Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Wanita penyelamat nato

Inggris siap menerima kehadiran tambahan pesawat pengebom berkepala nuklir f1-11 dari AS sebanyak 60 pesawat. Jer-Bar merasa lega, tapi kurang berkenan dengan penempatan senjata nuklir di wilayahnya.

27 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERDANA Menteri Margaret Thatcher kembali menjadi "pahlawan" bagi negara-negara anggota Pakta Pertahan an Atlantik Utara (NATO). Pekan lalu orang kuat Inggris itu menyatakan, negaranya siap menerima kehadiran 60 F1-11, pesawat pengebom berkepala nuklir Amerika Serikat. Keputusan itu diambil Thatcher sehubungan dengan kesepakatan AS dan Uni Soviet di Washington, Desember lalu, untuk menarik peluru kendali berkepala nuklir jarak menengah dan pendek dari Eropa. Kesediaan Inggris menerima tambahan sejumlah F1- 11 itu cukup melegakan Jerman Barat, yang waswas bahwa perjanjian Intermediate Nuclear Forces antara AS dan Soviet akan membahayakan keamanan Bonn. Keputusan yang diambil Thatcher itu tampaknya untuk meredam silang pendapat di antara negara-negara anggota NATO mengenai masa depan "pengawasan persenjataan". Thatcher bersama Presiden Prancis Francois Mitterrand menginginkan dihentikannya perlucutan senjata nuklir di Eropa dan memodernisasikan sistem nuklir jarak dekat yang masih ada. Sementara itu, Jerman Barat, yang berhadapan langsung dengan negara-negara Pakta Warsawa, justru mendesak untuk lebih banyak mengurangi senjata jarak menengah dan tak perlu melakukan modernisasi senjata jarak pendek. Diduga, silang pendapat di kalangan anggota NATO mengenai perlucutan senjata nuklir ini bakal menjadi perdebatan hangat dalam pertemuan ke-16 kepala negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara tersebut, yang akan berlangsung di markas NATO di Brussel, awal Maret ini. Mengingat Bonn diduga akan tetap mendesak penghapusan semua roket nuklir berjarak dekat. Mengenai "ancaman" Jerman Barat itu, Menteri Pertahanan AS Frank Carlucci sudah memberikan sinyal, jika Bonn tetap keras kepala, AS akan menarik pasukannya dari Eropa. Sikap keras Bonn supaya menghapuskan semua senjata nuklir jarak pendek itu diduga karena Kanselir Helmut Kohl menghadapi tekanan di dalam negeri menjelang pemilu di Jerman Barat. Dan senjata itu memang kebanyakan ditempatkan di Jerman Barat. Tapi di Washington, Jumat pekan silam, Kohl menyangkal pihaknya menginginkan penghapusan seluruh sistem nuklir di Eropa. F.S

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus