Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin junta Myanmar pada Sabtu 14 September mengajukan permintaan bantuan asing yang jarang terjadi, untuk mengatasi banjir mematikan. Air bah ini telah menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi sejak perang selama tiga tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banjir dan tanah longsor telah menewaskan hampir 300 orang di Myanmar, Vietnam, Laos dan Thailand setelah Topan Yagi, yang menyebabkan hujan lebat ketika melanda wilayah tersebut akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Myanmar, lebih dari 235.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat banjir, kata junta pada Jumat, menambah kesengsaraan lebih lanjut di negara tempat perang berkecamuk sejak militer merebut kekuasaan pada 2021.
“Pejabat pemerintah perlu menghubungi negara asing untuk menerima penyelamatan dan bantuan yang akan diberikan kepada para korban,” kata Min Aung Hlaing, menurut surat kabar Global New Light of Myanmar.
“Penting untuk melakukan tindakan penyelamatan, bantuan dan rehabilitasi secepat mungkin,” katanya.
Junta mengumumkan jumlah korban tewas pada Jumat sebanyak 33 orang, sementara sebelumnya pada hari yang sama pemadam kebakaran negara tersebut mengatakan tim penyelamat telah menemukan 36 mayat.
Seorang juru bicara militer mengatakan pihaknya telah kehilangan kontak dengan beberapa wilayah di negara itu dan sedang menyelidiki laporan bahwa puluhan orang terkubur dalam tanah longsor di wilayah pertambangan emas di wilayah tengah Mandalay.
PEMBATASAN BANTUAN
Militer Myanmar sebelumnya telah memblokir atau menggagalkan bantuan kemanusiaan dari luar negeri.
Tahun lalu mereka menangguhkan izin perjalanan bagi kelompok bantuan yang mencoba menjangkau sekitar satu juta korban Topan Mocha yang melanda bagian barat negara itu.
Pada saat itu PBB mengecam keputusan tersebut sebagai keputusan yang “tidak dapat diduga”.
Setelah topan Nargis menewaskan sedikitnya 138.000 orang di Myanmar pada 2008, junta dituduh menghalangi bantuan darurat dan pada awalnya menolak memberikan akses kepada pekerja dan pasokan kemanusiaan.
Truk-truk militer membawa perahu penyelamat kecil ke daerah-daerah yang dilanda banjir di sekitar ibu kota Naypyidaw yang dibangun militer pada Sabtu.
Pada Jumat, ratusan penduduk desa mengarungi atau berenang melalui air setinggi dagu untuk menyelamatkan diri setelah banjir di sekitar ibu kota.
Beberapa orang mengatakan bahwa mereka berlindung di pepohonan semalaman untuk menghindari amukan air banjir di bawah.
Media pemerintah menyebutkan banjir di kawasan sekitar ibu kota telah menyebabkan tanah longsor dan menghancurkan menara listrik, gedung, jalan, jembatan, dan rumah.
Lebih dari 2,7 juta orang telah mengungsi di Myanmar akibat konflik yang dipicu oleh kudeta junta pada tahun 2021.
Pilihan Editor: Banjir di Myanmar Memaksa Lebih dari 27.000 Orang Mengungsi
CHANNEL NEWSASIA