Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Istanbul – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengkritik pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait ketegangan yang terjadi diantara dua sekutu NATO ini sejak pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami akan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka yang mengorbankan kemitraan dan aliansi strategis negara berpenduduk 81 juta orang dengan memilih hubungan dengan organisasi teroris,” kata Erdogan, yang berbicara di hadapan para pendukung Partai Keadilan dan Pembangunan di Provinsi Trabzon, yang terletak di timur laut Turki seperti dilansir Anadolu, Ahad, 12 Agustus 2018.
Hubungan Turki dan AS menegang setelah pemerintahan Trump mengenakan saksi terhadap dua menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Suleyman Soylu, dan Menteri Kehakiman, Abdulhamit Gul, karena menolak melepas pastor asal AS, Andrew Brunson.
Brunson sedang menjalani proses hukum di Turki dengan tuduhan terlibat kegiatan terorisme. Brunson dituduh terlibat dalam upaya kudeta terhadap Erdogan pada 2016 dengan membantu kelompok pelaku kudeta.
Trump lalu menekan Turki dengan menaikkan tarif impor atas produk alumunium dan baja dari negara itu sebanyak masing-masing 20 persen dan 50 persen.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan disaksikan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Brussels Belgia, 11 Juli 2018. (Presidency Press Service via AP, Pool)
“Bukankah negara kita mitra strategis? Ada apa dengan Anda sekarang? Kenapa Anda menghancurkan kemitraan ini,” kata Erdogan kepada Trump dalam pidatonya.
Baca:
Erdogan meminta Trump untuk bersikap adil sambil mengatakan,”Kami akan bertindak sesuai hukum internasional.” Dia menambahkan tidak ada seseorangpun, negara atau lembaga pemeringkat ekonomi, yang dapat mengancam Turki dan rakyatnya.
Erdogan mengungkapkan, seperti dilansir Reuters, AS memberi tenggat hingga Rabu, 8 Agustus 2018, kepada pemerintah Turki untuk membebaskan pastor Andrew Brunson.
“Erdogan mengatakan Washington mengancam mengenakan sanksi jika Turki menolak membebaskan pastor itu,” begitu dilansir Reuters. Pengadilan di Turki telah mengeluarkan putusan untuk memindahkan Brunson ke tahanan rumah setelah 20 bulan ditahan di penjara.