BERIKUT ini hasil tanya jawab TEMPO dengan Cosmas Batubara yang
mewakili Golkar dalam wawancara ini. Gosmas, 38 tahun, adalah
Sekretaris Bidang Organisasi dan Pendidikan DPP Golkar.
Wawancara mengambil tempat di kantor baru DPP Golkar yang
terletak di sudut jalan Merdeka Utara dan Majapahit. Jakarta.
Silakan pembaca mengikuti dan menilai jawaban-jawabannya di
bawah ini, tentang pelbagai masalah yang penting.
T: Apa tema kampanye kali ini?
J: Kami memakai tema "Peningkatan pembangunan dan perataan
hasil-hasilnya". Jadi ada peningkatan dari konsep Golkar tahun
1971 yang bertema "Akselerasi pembangunan 25 tahun". Tentang
perataan, maksudnya daerah-daerah secara merata kita bangun
berikut segala aspek-aspeknya. Termasuk tentunya aspek keadilan
sosial.
T: Bagaimana keinginan Golkar dalam hal keadilan sosial dan
keadilan hukum ?
J: (sambil membuka lembaran-lembaran buku Keputusan Rapim
Paripurna III Golkar): Kami sudah punya Pokok-pokok pikiran
dalam bentuk Deklarasi Pembangunan yang merupakan kerangka kami
untuk penyusunan Pelita III. Khusus mengenai pembangunan hukum,
titik beratnya pada perlindungan atau pengayoman seluruh
warganegara. Dengan demikian kami tidak menginginkan adanya
pembedaan-pembedaan. Semua warganegara sama di depan umum.
T: Akhir-akhir ini pimpinan Fraksi Karya di DPR banyak bicara
soal korupsi, hukum dan keadilan. Bagaimana penilaian Golkar
terhadap pemerintah dalam pelaksanaan keadilan hukum dan sosial?
J: Apa yang kami lakukan di DPR adalah manifestasi
keinginan-keinginan Golkar. Menjadi sikap dasar dan cita-cita
kami, adanya aparat pemerintah yang berwibawa kuat efektif,
efisien dan bersih. Kami menyadari, tanpa aparatur seperti itu
pembangunan tidak secepat yang kita harap.
T: Hambatan apa yang dihadapi ke arah terlaksananya cita-cita
itu? Apa yang kiranya masih kurang di mata Golkar?
J: Untuk mencapai aparat yang bersih, tentu memerlukan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan yang baik
sudah mengurangi terjadinya hal-hal yang kurang baik. Saya kira
sudah banyak kemajuan yang dicapai dalam proses ini.
T: Sebagai mayoritas di parlemen, apakah Golkar cukup puas
dengan mekanisme DPR sekarang?
J: Saya kira jawabnya luas sekali. Saya tidak selalu melihat
soal DPR saja, sebab di sini kita sudah bicara mengenai sistim
politik -- di mana DPR tidak lepas dari keseluruhan sistim.
Pembangunan politik harus dilihat dari segi-segi infra dan supra
struktur. Jadi soal DPR tidak lepas dari masalah infra struktur
dalam masyarakat itu sendiri. Saya mengajak masyarakat untuk
memahami bahwa kita semua harus juga merasa melakukan
pembangunan politik.
T: Apa ini bisa diartikan bahwa perobahan struktur politik
seperti diharapkan dalam kampanye 1971 oleh Golkar dianggap
belum sempurna?
J: Posisi yang kami ambil ialah, pembaharuan dan perbaikan
kehidupan politik itu masih kita teruskan. Artinya secara sadar
kita mengakui bahwa keseluruhan komponen-komponen politik harus
kita kembangkan.
Pertama harus bisa jadi penyalur dan pemadu aspirasi masyarakat.
Di sini kita bicara soal kwalitas orang-orang yang akan
memimpin. Ini yang masih terus-menerus kita tingkatkan.
Pembangunan kehidupan politik tak dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu pendek. Tapi memerlukan tradisitradisi politik yang
makin mapan.
T: PDI dan PPP ingin santai dalam pemilu. Bagaimana dengan
Golkar? Berapa targetnya, daerah mana yang paling diharap
mendapat suara terbanyak dan lapisan mana yang jadi sasaran?
Bagaimana usaha meraih suara ulama-ulama yang berpengaruh ?
J: Minimal kami mempertahankan apa yang ada sekarang. Daerah dan
sasaran? Pokoknya kami mau meraih seluruhnya. Memang dulu banyak
ulama yang curiga, kalau Golkar menang maka pemerintahan yang
dihasilkannya akan kurang memperhatikan segi-segi spirituil.
Terbukti setelah lima tahun mereka lihat tidak demikian halnya.
Banyak juga di antaranya yang sudah kontak dengan kami. Setelah
kami berkomunikasi dan menanyakan bagaimana Golkar, mereka
menyatakan "bisa diteruskan".
T: Untuk mempertahankan yang ada sekarang, apakah Golkar juga
akan belajar dari kritik masa lalu. Misalnya seperti yang
diungkapkan gubernur NTT Eltari bahwa di daerah memang ada
pejabat yang overacting?
J: Saya selalu menganjurkan kepada juru kampanye, "lakukanlah
pendekatan manusiawi". Sebab dengan demikian para pemilih akan
ikhlas memberikan suaranya-kepada Golkar.
T: Lalu bagaimana tanggapan Anda dengan masih adanya
penekanan-penekanan didaerah?
J: Itu 'kan pernyataan beberapa pihak. Kami sangat menganjurkan
petugas kami melakukan pendekatan persuasif dan edukatif.
T: Generasi muda termasuk pemilih yang terbanyak jumlahnya.
Salah satu yang hangat dibicarakan belakangan ini adalah SK 028
Menteri P&K. Bagaimana pendapat Anda?
J: Kami juga memperhatikan soal generasi muda. Rumusan kami
ialah bagaimana mereka bisa berkembang. Daya kreativitas
generasi muda harus kita kembangkan sedemikian rupa, sehingga
mereka tumbuh jadi manusia yang berguna bagi masyarakat. Kami
tidak menginginkan manusia-manusia robot. Kami menginginkan
manusia yang penuh daya kreasi dalam masyarakat.
T: Beberapa waktu lalu dalam masalah pers, terutama soal SIT dan
SIC ramai dibicarakan. Bagaimana sikop Golkar? Adakah UU Pokok
Pers akan ditinjau kembali setelah Pemilu?
J: Memang kami akan menginventarisir seluruh Undang-undang yang
ada. Yang kira-kira tidak mendukung perkembangan sekarang akan
kami tinjau. Mengenai pers, kami berpendapat hahwa dalam rangka
pembangunan, pers perlu dijamin kebebasannya. Kami melihat
sekarang suasana kebebasan itu makin menemukan bentuknya yang
serasi.
T: Siapa calon wakil presiden RI dari Golkar?
J: Pola strategi Golkar ialah Suharto dan Sri Sultan
Hamengkubuwono sebagai presiden dan wakil presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini