Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kaisar Jepang Akihito telah dikonfirmasi akan segera turun tahta pada 2019. Menjadikannya kaisar pertama dalam 2 abad terkahir yang melakukan pengunduran diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengumuman oleh panel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sinzho Abe pada Jumat, 1 Desember 2017, sebagai tindak lanjut pidato publik langka Akihito pada 2016 yang mengkonfirmasi bahwa dirinya siap untuk mundur dari tahta dalam beberapa tahun mendatang karena masalah kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gagasan Akihito menjadi raja Jepang pertama yang mengundurkan diri hampir dalam 200 tahun telah memicu perdebatan konstitusional di Jepang, karena secara hukum dia diharuskan untuk bertahta sampai akhir hayatnya.
Akihito lahir pada tanggal 23 Desember 1933, putra pertama Kaisar Hirohito dan permaisuri Nagako yang telah lama ditunggu, yang telah menghasilkan 4 anak perempuan. Dalam mode kekaisaran yang dihormati, pangeran itu hidup terpisah dari orang tuanya sekitar usia 3 tahun dan dibesarkan oleh perawat, tutor dan pendeta.
Pada usia 6 tahun Akihito dikirim ke sekolah orang biasa untuk memperluas pengalamannnya. Ketika Sekutu mulai menyerang Jepang selama Perang Dunia II, dia dan beberapa teman sekelasnya dievakuasi ke kota-kota provinsi.
Akihito pada tahun 1959 menikahi Michiko Shoda, kaum nonaristokrat pertama diangkat menjadi permaisuri kerajaan dan mendapatkan tiga anak.
Setelah menikah dan memiliki anak, istana sering bergema dengan konser Mozart, Grieg atau Beethoven. Akihito adalah pemain cello yang bagus dan istrinya mengiringinya dengan memainkan harpa, lalu ankanya Hiro pada biola, Aya di gitar dan Nori di piano.
Ketika Akihito secara resmi memegang tahta pada tahun 1990, setelah kematian ayahnya, ia mencabut kekuasaan politik Kaisar.
Tidak seperti kebiasaan kerajaan monarki di beberapa negara lainnya, Jepang tidak memiliki ketentuan hukum mengenai monarki yang dipegang oleh keluarga kaisar selama hampir 2700 tahun untuk turun tahta. Dalam hukum Jepang era modern, seorang kaisar akan terus bertahta hingga akhir hayatnya, meskipun banyak kaisar turun tahta di era sebelum modern.
Satu hasil penelitian terbaru menyebutkan bahwa mayoritas rakyat biasa Jepang bersimpati dengan keinginan Kaisar untuk pensiun, tetapi perubahan hukum diperlukan untuk memungkinkan untuk kaisar pensiun.
Jika Akihito turun tahta, maka secara otomatis tahtanya diwariskan kepada puteranya, Pangeran Naruhito, 56 tahun. Ide ini memicu protes dari partai konservatif Perdana Menteri Shinzo Abe, yang khawatir perdebatan tentang masa depan keluarga kerajaan itu dapat menyebar ke topik membiarkan wanita mewarisi dan melepaskan takhta.
Pangeran Naruhito, hanya memiliki seorang anak perempuan, namun dalam keentuannya hanya lelaki yang akan meneruskan tampuk kekaisaran. Adapun masyarakat Jepang percaya jika dipimpin perempuan, mereka akan mendapatkan kesialan dan musibah.
Oleh karena hanya pria yang dapat mewarisi takhta, Naruhito kemungkinan akan melepaskan takhta berikutnya kepada adiknya, Pangeran Akishino dan seterusnya kepada anaknya Hisahito, 9 tahun.
TIME|AL JAZEERA|NEW YORK TIMES
http://time.com/4442996/akihito-emperor-abdication/