Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wikileaks tak ber-henti bersuara lantang. Meski pendirinya, Julian Assange, ditahan polisi Inggris, situs pembocor dokumen itu terus memperbarui informasi dan menyebarkannya kepada publik. Ahad, 19 Mei lalu, misalnya, WikiLeaks menyatakan pejabat Ekuador akan me--nyerahkan barang pribadi Assange yang tertinggal di Kedutaan Besar Ekuador di London kepada jaksa Amerika Serikat.
WikiLeaks menulis bahwa barang Assange yang disita itu antara lain do-ku-men hukum, catatan medis, peralatan elek-tronik, dan dua catatan pribadi. Pe-jabat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pengacara Assange disebut tak diizinkan hadir dalam penyitaan. “Ini perampasan properti secara ilegal yang diminta oto-ritas Amerika,” kata pengacara As-sange, Baltasar Garzón, seperti dikutip Wiki-Leaks.
Polisi menyeret Assange keluar dari Ke--du-taan Ekuador di London pada 11 April lalu setelah pemerintah Presiden Ekuador Lenin Moreno mencabut sua-kanya. Assange kemudian ditahan dan menjalani hukuman penjara 50 pekan karena pelanggaran jaminan. Dia juga menghadapi permintaan ekstradisi dari Amerika Serikat setelah pihak berwenang di sana menuduhnya berkonspirasi untuk membobol data dari komputer pemerintah.
Pemimpin redaksi WikiLeaks, Kristinn Hrafnsson, menuding rezim anyar Ekuador bertindak seperti melayani tuan barunya di Washington—merujuk pada pemerintah Amerika. “Pemerintah Donald Trump mendorong sekutunya berperilaku seperti di dunia Barat yang liar,” ucap Hrafnsson.
Kedutaan Ekuador di London telah men-jadi rumah Assange tujuh tahun terakhir. Pria 47 tahun asal Australia ini berlindung di dalam kedutaan untuk menghindari ekstradisi ke Swedia setelah namanya ter-seret kasus kekerasan seksual sejak Agus-tus 2010. Penegak hukum Swedia, yang sebelumnya membatalkan tuduhan, kem-bali membuka penyelidikan setelah Assange ditahan di Penjara Belmarsh.
Assange adalah programmer, jurnalis, dan aktivis yang mendirikan situs Wiki-Leaks pada 4 Oktober 2006. WikiLeaks men--deklarasikan diri sebagai organisasi media nirlaba yang mempublikasikan infor-masi dan dokumen rahasia yang dipa-sok sumber anonim atau whistleblower. Wiki-Leaks pernah menggemparkan dunia saat membocorkan lebih dari 250 ribu kawat diplomatik Kementerian Luar Negeri Ame-rika dan berkas tentang Perang Irak, yang membongkar kebijakan luar negeri serta pertahanan Negeri Abang Sam.
Assange aktif sebagai editor WikiLeaks hingga Maret 2018. Saat itu Kedutaan Ekua-dor menyetop akses Internet dan ko--mu-nikasinya selama enam bulan. Hal tersebut mendorong pria berambut perak itu me-nunjuk koleganya, jurnalis investigasi asal Islandia, Kristinn Hrafnsson, sebagai pemimpin redaksi WikiLeaks. Adapun Assange tetap menjadi penerbit WikiLeaks. “Dalam arti yang sebenarnya, WikiLeaks adalah Julian Assange,” tutur James Ball, war-tawan Inggris yang pernah bekerja di WikiLeaks.
Dalam menjalankan WikiLeaks, Assange didampingi sederet kolega yang mumpuni dan loyal. Hrafnsson, Sarah Harrison, dan Joseph Farrell adalah orang-orang dekat Assange yang cukup lama mendukung sepak terjang WikiLeaks. Hrafnsson, 56 tahun, misalnya, telah terlibat dalam WikiLeaks selama hampir satu dasawarsa. Sebelum didapuk sebagai pemimpin re--daksi, pria berambut perak teman terdekat Assange ini menjadi juru bicara WikiLeaks selama 2010-2016.
Hrafnsson menghabiskan tiga dekade bekerja sebagai jurnalis di Islandia. Dalam sejumlah laporan investigasinya, yang menguak skandal penipuan yang berujung pada bangkrutnya Bank Kaupthing, ia menggunakan dokumen bocoran dari WikiLeaks. Pada 2010, ia bersama Assange mendirikan firma penerbitan Sunshine Press Productions di Islandia. “WikiLeaks telah diserang selama sepuluh tahun. Saya sadar betul bahaya yang menyertai pekerjaan ini,” kata Hrafnsson mengenai jabatan barunya.
Jurnalis Inggris, Sarah Harrison, berusia pertengahan 20-an tahun saat mulai be-kerja untuk WikiLeaks pada 2010. Dia ber-gabung ketika WikiLeaks tengah getol me-nerima, memverifikasi, dan mem-bocorkan informasi paling dahsyat hingga kini: catatan Perang Irak, perang Afganistan, dan skandal kawat diplomatik Cablegate. Ketiganya kumpulan dokumen rahasia militer Amerika yang dibocorkan Chelsea Manning, mantan analis intelijen Angkatan Darat yang dihukum tujuh tahun di penjara militer.
Harrison, editor investigasi WikiLeaks, adalah anggota staf yang mendampingi Assange di sebuah rumah di Norfolk, Inggris, pada 2011 ketika situs pembocor itu akan menerbitkan ribuan kawat di-plo-matik Kementerian Luar Negeri Amerika. Harrison-lah yang menghubungi nomor darurat Kementerian untuk memberikan peringatan ihwal bocoran kawat yang segera mereka sebarkan. “Dia benar-benar bisa dipercaya,” ujar Vaughan Smith, pe--milik rumah di Norfolk dan jurnalis pen-dukung WikiLeaks.
Harrison tidak hanya dikenal sebagai kolega dan orang dekat Assange. Perempuan berambut pirang ini juga berperan penting dalam pelarian pembocor data Badan Keamanan Nasional Amerika (NSA), Edward Snowden, dari Hong Kong. Dia ikut terdampar bersama Snowden selama 40 hari di Bandar Udara Moskow, Rusia, pada pertengahan 2013. Ketika Snowden akhirnya mendapatkan suaka di Moskow, Harrison terus mendampinginya selama tiga bulan untuk memastikan dia sudah dalam keadaan aman.
Menurut Harrison, WikiLeaks bekerja de-ngan cara unik. Tidak seperti media pada umumnya, yang menemukan dan menggali cerita, WikiLeaks ibarat wadah yang sa--ngat aman untuk menaruh bermacam rahasia. Situs itu menjadi pendekatan baru bagi whistleblower karena Assange mam-pu membangun sistem pelaporan ter-en-kripsi yang membuat pelapor hanya bisa mengirimkan informasi rahasia se-cara anonim. “Jurnalis telah lama bekerja dengan sumber anonim tapi tanpa me-li-bat-kan teknologi. Nah, Julian membuat Wiki-Leaks menjadi organisasi berbeda dengan teknologi yang dibangunnya,” ucapnya.
Kendati tanpa kantor resmi, WikiLeaks be-kerja dengan rapi. Semua anggota staf--nya, umumnya jurnalis dan pe-nga-cara yang tak diketahui persis jum-lah-nya dan tersebar di berbagai ne-gara, ter-hubung lewat dunia maya. Wiki-Leaks gencar mengkampanyekan pen-da-naan publik melalui donasi untuk mem-biayai ke-giatannya. Ketika Assange di-tahan, Wiki-Leaks menggalang dana un-tuk meng-ongkosi proses hukum agar pen-dirinya itu tidak diekstradisi ke Amerika, tempat dia bisa diancam hukuman mati.
WikiLeaks pernah dituding menerima duit dari badan telik sandi Rusia setelah ke-menangan Donald Trump dalam pe-milihan Presiden Amerika Serikat pada awal 2017. Tuduhan ini mencuat karena WikiLeaks membocorkan dokumen dari server Komite Nasional Partai Demokrat, yang mengusung Hillary Clinton, selama masa kampanye. “Sumber kami bukan dari pemerintah Rusia,” tutur Assange saat itu kepada Fox News.
Kristinn Hrafnsson pernah membantah anggapan bahwa WikiLeaks adalah As-sange dan Assange adalah WikiLeaks. Apa-lagi WikiLeaks tidak hanya didukung oleh sederet anggota staf yang mumpuni, tapi juga disokong dewan penasihat yang beranggotakan tokoh dari beragam latar belakang, antara lain aktivis prodemokrasi Wang Dan, penulis Phillip Adams, dan advokat hak asasi manusia Francisco “Chico” Whitaker.
WikiLeaks bahkan bekerja sama dengan berbagai lembaga, termasuk institusi pers terkemuka di dunia seperti The Guardian, The Washington Post, New York Times, The Te-le-graph, Le Monde, dan Reporters Without Borders. Karena itulah WikiLeaks, kata Hrafns-son, “Bukan organisasi satu orang.”
MAHARDIKA SATRIA HADI (THE INDEPENDENT, DER SPIEGEL, NBC NEWS)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo