Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump pada Senin mengancam Hamas dengan balasan kejam, jika para sandera yang ditawan tidak dibebaskan sebelum pelantikannya, yang tinggal beberapa minggu. Trump akan dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Semua orang membicarakan para sandera yang ditawan dengan sangat kejam, tidak manusiawi, dan bertentangan dengan keinginan seluruh dunia, di Timur Tengah," kata Trump seperti dilansir Anadolu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tapi itu semua hanya omong kosong, dan tidak ada tindakan!" katanya di platform media sosialnya, Truth Social.
"... kalau para sandera tidak dibebaskan sebelum 20 Januari 2025, tanggal saya dengan bangga memangku jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ada KONSEKUENSI BESAR di Timur Tengah, dan bagi mereka pelaku kekejaman terhadap kemanusiaan ini," ujarnya.
"Mereka yang bertanggung jawab akan menerima hukuman lebih berat daripada siapa pun yang pernah menerima hukuman dalam sejarah Amerika Serikat yang panjang. BEBASKAN PARA SANDERA SEKARANG!" katanya lagi.
Israel memperkirakan saat ini masih ada 101 warga Israel yang ditahan di Gaza.
Angka tersebut tercatat hampir 14 bulan setelah Israel melancarkan perang hingga menewaskan lebih dari 44.000 orang serta melukai 105.000 lainnya, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan membuat Jalur Gaza luluh lantak.
Kalangan aktivis di Israel telah mendesak Benjamin Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera dan tahanan, tetapi mengeluh bahwa perdana menteri Israel itu malah dengan sengaja menghalangi kemungkinan kesepakatan apa pun.
Banyak kalangan menuduh bahwa Netanyahu ingin memperpanjang perang demi kelangsungan politiknya dengan mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan Israel.
Kelompok Palestina Hamas mengatakan pada Senin bahwa 33 sandera Israel yang ditahan di Gaza telah tewas, sebagian besar akibat serangan udara Israel sejak 7 Oktober 2023.
Dalam sebuah video yang diunggah di Telegram, kelompok perlawanan terhadap Israel tersebut mengatakan "33 tahanan Israel tewas, dan beberapa dari mereka masih belum diketahui keberadaannya akibat tindakan dan sikap keras kepala Benjamin Netanyahu."
Kelompok tersebut memperingatkan bahwa agresi Israel yang terus berlanjut akan meningkatkan jumlah korban jiwa di antara para sandera Israel.
Netanyahu, arsitek serangan Israel yang berlangsung selama 14 bulan di Gaza, dikatakan mendukung pemilihan Trump ke Gedung Putih baru-baru ini.
Dalam masa jabatan pertama sebagai presiden, sebelum dia digantikan oleh Joe Biden, Trump mengambil langkah-langkah seperti memindahkan Kedubes AS di Israel ke Yerusalem yang diduduki.
Pemindahan itu membuat marah Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Negara Palestina di masa depan.
Ancaman dari Trump pada Senin adalah contoh terbaru di mana ia berusaha memanfaatkan posisinya sebagai presiden terpilih untuk memaksakan konsesi dari aktor asing sebelum menjabat dan dengan cara yang bertentangan dengan kebijakan luar negeri AS saat ini. Dia memperingatkan mengenai tarif yang akan datang terhadap Cina, Meksiko dan Kanada melalui postingan media sosial minggu lalu.
Seperti dilansir USA Today, surat resmi terbaru Trump di media sosial yang menyatakan bahwa AS dapat membalas langsung terhadap Hamas menyusul pengumuman pada Senin dari Pasukan Pertahanan Israel bahwa warga negara AS-Israel Omer Neutra telah tewas dalam serangan mendadak militan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, dan jasadnya ditahan di Gaza.
Pilihan Editor: Trump Tunjuk Besan sebagai Penasihat Senior untuk Timur Tengah