Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jurus Baru Al Murabitun

Konperensi rujuk nasional II di lausanne berakhir suram. milisi druze terlibat bentrokan senjata dengan al murabitun, milisi islam suni yang disponsori Libya. (ln)

31 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENINGGALKAN Hotel Beau Rivage di Lausanne, Swiss, Selasa pekan lalu, pemimpin Druze Walid Jumblatt sempat beramsal, "waspadalah pada pertengahan Maret." Inilah kata bersayap yang 20 abad lalu mendahului pembunuhan Julius Caesar, penguasa Romawi itu. Jumblatt memang semakin gencar melontarkan kata-kata bengis, sejak pertemuan rujuk sembilan hari Libanon dinyatakan usai. "Inilah hari duka bagi Libanon," katanya di depan sejumlah reporter. "Pertumpahan darah tak mungkin dicegah." Ia pun menuduh para pemimpin Kristen yang "tidak mengakui realitas" Libanon, dengan umat Islam sebagai mayoritasnya. Di garis hijau, yang memisahkan Beirut Barat dan Timur, hujan peluru menyambut berakhirnya konperensi rujuk nasional. Pada putaran pertama, 16 tewas dan 50 luka. Komite empat partai yang bertugas mengawasai gencatan senjata sama sekali tidak digubris. Menurut sumber pemerintah Libanon, hasil konperensi "sangat minimal". Hanya ada sebuah dokumen tentang "identitas Arab" bagi Libanon, pengukuhan gencatan senjata, dan pembentukan komite 23 orang yang bertugas mempelajari pembaruan konstitusi. Tuntutan kelompok Islam bagi hak-hak politik yang lebih besar tak sampai menjadi keputusan. Sementara itu, di Beirut, milisi Druze terlibat kontak senjata sengit dengan Al Murabitun, milisi Islam Suniyang disponsori Libya. Menurut radio Falangis, 125 tewas dan cedera dalam bentrokan ini. Tapi polisi hanya mengumpulkan lima jenazah. Murabitun memang tid1ak diwakili dalam sidang di Lausanne. Pemimpin mereka, Ibrahim Qoleilat, minggu ini dikabarkan berjumpa dengan Muammar Qaddafi di Tripoli. Di situ juga ada Abu Musa, Abu Saleh, dan Ahmad Jibril, para tokoh garis keras PLO yang memusuhi Yasser Arafat. Dari Lausanne, dalam perjalanan pulang ke Beirut, Presiden Amin Gemayel dan pemimpin Syiah Nabih Berri singgah di Paris. Kunjungan ini toh tidak mencegah Prancis untuk menarik tentaranya dari Libanon, Ahad silam. Sementara itu, Walid Jumblatt terbang ke Inggris. Setelah diterima Richard Luce, pejabat kementerian luar negeri untuk urusan Timur Tengah, Jumblatt meramalkan, "perang saudara akan berkobar lebih dahsyat."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus