Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Iran dan Israel Dulu Pernah Bersahabat Dekat, Ini Awal Permusuhan Keduanya

Iran-Israel tidak bermusuhan dalam sejarah perpolitikan mereka, sejak kapan hubungan keduanya memburuk?

18 April 2024 | 16.12 WIB

Demonstran Iran menghadiri pertemuan anti-Israel di depan Kedutaan Besar Inggris di Teheran, Iran, 14 April 2024. Majid Asgaripour/WANA
Perbesar
Demonstran Iran menghadiri pertemuan anti-Israel di depan Kedutaan Besar Inggris di Teheran, Iran, 14 April 2024. Majid Asgaripour/WANA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Iran mengumumkan bahwa operasi militer yang menyerang Israel pada 14 April 2024 telah selesai, namun mengancam akan memberikan balasan yang lebih besar jika Israel melakukan serangan balik. Serangan ini merupakan respons dari Israel yang sebelumnya mengebom kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Kami tidak berniat melanjutkan operasi militer melawan Israel. Operasi tersebut telah berakhir dan kami menyatakan bahwa Kubah Besi (Iron Dome) ternyata tidak mampu memberikan perlawanan yang berarti terhadap operasi kami sehingga operasi ini kami hentikan,” kata Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, sebagaimana dikutip kantor berita Iran IRNA, pada Minggu, 14 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Angkatan bersenjata kami dalam kesiapan penuh dan kami berharap operasi ini menjadi awal kemenangan bangsa Palestina yang tertindas,” kata Bagheri, merujuk pada pendudukan Israel di Palestina dan situasi perang Hamas-Israel di Gaza.

Pasukan Garda Revolusi Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke wilayah Israel dari Iran, menargetkan pusat informasi pertahanan Israel dan Pangkalan Udara Nevatim. Iran menyatakan bahwa operasi ini dihentikan setelah menilai bahwa sistem pertahanan udara Israel, Kubah Besi, tidak mampu memberikan perlawanan yang signifikan.

Iran menegaskan bahwa serangan ini merupakan balasan terhadap serangan Israel yang melanggar hukum internasional dengan menyerang kantor konsulat Iran di Damaskus. 

Bagheri memperingatkan agar Israel tak membalas serangan Iran ini. “Jika rezim Zionis kembali melakukan operasi, respons kami akan lebih luas. Kami mencoba menjadikan operasi ini sebagai hukuman dan kami pasti siap mempertahankan tanah kami,” kata Bagheri.

Mengapa konflik Israel-Iran muncul?

Dilansir dari Al Jazeera, Di bawah pemerintahan Dinasti Pahlavi dari 1925 hingga Revolusi 1979, hubungan Iran-Israel tidak bermusuhan. Iran bahkan menjadi negara mayoritas Muslim kedua yang mengakui Israel setelah berdirinya pada 1948. Ini terutama karena Iran ingin mengelola asetnya di Palestina dan untuk mencapai kompromi dengan Barat dan Israel.

Sejarawan Universitas Oxford, Eirik Kvindesland, mengatakan Iran, bersama India dan Yugoslavia, mencetuskan rencana alternatif, yaitu solusi federal yang bertujuan menjadikan Palestina sebagai satu negara dengan satu parlemen tetapi dibagi menjadi kanton Arab dan Yahudi. 

“Tindakan itu merupakan kompromi Iran untuk menjaga hubungan positif dengan Barat yang pro-Zionis dan gerakan Zionis itu sendiri, serta dengan negara-negara tetangga Arab dan Muslim,” terangnya.

Namun, setelah Perdana Menteri Mohammad Mossadegh memimpin nasionalisasi minyak pada 1951, hubungan Iran-Israel memburuk. Mossadegh menganggap Israel sebagai pelayan kepentingan Barat dan memutuskan hubungan.

Menurut Kvindesland, tujuan sebenarnya Mosaddegh dan organisasi politik Front Nasionalnya adalah untuk menasionalisasi minyak, mengusir kekuatan kolonial Inggris, dan melemahkan monarki. Rusaknya hubungan Israel dengan Iran adalah “kerusakan kolateral”.

Segalanya berubah secara dramatis ketika pemerintahan Mosaddegh dijatuhkan dalam kudeta yang diselenggarakan oleh dinas intelijen Britania Raya dan Amerika Serikat pada tahun 1953. Kudeta tersebut mengembalikan syah yang menjadi sekutu teguh Barat di wilayah tersebut.

Setelah kudeta yang disponsori oleh Inggris dan AS pada 1953 yang mengembalikan kekuasaan kepada Shah Pahlavi, hubungan antara Iran dan Israel membaik. Kedua negara menjalin hubungan diplomatik, berdagang, dan bahkan memiliki kerja sama militer, meskipun sebagian besar dijaga kerahasiaannya.

Sejarah membawa hubungan Iran-Israel kembali renggang pasca-Revolusi Iran pada 1979, pandangan Iran terhadap Israel berubah drastis. Pemimpin revolusi Ayatollah Khomeini mendukung perlawanan terhadap kekuatan "angkuh" dan sekutunya, termasuk Israel, untuk mendukung kepentingan Islam dan Palestina. Hubungan Iran-Israel menjadi sangat tegang dan memburuk sejak itu.

MICHELLE GABRIELA  | IWAN KURNIAWAN

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus