Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gorbachev oleng

Pkus mengalami krisis kepercayaan.beberapa negara bagian ingin lepas dari kendali moskow.gorbachev harus merubah struktur pemerintahan bila ingin menyelamatkan glasnost & perestroika.

10 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GORBACHEV OLENG Jadi atau tidak Mikhail Gorbachev mengundurkan diri dari kursi Sekjen, ia memang lagi meniti tambang. Sebuah dokumen yang bocor mengatakan ia harus mengubah pemerintahan dan struktur Partai, bila ingin menyelamatkan glasnost dan perestroika. BOM itu memang tak jadi meledak. Mikhail Gorbachev, pemimpin Soviet yang mengubah sejarah, dikabarkan oleh televisi AS CNN pekan lalu, bahwa ia hendak mengundurkan diri pekan ini. Segera, kabar yang bisa jadi bom itu dibantah oleh yang bersangkutan. Dunia tak jadi gempar. Tapi, jadi atau tidak pemimpin Soviet yang sangat berani mengambil risiko itu mundur, tampaknya ia sedang menghadapi saat yang menentukan. Isyarat kegawatan itu disinyalir oleh surat kabar Prancis ternama, Le Monde. Selasa pekan lalu surat kabar itu memuat kutipan dari naskah yang disebut-sebut sebagai bahan pertimbangan dari para penasihat Gorbachev. Dalam naskah rahasia yang bocor itulah dikatakan bahwa Mikhail Gorbachev tak akan bisa melanjutkan kebijaksanaan politik keterbukaan dan pembaruannya bila ia tak mengubah pemerintahannya. Yakni bila ia tak segera mengambil jarak dari para pemimpin yang mencoba mempertahankan komunisme ortodoks dalam Politbiro Partai Komunis Uni Soviet (PKUS). Menurut para penasihat itu, PKUS sedang mengalami krisis kepercayaan dari rakyat. Memang, pemimpin Partai Komunis di negara-negara bagian cenderung melepaskan diri dari kendali Moskow. Yang sudah terang-terangan menyatakan ingin memisahkan diri adalah Partai Komunis di Republik Lithuania, salah satu republik di Baltik yang Partai Komunisnya mengalami kekalahan dalam pemilu regional tahun lalu. Bahkan di Ganja, kota terbesar kedua di Republik Azerbaijan, belum lama lalu sejumlah anggota Partai mencampakkan kartu anggotanya, menginjak-injaknya, dan membakarnya. Yang lebih repot lagi, menurut naskah rahasia itu, para pemimpin garis keras yang menentang glasnost dan perestroika kini mencoba mempengaruhi kaum pekerja agar menolak pembaruan politik dan ekonomi Gorbachev. Dengan kata lain, tanpa mengubah struktur pemerintahan, pemimpin sosialis yang membiarkan sosialisme di Eropa Timur mencair itu tak mungkin mempertahankan politik pembaruannya. Ia terancam terdepak. Adapun saran para penasihat, Gorbachev mesti cepat "mengukuhkan pemerintahan presidensiil, dan menciptakan sistem kepartaian yang baru." Bila itu tak segera dilakukan, risiko yang dipertaruhkan bukan cuma kursi kepemimpinan Gorbachev, tapi nasib rakyat Uni Soviet. Negeri ini, kata para penasihat itu, terancam pergolakan "yang lebih buruk daripada peristiwa Tiananmen dan huru-hara di Rumania." Surat kabar Le Monde tentu tak mengada-ada. Pencetus pembaruan sosialisme itu, Gorby, yang bulan depan genap 5 tahun berada di pucuk pimpinan PKUS, sedang dipepet di dalam Politbiro. Dari 12 anggota Politbiro, kini cuma dua orang yang benar-benar menyokong dia dengan segala gagasannya. Yakni Alexander Yakovlev, 67 tahun, doktor sejarah yang mengurusi politik internasional di Politbiro. Yang kedua, Menlu Eduard Shevardnadze, 62 tahun. Kesembilan anggota yang lain -- kecuali Ketua Urusan Ideologi PKUS Vadim Medvedev dan Ketua KGB Vladimir Kryuchkov yang masih kadang kala mendukung Gorbachev -- benar-benar tak sehaluan dengan sekjennya. Tampaknya, Gorbachev memang mempercayai para penasihatnya. Setidaknya, untuk menghadapi pemilu regional yang direncanakan diadakan Maret mendatang, dalam Sidang Komite Sentral PKUS pekan ini, sudah disiapkan sejumlah usul perubahan dalam struktur kepemimpinan Partai. Menurut buletin Interfax, media cetak yang diterbitkan oleh Radio Moskow, direncanakan akan ada pengurangan jumlah anggota Komite Sentral dari 500 orang menjadi hanya 200. Lalu, di pucuk PKUS direncanakan tak akan cuma ada sekjen, tapi juga dua wakil sekjen. Artinya, akan ada orang kedua dan ketiga dalam pimpinan Partai. Selama ini yang ada hanyalah orang pertama, yakni sekjen. Adakah itu merupakan persiapan untuk mengembalikan jabatan sekjen sebagaimana di masa Lenin? Belum jelas benar. Di masa itu sekjen tak punya kewenangan dalam kebijaksanaan politik. Kekuasaan politik baru belakangan ditambahkan oleh Stalin, dan sekjen model Stalin inilah yang laku sampai sekarang. Interfax pun menyebut-nyebut adanya lembaga baru bernama Komite Eksekutif Politik. Adakah ini merupakan nama baru dari lembaga Sekretariat Politbiro, atau memang hal baru. Bila itu lembaga baru, besar kemungkinan di lembaga ini Gorbachev akan duduk, dan itu berarti ia akan melepaskan jabatan sekjennya. Sekarang ini, apa pun kata konstitusi Soviet, kenyatannya Partai dan Politbirolah yang memutuskan kebijaksanaan pemerintah, mengontrol anggaran negara, dan memberi komando kepada militer. Lembaga pemerintahan di bawah presiden sesungguhnya tak mempunyai kekuasaan nyata. Baru belakangan ini komando kepada militer, yang dulu dipegang oleh sekjen, sudah dipindahkan ke tangan presiden. Bila hal ini tak menimbulkan guncangan, kebetulan di masa kini jabatan sekjen dan presiden berada di satu tangan, Mikhail Gorbachev. Bila semua rencana perubahan ini menjadi topik Sidang Komite Sentral pekan ini, mau tak mau tampaknya monopoli kekuasaan Partai di Uni Soviet segera runtuh. Apalagi tampaknya Sidang sulit menolak usul diterapkannya sistem multipartai. Dari analisa yang antara lain dibeberkan oleh Elizabeth Teague dalam The New York Times, kemungkinan Gorbachev meletakkan jabatan sekjennya memang masuk akal. Dan inilah rupanya cara terbaik menyelamatkan glasnost dan perestroika. Dan cara lihai Gorbachev menyelamatkan diri dari PKUS yang mulai goyah -- yang sebenarnya sudah tak menghendaki kepemimpinannya juga -- sambil sementara itu tetap memegang kekuasaan politik tertinggi, entah sebagai presiden atau sebagai, ketua Komite Eksekutif Politik. Atau, akankah Gorbachev jatuh, dan PM Ryzhkov naik, seperti diharapkan oleh kelompok garis keras? Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus