Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMBACA The Berliner Morgenpost Minggu pekan lalu bagai disengat lebah ketika koran pagi itu menurunkan berita mengenai hilangnya 30.000 dokumen Nazi dari Pusat Dokumentasi Berlin. Dokumen yang tak ternilai harganya itu dilaporkan disikat sebuah komplotan pencuri dari kantor arsip yang dikelola pemerintah Amerika Serikat. "Seorang - akil direktur bagian arsip Nazi, yang tak dapat kami sebutkan namanya, diduga terlibat dalam kasus ini," kata Volker Kaehne, juru bicara departemen kehakiman Jerman Barat. Menurut Morgenpost, dokumen-dokumen itu dicuri maling guna dijadikan alat pemerasan terhadap orang-orang yang pernah bekerja pada organisasi profesional Nazi, semasa pemerintahan Diktator Adolf Hitler. Mereka itu antara lain dokter, pengacara, dan seniman. Tapi menurut Direktur Pusat Dokumentasi Berlin, Daniel Simon kasus ini adalah kasus pencurian biasa. "Saya yakin, tak ada tindak pemerasan dalam kasus ini," katanya. Selama pekan lalu pemerintah Jerman Barat telah mengadakan serangkaian usaha pencarian kembali dokumen-dokumen yang hilang itu, dan melakukan tindakan pengamanan di Kantor Pusat Dokumentasi Berlin tersebut. Sejumlah calo barang-barang antik militer diperiksa, dan setiap orang yang pernah melakukan riset di pusat dokumentasi itu diinterogasi. Hasilnya, "Sekitar 1.500 dokumen dapat ditemukan kembali dalam serentetan razia yang dilakukan di Jerman Barat dan Timur," kata Kaehne. Beberapa dokumen di antaranya sempat dijual calo kepada kolektor, dengan harga US$ 3.000 (sekitar Rp 5 juta). Masyarakat Yahudi di Berlin Timur curiga, otak pencurian dokumen-dokumen berharga itu adalah orang-orang bekas Nazi. "Saya yakin, mereka ingin menghilangkan catatan kejahatan mereka di masa lalu dengan mencuri dokumen-dokumen itu," kata Heinz Galinksi, ketua masyarakat Yahudi di Berlin Timur. Pemerintah Jerman Timur bahkan menanggapinya lebih sinis lagi. Surat kabar Partai Komunis Jerman Timur, Neues Deutschland, yang merupakan trompet pemerintah, menuduh kejadian itu memang disengaja pihak Amerika Serikat guna menyembunyikan identitas segelintir pentolan Nazi yang kini masih hidup. Harian itu juga mengkritik ketatnya sistem keamanan yang diberlakukan di Pusat Dokumentasi Berlin, sehingga banyak rahasla yang tak blsa dlungkapkan. Tuduhan itu tentu saja dibantah pengelola. Juru bicara misi AS di Berlin, Anthony Sariti, menjelaskan, sejak 1982 pusat dokumentasi yang mempekerjakan 38 orang Jerman itU telah melayani permmtaan sekitar empat ribu akademi yang melakukan riset bagi dokumen-dokumen khusus. "Dengan penjagaan ketat saja, kami kecolongan 30 ribu dokumen. Apalagi kalau nggak dijaga," kata Sariti. Pusat Dokumentasi Berlin terletak disebuah bangunan bertingkat dua - gedung bekas Markas Besar Gestapo yang pernah dijadikan tempat operasi penyadapan telepon di Berlin. Di Pusat Dokumentasi Berlin itu tersimpan sekitar 30 juta dokumen. Lebih dari separuh berisi daftar nama pasukan SS daftar indeks dari 10,7 juta kartu anggota partai Nazi. Selain itu, juga tersimpan hasil percobaan medis - seperti pencangkokan telinga, kaki, tangan, dan pendempetan kembali bayi kembar normal - yang pernah dilakukan dokter-dokter Nazi terhadap tawanan di kamp-kamp konsentrasi selama Perang Dunia II. Menurut Pusat Dokumentasi Berlin dokumen-dokumen yang dikumpulkan selama empat dekade itu, yang kini menggunung sampai ke langit-langit gedung penylmpanan, akan disimpan dalam bentuk mikrofilm. Usaha ini diperkirakan akan rampung pada 1993. Didi Prambadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo