Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Terowongan yang digali Hamas hancur berantakan dibombardir jet-jet tempur Israel pada hari Sabtu malam, 13 Januari 2018. Israel membenarkan militernya telah menghancurkan terowongan yang menghubungkan Gaza dengan Israel dan Mesir yang berlokasi di selatan kota Rafah.
Baca: Terkait Isu Yerusalem, Israel Serang 40 Titik Milik Hamas
"Kami mengerti ini adalah terowongan teror karena dijalankan di bawah fasilitas strategis," kata Kolonel Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel seperti dikutip dari Reuters, Minggu, 14 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fasilitas strategi yang dimaksud, kata Conricus adalah terowongan itu dibangun di sepanjang pipa minyak, pipa gas dan aparat militer bertugas di situ.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Terowongan itu dapat juga digunakan untuk memindahkan para teroris dari jalur Gaza menuju Mesir untuk menyerang sejumlah target Israel dari Mesir," ujar Conricus.
Baca: Tentara Israel Hancurkan 12 Terowongan Hamas
Hamas tidak memberikan tanggapan atas penghancuran terowongan itu.
Menurut Conricus, terowongan itu memiliki panjang 1,5 kilometer dan berpenetrasi sejauh 180 kilometer di perbatasan Kerem Shalom lalu memasuki Israel dan Mesir.
Kerem Shalom, lokasi utama tempat masuknya barang-barang ke Gaza ditutup kemarin sebelum Israel melakukan serangan ke terowongan buatan Hamas.
Terowongan ini bukan yang pertama dihancurkan Israel. Menurut Israel, dalam dua bulan terakhir sudah tiga terowongan dihancurkan, namun tidak terjadi tindak kekerasan.
Baca: Militer Israel Serang Tempat Pelatihan Hamas di Gaza
Sementara selama perang Gaza tahun 2014, milisi Hamas menggunakan lusinan terowongan untuk mengelabui Israel dan mengancam keamanan warga sipil dekat perbatasan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, terowongan tersebut merupakan infrastruktur besar terorisme milik Hamas di jalur Gaza.
"Hamas harus mengerti bahwa kami tidak akan mengizinkan serangan ini bernjaut dan kami akan membalasnya dengan pasukan lebih besar," ujar Netanyahu.
Ketegangan antara Israel dan Hamas semakin memanas sejak Presiden Donald Trump mengeluarkan kebijakan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel pada 6 Desember 2017. Pernyataan Trump membuat Palestina murka.