SEJAK Morarji Desai memerintah India Maret 1977, di negeri itu
diperkenalkan "hari kering." Pada hari itu di mana saja tidak
diperbolehkan menjual minuman keras. Tidak semua orang India
sepakat dengan kebijaksanaan Desai yang spartan itu. Seorang
sopir taxi di New Delhi malah menyatakan penyesalannya karena
mendukung Partai Janata dalam pemilu 1977. "Dulu Indira Gandhi
menginjak-injak demokrasi, tapi Desai malah mencampuri urusan
pribadi kita," katanya kepada Salim Said dari TEMPO. Sikap
sederhana Desai yang dinilai berlebihan oleh banyak orang itu
telah pula menjadi sumber makin kurang populernya sang perdana
menteri.
Popularitas Desai menjadi semakin berkurang ketika ia berhasil,
lewat fraksinya di Lok Sabha (parlemen), mengusir dan
memenjarakan Indira Gandhi ketika yang terakhir ini baru saja
memenangkan pemilu di Cikmaglur. Apalagi Partai Janata yang
merupakan koalisi lima partai yang dulu bersatu dalam
menggulingkan Indira dirundung berbagai pertentangan. Puncaknya
merupakan perpecahan antara Desai dan Mendagri Charan Singh yang
meninggalkan kabinet Juni 1978.
Pada masa itu kabinet Desai memang tidak bisa berbuat banyak.
Karena itulah kriminalitas dikabarkan meningkat, ketegangan
sosial dan kesukuan melanda daerah-daerah bagian utara. Hubungan
dengan Cina tidak mengalami perbaikan karena Menlu Atal Bihari
Vajpayee tidak kunjung berangkat ke Beijing (Peking) karena
alasan "Sakit." Ia cuma segan pergi ketika partainya dalam
keadaan bergolak.
Tapi cerita ketidak-kompakan itu nampaknya buat sementara sudah
teratasi. Kantor Perdana Menteri India pekan lalu menyiarkan
pengangkatan Charan Singh sebagai wakil perdana menteri
merangkap menteri keuangan. Kembalinya tokoh petani itu jelas
memperkuat posisi pemerintah terhadap pihak oposisi yang makin
populer. Di sini pihak Janata mengambil langkah rekonsiliasi
antara sesamanya.
Charan Singh, yang tadinya mundur karena keengganan Desai
menindak anaknya yang dicurigai memanfaatkan fasilitas negara
bagi kegiatan dagangnya, tidak pernah dibayangkan bisa berdamai
kembali dengan Desai. Di antara kawan-kawan dan pendukungnya, ia
dipersiapkan untuk menjadi perdana menteri. Merasa diri belum
kuat, ketika oposisi makin maju, ia nampaknya cukup bijaksana
menerima kursi orang kedua setelah Desai. Sebelumnya memang
tersiar kabar adanya kontak-kontak rahasia antara para
pengikutIndira dengan pengikut Singh. Berita itu kemudian hilang
begitu saja.
Indira sendiri masih tetap berada di rumah kediaman pribadinya
yang sederhana. Bebas dari penjara, statusnya kini masih belum
jelas (lihat Gandhi vs Desai). Kini, kepahitan masa darurat
berangsur-angsur dilupakan, dan kepemimpinan Indira yang
menonjol kembali dirindukan oleh orang-orang India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini