Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Harus Keluar dari Singapura, Eks Presiden Sri Lanka Ditolak Masuk India

India menolak permintaa Gotabaya Rajapaksa karena berpihak pada rakyat Sri Lanka

18 Juli 2022 | 18.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sebuah pesawat maskapai Saudi, diyakini membawa Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa tiba di landasan di Bandara Changi Singapura 14 Juli 2022. REUTERS/Edgar Su

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - India menolak permintaan masuk Gotabaya Rajapaksa, mantan presiden Sri Lanka yang kabur dari negaranya akibat diamuk massa di tengah krisis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang sumber mengatakan kepada News 18 akhir pekan lalu bahwa Rajapaksa sebenarnya berencana ke India setelah menghabiskan waktu di Singapura dalam beberapa hari belakangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut sumber itu, Rajapaksa mencari tempat baru karena Singapura hanya mengizinkan ia berada di negara itu selama 15 hari setelah tiba pada pekan lalu. Rajapaksa berusaha mendekati India agar ia mengantongi izin tinggal di negara itu.

Namun, India dengan tegas menolak permintaan tersebut. “India berpihak kepada warga Sri Lanka,” kata sumber itu kepada News18.

Rajapaksa bersama istri dan dua pengawalnya kabur pada Rabu pekan lalu dari Sri Lanka saat protes besar-besaran melanda di negaranya. Ia sempat dicegat petugas imigrasi saat berusaha ke luar negeri.

Militer kemudian membawa rombongannya ke pangkalan angkatan laut. Ia pun memutuskan ke Maladewa. Pada Jumat pekan lalu, Rajapaksa akhirnya terbang ke Singapura.

Pemerintah Singapura menyatakan lawatan itu merupakan kunjungan pribadi. "[Rajapaksa] tak meminta suaka, dan dia juga tak diberikan suaka," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Singapura.

Dari Singapura, ia mengirim surat pengunduran diri ke parlemen Sri Lanka via email. Rajapaksa juga menunjuk Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe untuk menjadi presiden sementara.

Warga menyambut suka ria atas pengunduran diri resmi Rajapaksa. Parlemen Sri Lanka kemudian dijadwalkan menggelar pemungutan suara untuk mencari pengganti Rajapaksa pada 20 Juli. Jelang pemilihan presiden baru itu, Wickremesinghe mendeklarasikan status darurat. Langkah ini diambil sebagai upaya meredam protes dan mencari solusi di tengah jeratan krisis ekonomi.

SUMBER: NEWS18

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus