Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

India, setelah Sukses Beraliansi

Aliansi Partai Nasionalis Hindu yang dipimpin Atal Bahari Vajpayee memenangi pemilu India. Meski reaksi pasar positif, masih banyak persoalan yang membayangi stabilitas pemerintahan.

17 Oktober 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan wajah cerah Vajpayee menyambut pendukungnya dengan acungan dua jari berbentuk huruf V (victory). "Saya yakin, BJP akan tampil sebagai partai mayoritas di parlemen," ujar Vajpayee. Ratusan pendukung partai nasionalis Hindu BJP (Bharatiya Janata Party) yang berkumpul di kediaman Atal Bahari Vajpayee, pekan lalu, merayakan kemenangan koalisi multipartai di bawah pimpinan BJP. Hasil sementara pemilu itu memberikan 286 kursi pada koalisi BJP dari 543 kursi di parlemen, sedangkan Partai Kongres pimpinan Sonia Gandhi baru memperoleh 129 kursi. Ketika hasil akhir perhitungan diumumkan pada Jumat pekan lalu, harapan Vajpayee tak berlebihan. BJP dan aliansi besarnya memperoleh 298 kursi, lebih dari persyaratan 272 kursi untuk memperoleh hak membentuk pemerintahan. Menurut Vajpayee, aliansi yang dipimpin BJP telah memperoleh sukses besar kecuali di beberapa negara bagian. Hasil pemilu ini adalah gambaran upaya habis-habisan dinasti Gandhi lewat Sonia Gandhi untuk mempertahankan dominasinya dalam politik India sejak 1947 (Jawaharlal Nehru) hingga tewasnya Rajiv Gandhi oleh kelompok Hindu militan pada 1988. "Hasil pemilu ini menuntut sikap introspeksi, penilaian yang jujur, dan aksi yang tekun," komentar Sonia Gandhi. Sebaliknya, hasil pemilu itu juga menunjukkan Vajpayee adalah perdana menteri pertama sejak 1971 yang berhasil bangkit memenangi pemilu setelah ditumbangkan sebelum berakhir masa pemerintahannya. Maka, kemenangan BJP ini merupakan obat pelipur lara ketika pemerintahan Vajpayee hanya sempat memimpin pemerintahan selama 13 bulan pada 1998 lalu, karena salah satu aliansinya menarik dukungan kepada BJP. Saat itu aliansi BJP hanya memperoleh 252 kursi, yang menghasilkan pemerintahan yang rapuh. Pada pemilu saat ini, BJP memperoleh kursi cukup besar, yakni 182 kursi (40 persen). Meskipun demikian, tetap saja masih membutuhkan dukungan sekitar 24 partai pendukungnya. Pasar keuangan India menunjukkan sentimen positif terhadap kemenangan BJP. "Semuanya bergerak naik, pasar sangat gembira," ujar Sanghvi Gauraf, seorang broker. Hal yang sama juga dicatat Moody's Investor Service di New York. Reaksi pasar ini memang menunjukkan kepercayaan pada stabilitas pemerintahan yang dijadikan aliansi dipimpin BJP. "Aliansi itu saat ini sangat realistis. Saya tak melihat akan muncul masalah untuk dua tahun ke depan," tutur Sudhir Jalan, Presiden Federasi Kamar Dagang dan Industri India. Meskipun demikian, belum lagi pemerintahan Vajpayee terbentuk, salah satu partai koalisinya, The National Lok Dal, sudah mulai mengkritik kebijakan pemerintahan Vajpayee, yang menaikkan harga jual mesin diesel. "Saya minta pemerintah membatalkan kenaikan harga itu. Kebijakan pemerintah ini adalah antirakyat miskin dan antipetani," kata Om Prakash Chautala dari The National Lok Dal. Para analis menyebutkan bahwa pemerintahan Vajpayee akan menghadapi persoalan mendasar rakyat India, misalnya fasilitas kesehatan, pendidikan, dan bahkan sekedar masalah air bersih. Masalah serius lainnya adalah konflik rasial yang tak habis-habisnya di India, khususnya antara kelompok Hindu militan dan minoritas umat muslim. Minoritas muslim India selama ini terus-menerus berada di bawah ancaman kelompok-kelompok Hindu radikal, misalnya pada tahun 1992 terjadi konflik berdarah di antara kedua kelompok. Karena kelompok Hindu militan memiliki hubungan dengan BJP, citra negatif yang dibentuk oleh sikap Hindu militan ini diduga akan menimbulkan permasalahan bagi BJP. "Mereka harus menepis citra antimuslim, antiminoritas, dan kembali menunjukkan sikap hormat kepada kelompok minoritas di India," kata Raj Mohan Gandhi, seorang analis politik. Vajpayee juga masih harus menghadapi konflik Kashmir dengan tetangganya Pakistan dan juga masalah desakan negara superkuat terhadap India untuk menandatangani larangan tes nuklir. Ancaman dari dalam negeri dan luar negeri tampaknya masih cukup kuat untuk melemparkan Vajpayee dari kursi perdana menteri. Raihul Fadjri (Reuters dan Associated Press)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus