LAHAD Datu, pukul 14.00. Dua puluh lelaki berambut panjang, dengan ikat kepala merah, terlihat turun dari dua pump boat (sejenis tongkang), yang baru saja merapat di dermaga Bea Cukai Sabah pada 23 September siang itu. Mereka yang bertugas merampok, ada yang langsung menuju kantor perwakilan perusahaan penerbangan MAS dan, tanpa banyak kesulitan, mereka menggasak M$ 5.300. Ada pula yang menuju bank di kota itu. Sementara perampok itu menguras kas bank sekitar M$ 195.000, kawanan lainnya menembakkan roket ke barak polisi 100 meter dari situ. Dan polisi membalasnya. Setelah gerombolan itu melarikan diri sambil membawa hasil jarahan, mereka meninggalkan korban: 10 orang tewas dan 11 lainnya luka-luka. Paginya, polisi menemukan sebuah pump boat perompak. Di dalamnya terdapat 25 pucuk senjata M-16 dengan 110 butir pelurunya, dan empat peluncur roket. Tidak jauh dari situ ditemukan lima mayat terapung. Seorang memakai jaket tentara bertuliskan South Com (Komando Selatan) - lambang gerilyawan Filipina MNLF. Siapakah pelaku perampokan itu? Kepala Polisi Negara Bagian Sabah, Datuk Haji Mohamed Noor Khamis, mengelak kemungkinan bahwa perampokan didalangi oleh gerilyawan separatis Moro. Sebuah sumber menduga, "Lebih masuk di akal kalau dikatakan mereka itu tentara Filipina." Tapi perampokan pekan lalu itu tak ayal menimbulkan ketakutan di kalangan penduduk. Roda perekonomian sempat macet, sekolah tutup karena orangtua murid enggan melepaskan anak-anak mereka. Karena itu, pemerintah pusat langsung menurunkan 250 polisi memperkuat 20 rekan mereka yang memang ditempatkan di sana. Tak jelas sampai kapan tenaga bantuan itu akan ditempatkan di Lahad Datu yang berpenduduk 2.000 jiwa. Sebab, peristiwa perampokan semacam itu bukan pertama kali terjadi. Menurut catatan, sejak 1979, Sabah sudah 11 kali diserang gerombolan bersenjata. Bahkan pada Agustus tahun lalu, segerombolan perampok bersenjata api menyerang sebuah tongkang yang sedang mengangkut 51 penumpang dari Semporna, Sabah, menuju Si Tangkay, Filipina Selatan. Mereka membunuh 33 penumpangnya (termasuk 7 wanita dan 3 anak-anak), menculik tiga gadis belasan tahun, sebelum membiarkan penumpang lainnya terombang-ambing di lautan bebas. James R. Lapian Laporan Ekram H. Attamimi (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini