama berbulan-bulan mengumpulkan uang tunai untuk membayar pemberi pinjaman. "Masih harus dilihat bagaimana pihak berwenang akan menangani krisis ini," kata Soros, selama diskusi panel tentang perkembangan di China dan bagaimana Amerika Serikat harus merespons.

"China mungkin telah menunda menangani (Evergrande) terlalu lama, karena kepercayaan orang sekarang telah terguncang," katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, George Soros kerap mengkritik pemimpin China Xi Jinping dan Partai Komunis yang berkuasa.

Menurut China, Xi Jinping sedang menghadapi risiko dari pasar properti. Penurunan harga properti akan membuat investor melawan Xi Jinping. "Xi Jinping memiliki banyak alat untuk membangun kembali kepercayaan," kata George Soros.

Tahun lalu ekonomi China tumbuh 8,1 persen di atas target yang ditetapkan pemerintah. Namun pertumbuhan melemah di akhir 2021 akibat krisis real estat, wabah Covid baru, dan pendekatan ketat Beijing untuk mengendalikan virus. Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat secara dramatis menjadi 4,8 persen pada tahun 2022.

Baca: China Selidiki Dugaan Penipuan Asuransi oleh Pegawai AstraZeneca

CNN

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus