Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan pendudukan Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon dengan menargetkan desa-desa perbatasan selatan, serta daerah-daerah di Lembah Bekaa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pelanggaran terbarunya, militer pendudukan Israel pada Senin melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap sebuah buldoser yang beroperasi di dekat pos Angkatan Darat Lebanon di desa Hosh al-Sayyed Ali, sebelah utara distrik Hermel, yang melukai seorang tentara Lebanon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan, Direktorat Jenderal Keamanan Negara Lebanon mengumumkan bahwa sebuah pesawat tak berawak musuh [Israel] menargetkan salah satu anggotanya, Mahdi Khreis, dalam sebuah pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata.
Pesawat tanpa awak itu menghantam Kopral Khreis dengan peluru kendali ketika ia sedang melaksanakan tugas nasionalnya, yang mengakibatkannya gugur sebagai martir, tambahnya, menyebut serangan itu sebagai "eskalasi serius dan pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Lebanon."
Di selatan, pasukan pendudukan Israel menembakkan rentetan senapan mesin ke arah rumah-rumah di kota al-Naqoura, bertepatan dengan penerbangan pesawat pengintai di atas desa-desa di distrik Tyre.
Pasukan pendudukan juga meluncurkan empat peluru artileri ke arah Khiam, dengan satu peluru menghantam sebuah chalet di daerah antara Dataran Marj'youn dan Khiam, demikian menurut Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA).
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan satu orang tewas dalam serangan udara Israel di Marj'youn dekat perbatasan dengan Palestina yang diduduki.
Kemarin, pinggiran kota Maroun al-Ras menjadi sasaran tembakan senapan mesin di dekat "Garis Biru".
Selain itu, pasukan pendudukan Israel melakukan operasi penghancuran di Khiam, yang gaungnya terdengar hingga ke selatan, dengan gumpalan asap membumbung ke udara.
Sementara itu, koresponden Al Mayadeen di Selatan melaporkan penarikan sejumlah besar kendaraan pendudukan Israel, termasuk 10 tank Merkava, dari Khiam timur menuju daerah al-Wata.
Pelanggaran-pelanggaran Israel ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap ketentuan gencatan senjata di Lebanon. Namun demikian, terlepas dari pelanggaran-pelanggaran ini, penduduk Lebanon terus kembali ke desa-desa dan rumah-rumah mereka di bagian selatan, Bekaa, dan Pinggiran Selatan Beirut.
Keprihatinan Prancis
Prancis menyuarakan keprihatinannya pada Minggu atas potensi runtuhnya kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani minggu lalu antara Israel dan Lebanon, situs web berita Ynet Israel melaporkan, menggambarkan kesepakatan itu sebagai "rapuh".
Menurut situs web tersebut, pemerintah Prancis menyoroti 52 pelanggaran Israel, yang dilaporkan mengakibatkan kematian tiga warga sipil Lebanon, dan menunjuk pada peningkatan penerbangan pesawat tak berawak Israel di ketinggian rendah di atas ibu kota Lebanon, Beirut.
Ynet menyebutkan bahwa para pejabat Prancis menyatakan bahwa Israel telah mengambil tindakan terhadap "dugaan pelanggaran Hizbullah" tanpa berkonsultasi dengan komite internasional yang bertanggung jawab untuk mengawasi kepatuhan terhadap perjanjian tersebut.
Paris disebut terus berkomunikasi dengan Kepala Staf Angkatan Darat Lebanon Joseph Aoun dan Perdana Menteri Najib Mikati untuk mengatasi ketegangan yang meningkat, situs berita Israel itu menambahkan.
"Lebanon berkomitmen penuh untuk mempertahankan gencatan senjata dan mencegah Hizbullah membangun kembali kehadirannya di Lebanon selatan, tetapi mereka harus diberi waktu untuk membuktikan diri," kata seorang pejabat Prancis seperti dikutip.
Ynet mengatakan para pejabat Israel membenarkan pelanggaran yang mereka lakukan, dan mengklaim bahwa komite pemantau internasional tidak akan beroperasi penuh hingga Senin atau Selasa. Hingga saat itu, mereka menekankan, Israel akan mempertahankan tanggapan tegasnya terhadap setiap dugaan pelanggaran di sepanjang perbatasan.
"Setiap pelanggaran akan ditanggapi dengan penegakan hukum yang signifikan, seperti yang telah terjadi selama ini," kata seorang pejabat senior Israel.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Jumat menyerukan penghentian "segera" semua operasi yang melanggar gencatan senjata antara Lebanon dan Israel, yang telah berlaku sejak hari Rabu.
Menurut AFP, selama diskusi telepon dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan Ketua DPR Nabih Berri kemarin, Macron mendorong semua pihak untuk sepenuhnya mengikuti perjanjian gencatan senjata, menekankan bahwa "semua tindakan yang merongrong implementasi penuh ini harus segera dihentikan."
Tanggapan Hizbullah
Sementara itu, Ketua Parlemen Iran Mohammad Baqer Ghalibaf telah memperingatkan upaya-upaya yang dilakukan oleh Israel untuk menormalkan pelanggaran gencatan senjata yang baru-baru ini ditengahi di Lebanon.
Berbicara dalam sebuah panggilan telepon dengan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri pada hari Sabtu, Ghalibaf menekankan pentingnya kewaspadaan untuk memastikan bahwa tindakan Israel tidak menjadi rutinitas.
"Perlu diwaspadai agar pelanggaran mereka terhadap perjanjian ini tidak menjadi hal yang rutin," kata Qalibaf.
Melalui Telegram, kelompok ini menyebut serangannya terhadap situs militer Israel di perbukitan Kfarchouba sebagai "respons defensif peringatan awal", yang dilakukan setelah "pelanggaran berulang kali" terhadap gencatan senjata antara mereka dan Israel.
Sejak gencatan senjata diberlakukan minggu lalu pada 27 November, Israel telah melakukan lebih dari dua lusin serangan ke wilayah Lebanon, yang telah menewaskan dan melukai banyak orang.
Israel mengatakan bahwa hal ini dilakukan sebagai tanggapan atas pelanggaran gencatan senjata dan orang-orang yang bergerak di dekat zona terlarang di wilayah yang didudukinya di Lebanon selatan.
Namun, ini menandai pertama kalinya Hizbullah membalas tembakan, sehingga mempertanyakan apakah gencatan senjata yang masih lemah ini dapat bertahan.
Hizbullah juga mengutip "pelanggaran terus menerus atas wilayah udara Lebanon oleh pesawat-pesawat tempur Israel yang bermusuhan, sampai ke ibu kota, Beirut" dalam pembenarannya atas tembakan peringatan tersebut, dan menyalahkan "pihak berwenang yang terkait" karena gagal menghentikan serangan Israel di tanah Lebanon meskipun ada gencatan senjata.
Di bawah ketentuan perjanjian, sebuah komite internasional ditugaskan untuk memastikan bahwa tidak ada pihak yang melanggar gencatan senjata. Belum ada pernyataan mengenai serangan Israel yang berulang-ulang.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan bahwa ia mengatakan kepada mitranya dari Prancis, Jean-Noel Barrot, bahwa Israel tidak "melanggar kesepakatan gencatan senjata, melainkan menegakkannya sebagai tanggapan atas pelanggaran yang dilakukan Hizbullah".
"Kehadiran para pejuang Hizbullah di selatan [Sungai] Litani merupakan pelanggaran mendasar terhadap perjanjian dan mereka harus pindah ke utara," katanya, seperti dikutip Al Jazeera.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan sebelumnya bahwa Barrot menekankan "perlunya semua pihak menghormati gencatan senjata di Lebanon" dalam panggilan telepon tersebut.