Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jamal Khashoggi pernah dilarang menulis dan tampil di publik oleh kerajaan Arab Saudi setelah dia mengkritik Presiden AS Donald Trump pada akhir 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilaporkan dari Business Insider, 18 Oktober 2018, pemerintah Arab Saudi melarang dia tampil di media Saudi setelah dia mengkritik Presiden Donald Trump pada akhir 2016, menurut Departemen Luar Negeri AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Khashoggi telah mengkritik sikap dan retorika Trump di Timur Tengah dalam sebuah wawancara di Washington DC.
"Harapan bahwa 'Trump sebagai presiden' akan sangat berbeda dari 'Trump sebagai kandidat' yang merupakan harapan palsu terbaik," kata Khashoggi.
Seorang demonstran memegang gambar Jamal Khashoggi saat protes di depan konsulat Arab Saudi di Istanbul [Osman Orsal / Reuters]
Dikutip dari The Independent, saat berbicara di Washington Institute, Jamal Khashoggi mendeskripsikan kebijakan Donald Trump untuk Timur Tengah sangat kontradiktif.
Khashoggi mengatakan di saat Trump sangat vokal anti-Iran, Khashoggi mengisyaratkan dirinya akan mendukung Presiden Bashar al-Assad dalam perang sipil Suriah.
Jamal Khashoggi dalam artikelnya di Washington Post juga menulis bahwa perubahan potensial di Timur Tengah sebagai akibat dari kemenangan Donald Trump.
Donald Trump dan Mohammed bin Salman di Amerika Serikat, Selasa, 20 Maret 2018. [Arab News]
Dalam artikel itu, ia menggambarkan harapan untuk rekonsiliasi regional sebagai "angan-angan" yang berlawanan dengan niat Trump untuk bekerjasama lebih erat dengan Rusia.
"Ketika penasihatnya menunjukkan kepadanya peta, apakah dia akan menyadari mendukung Putin berarti mendukung agenda Iran?" kata Khashoggi.
Khashoggi meninggalkan Arab Saudi enam bulan setelah pelarangan menulis pada Juni 2017, yang juga melarangnya tampil di TV dan menghadiri konferensi. Jamal Khashoggi kemudian menjadi warga pemegang kartu hijau AS dan menulis kolom untuk The Washington Post.
Dalam wawancara dengan Columbia Journalism Review pada Maret 2018, Khashoggi kembali membahas larangan tersebut.
"Saya percaya pada jurnalisme bebas, terlepas dari semua keterbatasan yang kami miliki. Saya selalu berusaha semampu yang saya bisa, saya selalu ingin memiliki lebih banyak ruang," katanya.
"Saya sangat terhina ketika istana (kerajaan Arab Saudi) memanggil saya dan mengatakan kepada saya bahwa saya tidak diizinkan untuk menulis. ... Di Amerika, Anda menerima kebebasan begitu saja," tambah Jamal Khashoggi.