Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Islam Bukan Demokrasi

Khomeini menolak permintaan pengunduran diri PM. Bazargan dan mengecam pemakaian kata "demokrasi". Berbagai tuntutan oleh ribuan wanita, diantaranya menolak keharusan pakai cadar.(ln)

17 Maret 1979 | 00.00 WIB

Islam Bukan Demokrasi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SALJU turun lebat. Tapi perdana menteri Iran setelah revolusi, Brazargan, datang juga sejauh 160 km ke kota suci Qom. Ia menemui Ayatullah Khomeini, "orang kuat" revolusi Iran itu -untuk minta berhenti. Ia tak tahan dengan gangguan terhadap kewibawaan pemerintahnya yang dilakukan para pengikut Khomeini. Mereka inilah yang belakangan banyak menangkapi orang dan mengadilinya. Sudah 40 orang sampai pekan lalu dihukum tembak mati, kebanyakan bekas petinggi jaman Shah. Bazargan tak menyetujui tindakan itu. Secara terbuka tiga pekan lalu ia pernah mengatakan, bahwa pengadilan kilat yang menjatuhkan hukuman tembak itu tak akan ada lagi. Tapi toh semua itu masih berlangsung terus. Maka sebuah grup yang disebut "Komite Iran untuk Pembelaan Hak Asasi Manusia" meminta kepada Bazargan agar diberi kesempatan mengikuti keadaan penjara dan menghadiri proses peradilan. Permintaan belum dijawab, tapi jelas Bazargan terpojok: dia sendiri seorang pea juang hak-hak asasi sebelum revolusi menang. Kini Iran tanpa Shah harus membuktikan bahwa peradilannya lebih terbuka dan tak sewenang-wenang. Tuntutan hak asasi semacam itu sudah tentu berbau "Barat". Ayatullah Khomeini mungkin tak akan menyukainya. Dalam sebuah pidatonya di Qom ia mengecam pemerintahan Bazargan bukan saja dalam soal "kemewahan"-karena menggunakan kantor dan peralatan masa Shah. Tapi juga mengecam pemakaian kata "demokrasi" dalam gagasan "Republik Islam". Kata Khomeini, "kita terlalu dipengaruhi Barat." Dan berbicara tentang "republk demokratis" adalah tanda pengaruh itu. Tapi sang ayatullah tak mengizinka Bazargan mundur. Dan segera saja san PM Menghadapi masalah baru: tuntutan ribuan wanita Iran yang pekan lalu berdemanstrasi di Teheran. Mereka ini rupanya ingin agar dalam "Republik Islam" hak-hak mereka tak dikurangi. Mereka menolak kemestian memakai cha'dor (cadar). Meskipun tak jelas bahwa Khomeini pernah mengumumkan kemestian itu, tapi ada kecemasan hakhak itu akan berkurang, terutama dalam masalah perkawinan. Banyak di antara demonstran wanita itu yang tahun lalu ikut aktif dalam demonstrasi anti Shah. Tapi tak semua wanita Iran sefaham. Shirley Bakhtiar, keluarga jauh dari bekas PM Bakhtiar itu, pernah belajar kimia di AS di tahun 60-an. Ia kini memakai cadar. Mungkin ini reaksi yang berlebihan juga terhadap apa saja yang berbau Shah, terutama hiasan-hiasan "Barat" di masanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus