Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur Bank Sentral Italia Fabio Panetta pada Jumat, 26 Januari 2024, memperingatkan menggunakan mata uang euro sebagai sebuah alat untuk menjadi sanksi–sanksi akibat perang dan sengketa politik, bisa merusak citra mata uang euro dan posisinya. Ucapan Panetta itu disampaikan terkait pembekuan aset-aset milik Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2022 Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Kanada telah membekukan sekitar USD300 miliar (Rp4.774 triliun) aset-aset milik Bank Sentral Rusia sebagai bagian sanksi terkait perang Ukraina. Sekitar USD 200 miliar (3.163 triliun) aset Bank Sentral Rusia yang ditahan di Uni Eropa, yang sebagian besar disimpan di Euroclear.
Uni Eropa saat ini sedang berupaya menjalankan rencana memberlakukan pajak rezeki nomplok terhadap keuntungan yang diperoleh Euroclear yang diperoleh dari dana yang dibekukan tersebut, dan langkah Uni Eropa untuk tidak menyita uang tersebut. Akan tetapi, Italia skeptis dengan langkah yang melibatkan aset-aset tersebut dengan alasan menjadikan aset-aset tersebut sebagai ‘alat’ bisa mendorong keraguan para investor terhadap keamanan menyimpan aset di Uni Eropa dan keluar dari pasar Benua Biru. Pada akhirnya, ini bisa melemahkan mata uang Euro.
“Kekuatan ini harus digunakan dengan bijak,” kata Panetta, mengacu pada mata uang euro sebagai cadangan mata uang dunia.
Menurutnya, hubungan internasional adalah bagian dari permainan berulang. Menjadikan mata uang sebagai senjata, bisa mengurangi daya tariknya dan mendorong munculnya mata uang alternatif. Data resmi memperlihatkan, terjadi kenaikan penggunaan jumlah mata uang yuan dalam perdagangan antara Cina dan Rusia baru-baru ini sebagai buntut dari sanksi-sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat. Sanksi telah membuat Rusia sulit menggunakan mata uang USD dan euro untuk perdagangan lintas negara.
“Otoritas Cina telah secara eksplisit mendorong penggunaan mata uang Yuan di tingkat dunia dan mendorong penggunaan penggunaannya di negara-negara lain, termasuk negara yang kena sanksi oleh komunitas internasional menyusul invasi ke Ukraina,” kata Panetta. Dia menambahkan, porsi perdagangan Cina dengan mata uang Yuan sudah naik dua kali lipat dalam tempo tiga tahun terakhir hingga memungkinkan Yuan mengambil alih mata uang euro sebagai mata uang terbesar kedua di dunia yang digunakan dalam perdagangan.
Sumber: RT.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini