Seandainya Nabi Muhammad dan Nabi Isa dibangkitkan untuk
meyakinkan orang-orang Islam dan Kristen di kalangan bangsa
Arab, agar mereka membuka tapal batas mereka dengan Israel,
mereka tetap akan menolaknya.
-- Presiden Anwar Sadat
UCAPAN Sadat ini tersiar jauh sebelum berlangsungnya kunjungan
Sekjen PBB, Kurt Waldheim, ke Timur Tengah. Pesimisme?
Sebaliknya. Sadat justru orang yang paling berharap tercapainya
perdamaian di Timur Tengah. Bulan silam, Sadat secara terbuka
menyatakan kesediaannya untuk menandatangani pernyataan
pengakuan terhadap hak hidup negara Israel. "Saya siap pergi ke
Jenewa dan menandatangani pernyataan damai dengan Israel",
katanya. "Jika saya duduk di samping orang-orang Israel dengan
menandatangani dokumen yang sama, tidakkah itu bisa ditafsirkan
bahwa saya mengakui mereka? Saya toh tidak menandatangani
sesuatu bersama setan".
Buat para pengamat masalah Timur Tengah, harapan Sadat agar
perdamaian lahir memang tak mengejutkan. Ekonomi Mesir terus
memburuk sejak perang 1973 yang lalu. Kenaikan harga yang
ditetapkan pemerintah bulan silam telah menimbulkan huru-hara
yang menelan sejumlah besar jiwa manusia. Bantuan cuma-cuma
negara Arab penghasil minyak, sebesar 570 juta dolar setiap
tahun, juga tidak banyak menopang bangunan ekonomi Mesir. Di
bidang persenjataan, Mesir juga berada dalam posisi yang amat
rawan. "Hampir tidak ada penggantian senjata yang dilakukan
Mesir sejak perang Yom Kipur tahun 1973 yang lalu", tulis
seorang ahli pertahanan Inggeris. Ini akibat embargo Uni Soviet
terhadap Mesir.
Israel Juga
Meskipun secara militer Israel masih berada jauh lebih kuat dari
Mesir, tapi perang dan siaga perang yang dihadapi negara Yahudi
ini juga membawa akibat ekonomi yang cukup parah. "Baik Mesir
maupun Israel, keduanya membutuhkan perdamaian secepat mungkin",
kata seorang pengamat Timur Tengah. Akibat tekanan ekonomi yang
dirasakan oleh Israel, berita-berita mengenai mengalirnya
emigran dari Israel ke negara-negara Amerika Selatan kini bukan
berita menarik lagi.
Pada saat yang sama, posisi pihak Palestina juga dalam keadaan
buruk. Akibat gempuran-gempuran Jordania di tahun 1971,
pertempuran dengan Suriah di Libanon tahun 1976, kekuatan
gerilyawan Palestina sekarang ini memang sedang kurang
meyakinkan. "Dalam keadaan tidak mempunyai basis operasi, mudah
dimengerti bahwa saat inilah saat terbaik bagi negara-negara
Arab untuk menjinakkan orang-orang Palestina itu, agar mau
menerima kenyataan yang realistis", komentar sebuah tajuk
rencana di Jenewa dua pekan silam.
Melemahnya posisi Palestina ini tidak otomatis mempercepat
terjadinya perdamaian. Israel menolak untuk duduk bersama PLO di
sidang Jenewa yang kini dijajaki kemungkinannya oleh Waldheim
itu - dan posisi Israel makin kuat karena Palestina lemah. "Soal
PLO itu memang soal yang amat pelik dalam usaha ini", kata
sekjen PBB itu di Jenewa, beberapa saat sebelum memulai
penerhangannya ke Kairo dua pekan silam.
Kenyataan bahwa Waldheim menemui Yasser Arafa, menunjukkan
bahwa Amerika Serikat -- yang mendukung missi sekjen PBB itu --
ada memberi lampu hijau bagi kemungkinan dilibatkannya PLO dalam
perundingan di Jenewa. Konperensi Jenewa bagi Waldheim adalah
usaha terakhir. "Kalau gagal, terpaksa Dewan Keamanan PBB harus
bersidang", begitu ia berkata di Kairo. Beberapa hari sebelumnya
pembesar PBB itu dikutip juga sebagai berkata: "Kalau konperensi
Jenewa gagal, perang yang dahsyat dalam waktu dekat nampaknya
sulit dihindarkan".
Di atas kertas atau dalam ruang perundingan semua soal
kelihatannya makin lebih mudah diselesaikan. Presiden Sadat
sudah dengan jelas menerima persyaratan Israel mengenai negara
Pa]estina di jalur Gaza dan tepi barat sungai Yordan "supaya
disatukan dengan salah satu negara Arab". Sadat bahkan bersedia
memberikan jaminan keselamatan dan integritas wilayah kepada
Israel "dengan sebuah pakta militer IsraelAmerika Serikat sekali
pun".
Pekan silam, Menlu Cyrus Vance menjelajahi enam negara Timur
Tengah. Dimulai dengan kunjungan singkat ke Jerussalem, Vance
kemudian melanjutkan perjalanannya ke Kairo. "Kami kemari tidak
dengan sebuah rencana penyelesaian melainkan sekedar melakukan
penjajagan", kata seorang pejabat tinggi Deplu Amerika yang
menyertai Ynce. Mungkin karena perjalanan pertama Menlu Vance
yang bersifat penjajagan itulah maka sebuah majalah di Kairo
melukiskan pejabat tinggi Amerika itu di kulit luarnya sebagai
seorang anak sekolah dengan buku di bawah ketiaknya.
Bersama dengan Waldheim dan Vance, sejumlah tokoh lain juga
melakukan penjajagan ke arah sebuah perundingan damai di Timur
Tengah. Prakarsa Pierre Mendez France, bekas Perdana Menteri
Perancis, telah membuahkan pertemuan tidak resmi antara
pemuda-pemuda Palestina dan Israel di Paris selama enam kali.
Tanggal 15 Maret mendatang pertemuan yang ketujuh akan
berlangsung. Surat kabar Kuwait, Al Siyasa, ada pula menyiarkan
berita pertemuan Presiden Pantai Gading, Felix Houphouet, dengan
Perdana Menteri Israel, Rabin, di Jerussalem. Pembicaraan itu
kabarnya menghasilkan "prakarsa damai baru dan sensasionil
antara Israel dan Palestina".
Pertemuan berbagai pemimpin di berbagai negara Arab di antara
mereka atau dengan orang luar, pertemuan ranasia dengan Israel
atau nsaha apa saja lainnya, memang bisa makin mempercepat
dicapainya keadaan damai. Tapi damai sesungguhnya akan segera
tercapai jika antara Washington-Moskow terdapat persesuaian
faham mengenai soal sengketa itu. Moskow-lah yang amat mendesak
agar sekjen PBB melakukan prakarsa agar konperensi Jenewa cepat
bersidang, setelah terlantar begitu saja sqak bulan Desember
1973.
Desakan Moskow tidak bisa segera dinilai sebagai didorong oleh
hasrat ingin melinat perdamaian bersemi di Timur Tengah. Setelah
kehilangan peranan oleh diplomasi bulu tangkis Kissinger
beberapa waktu silam, Moskow tidak ingin lagi mengalami
kekalahan yang sama setelah terjadi pergantian pemerintahan di
Washington. Maka sebelum Presiden Carter sempat menggarap Timur
Tengah, Brezhnev maju lebin dahulu. Dengan bersidangnya kembali
konperensi Jenewa, Moskow bisa ikut main. Sebab bersama Amerika,
Uni Soviet juga salah satu ketua konperensi yang diharap membawa
perdamaian itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini