Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Amerika Serikat menyatakan balon mata-mata Cina telah terbang di atas langit AS selama beberapa hari terakhir. Cina diduga menggunakan balon itu untuk memata-matai dan mengintai misi militer AS. Praktik itu sudah ada sejak pertengahan abad lalu.
Baca: AS Tuding China Terbangkan Balon Mata-mata, Ini Reaksi Beijing
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama Perang Dunia II, militer Jepang mencoba melontarkan bom pembakar ke wilayah AS menggunakan balon yang dirancang untuk mengapung di aliran udara aliran jet. Tidak ada sasaran militer yang rusak, tetapi beberapa warga sipil tewas ketika salah satu balon jatuh di hutan Oregon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tepat setelah Perang Dunia II, militer AS mulai mengeksplorasi penggunaan balon mata-mata dari ketinggian yang mengarah ke serangkaian misi skala besar yang disebut Proyek Genet. Proyek tersebut menerbangkan balon fotografi di atas wilayah blok Soviet pada 1950-an, menurut dokumen pemerintah.
Balon semacam itu biasanya beroperasi pada ketinggian 24.000-37.000 meter, jauh di atas lalu lintas udara komersial terbang. Pesawat hampir tidak pernah terbang lebih tinggi dari 40.000 kaki atau sekitar 12.000 meter. Pesawat tempur berperforma tertinggi biasanya tidak beroperasi di atas 65.000 kaki, meskipun pesawat mata-mata seperti U-2 memiliki ketinggian layanan 80.000 kaki atau lebih.
Keuntungan dari balon dibandingkan satelit termasuk kemampuan untuk memindai petak wilayah yang luas dari jarak yang lebih dekat, untuk dapat menghabiskan lebih banyak waktu di area target, menurut laporan tahun 2009 ke Sekolah Staf dan Komando Udara Angkatan Udara AS. Tidak seperti satelit yang membutuhkan peluncur luar angkasa yang menelan biaya ratusan juta dolar, balon hanya menelan biaya murah.
Balon seperti balon mata-mata Cina, tidak langsung dikemudikan tetapi dapat dipandu ke area target dengan mengubah ketinggian untuk menangkap arus angin yang berbeda, menurut sebuah studi tahun 2005 untuk Airpower Research Institute Angkatan Udara. Militer AS telah melacak balon mata-mata lainnya dalam beberapa tahun terakhir, termasuk sebelum pemerintahan Presiden Joe Biden, menurut seorang pejabat senior pertahanan AS.
REUTERS