SITUASI di Mexico City telah normal kembali. Pekan lalu, kemacetan lalu lintas, acara rutin di kota berpenduduk 18 juta jiwa itu, sudah mewarnai lagi ibu kota Meksiko tersebut. Maka, banyak ambulans dan kendaraan petugas penolong korban gempa terpaksa dikawal polisi dengan sirene meraung-raung. Kecuali itu, bagi orang yang baru mendarat di Mexico City tak banyak tanda-tanda bahwa kota itu belum lama dihajar gempa berkekuatan 7,5 dan 7,3 pada skala Richter. Padahal, korban yang jatuh cukup banyak. Hingga Senin pekan ini, pihak kepolisian mencatat telah menemukan 5.200 mayat 8.334 korban yang cedera, dan 1.500 korban lainnya yang masih terperangkap di sela-sela tumpukan puing. Intersecretariat Government Committee memperkirakan masih sekitar 2.000 lagi yang terperangkap hidup atau mati. Hampir 90% dari 1.132 bangunan yang rusak dihajar gempa pada 20 dan 22 September itu terletak di pusat perdagangan dan pusat pemerintahan - terutama di kawasan Cauhtemoc. "Sekitar 80% dari bangunan yang roboh itu dibangun - atau milik - pemerintah," kata seorang sopir taksi dengan sinis. Lantas la menunjuk bangunan-bangunan kuno yang masih tegak berdiri di samping reruntuhan bangunan pemerintah. Dengan berang Adolfo Lugo Verduzco, ketua Institutional Revolutionary Party, berucap, "Korupsi sebenarnya tidak hanya terjadi di kalangan pejabat pemerintah, tapi juga pada para kontraktor, insinyur, pemilik bangunan, dan calo." Tudingannya bukannya tidak beralasan. Gempa sempat merobohkan perumahan murah rakyat bertingkat 16 di Ciudad Tlatelolco. Kerusakan terparah terjadi di gedung Nuevo Leon: baru 13 penghuni yang ditemukan hidup, 100 lainnya sudah menjadi mayat, dan diperkirakan masih ada 1.200 lagi terperangkap tanpa bisa dipastikan keadaannya. Padahal, dua bulan sebelumnya, para penghuni flat itu sempat melakukan protes atas kualitas bangunan itu. Namun, protes tersebut tidak mendapat tanggapan sedikit pun. "Yang pasti, saya tidak mau tinggal di sini lagi," kata seorang wanita penghuni flat ltu. Pemerintah mencatat 17.325 orang kehilangan tempat tinggal. Tapi media setempat, dengan mengutip sumber tidak resmi, memperkirakan jumlahnya 50 ribu orang. Sebagian besar korban memilih bertahan di taman-taman dekat reruntuhan rumah mereka daripada mengungsi ke tempat yang sudah disedia-kan. Mereka takut, pindah tanpa mendapat kompensasi dari pemerintah. "Kami tidak mau meninggalkan Tlatelolco," ujar Jorge Gomez. Penghuni flat di sebelah Nuevo Leon ini bertahan dengan memakai kain penutup hidung guna menghindari sergapan abu reruntuhan dan bau mayat. "Tempat ini milik kami," tambahnya. Masalah penyakit yang timbul akibat mayat-mayat tertimbun memang menghantui pemerintah Meksiko. Dinas kesehatan setempat membantah desas-desus tentang adanya epidemi. Tak kurang Presiden Miguel de la Madrid berjanji tidak akan menggunakan dinamit untuk merobohkan sekaligus gedung yang rusak. Hingga pekan ini, pelaksanaan fumigasi masih dilakukan dengan hati-hati agar tidak mencelakakan korban, yang diduga masih hidup di antara timbunan puing. Korban yang selamat memang ditemukan terus. Bahkan seorang bayi berusia 13 hari ditemukan masih hidup di sela-sela reruntuhan RSUP bertingkat 12. Keesokannya, di tempat yang sama, masih ditemukan lagi dua bayi lainnya dan seorang dokter wanita yang belakangan terpaksa diamputasi kakinya. Namun, masih ada 400 orang lagi (dokter, perawat, dan pasien) yang belum diketahui nasibnya di lokasi bangunan rumah sakit yang memiliki 504 tempat tidur dan 12 ruang operasi itu. Regu-regu penyelamat mulai pesimistis dengan makin bertambahnya waktu. "Korban biasanya hanya bisa bertahan 4-7 hari atau kalau air tersedia bisa sampai 14 hari," kata seorang anggota regu penyelamat dari Swiss. Karena itu, beberapa tim penolong merencanakan penghentian usaha penyelamatan mereka, Sabtu ini. "Sudah tidak banyak lagi yang bisa kami bantu," ujar Anna Maria, anggota tim penolong Bala Keselamatan dari Los Angeles. Berapakah kerugian akibat bencana alam ini? Menurut seorang pejabat perusahaan asuransi, "Hanya 10% bangunan di sini diasuransikan terhadap gempa, dan 8-10% penduduk yang mau menutup polis asuransi jiwa." Itu saja sudah berarti, pihak asuransi harus mengeluarkan sekitar US$ 250 juta. Sementara itu, beberapa universitas di Meksiko memperkirakan kerugian keseluruhan akibat gempa US$ 5 milyar. Kendati memikul kerugian sebesar itu, pemerintah Meksiko menampik tawaran pinjaman darurat dari Amerika dan beberapa negara lainnya, yang berjumlah US$ 3 milyar - termasuk bantuan pangan seharga US$ 600 juta. Bisa dime-ngerti sikap Meksiko tersebut, seperti yang dikatakan oleh Menlu Bernardo Sepulveda Armor di depan Sidang Umum PBB mewakili presiden, "Kami membayar rata-rata US$ 12 milyar setahun untuk menutup utang. Itu berarti sudah melebihi separuh pendapatan ekspor kami." Sementara itu, kementerian keuangan Meksiko, Agustus lalu, mengungkapkan angka inflasi sebesar 59% - lebih besar dari angka yang diperkirakan IMF sebelumnya yaitu 35%. Akibat keadaan morat-marit itu sudah mulai terasa: pemerintah mulai melakukan PHK di antara pegawai negeri. Rencana menaikkan harga BBM dan ongkos transpor hal yang paling banyak menyerap subsidi-sedianya Oktober ini, tampaknya masih ditangguhkan. Dan untung bencana alam ini tidak memporak-perandakan industri minyak, yang menjadi tulang punggung pendapatan negara. Satu-satunya industri yang terkena adalah industri baja Lazaro Carderras Steel. Namun, banyak ekonom berpendapat, kerusakan itu sudah cukup menjadi alasan pemerintah untuk menutup industri yang banyak menghamburkan biaya. J.R.L Laporan Bambang Harymurti (Mexico City)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini