Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mata-mata Para Wali Saudi

Pemerintah Arab Saudi menyediakan Absher untuk berbagai layanan online. Jadi alat wali lelaki untuk membelenggu perempuan.

23 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perempuan Arab Saudi saat berada di ruang publik di Riyadh, September 2017./REUTERS/Faisal Al Nasser

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akun Twitter @Georgia-Sisters2 mendadak “di-gem-bok” sejak Senin, 20 Mei lalu. Sebelumnya, di akun inilah Maha dan Wafa al-Subaie, dua perempuan bersaudara asal Arab Saudi, menuturkan upaya pelarian mereka dari kampung halaman dan memohon suaka kepada Komisi Tinggi untuk Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Maha, 28 tahun, dan Wafa, 25 tahun, hengkang dari Saudi karena disiksa secara fisik dan emosional oleh para wali lelaki mereka. Keduanya terbang ke Turki dan mendarat di Georgia pada 1 April lalu. Cuit-an pertama mereka muncul pada 16 April: “Kami dua bersaudara Saudi yang kabur dari Arab Saudi untuk mencari suaka. Namun keluarga dan pemerintah Saudi telah menahan paspor kami dan kini kami terperangkap di Georgia. Tolonglah, kami butuh bantuan kalian.” Mereka juga menulis petisi di Change.org dan mendapat dukungan 78.252 penanda tangan hingga 20 Mei lalu.

Pelarian Maha-Wafa terjadi setelah dua gadis itu berhasil mencuri telepon seluler ayah mereka dan menyetujui rencana penerbangan mereka di aplikasi Absher di ponsel tersebut. Absher adalah aplikasi Kementerian Dalam Negeri Saudi yang memberikan kuasa kepada para lelaki untuk mengizinkan atau melarang para perempuan melintasi perbatasan negara. Cerita mereka memicu kontroversi soal penggunaan aplikasi itu sebagai alat untuk mengekang gerak para perempuan Saudi.

Human Rights Watch menuntut pemerintah Saudi segera menghentikan pe-nge-kangan itu. Lembaga pengawas hak asasi manusia internasional tersebut juga mendesak Google dan Apple, yang menyediakan Absher di Play Store dan App Store, meminta Saudi menghentikan sistem pengawasan itu. Dua perusahaan besar itu juga diminta memperbarui syarat layanan mereka untuk mengantisipasi aplikasi yang melanggar hak asasi.

“Aplikasi Absher adalah alat modern bagi sistem represif dan ketinggalan zaman untuk mengendalikan perempuan,” kata Rothna Begum, peneliti senior hak-hak perempuan di Human Rights Watch. “Arab Saudi harus mengakhiri persyaratan yang memalukan dan diskriminatif bagi pe-rempuan untuk dapat bepergian ke luar negeri ini,” ujarnya dalam rilis yang diterbitkan lembaga itu, awal Mei lalu.

Saudi mewajibkan para perempuan memiliki wali pria, yang biasanya adalah ayah, suami, atau saudara lelaki mereka, untuk berbagai keperluan, seperti membuat paspor, melancong ke luar negeri, menikah, atau kuliah.

Absher, yang artinya “kabar baik”, ada-lah layanan elektronik pemerintah bagi warga Saudi untuk berbagai hal, ter-masuk visa naik haji, memperbarui paspor, mendapatkan kartu penduduk, mem-buka rekening bank, dan mengajukan permohonan visa pekerja migran. Layanan yang bisa digunakan di iPhone dan ponsel pintar berbasis Android itu juga mempermudah orang mengurus izin mengemudi dan membayar tilang. Hingga Februari lalu, Absher telah diunduh 4,2 juta kali di App -Store dan sejuta kali lebih di Play Store.

Aplikasi yang aktif sejak 2007 itu memungkinkan warga negara Saudi dan orang asing berurusan dengan pemerintah dan menghindari birokrasi yang berbelit. “Sekarang jumlah penggunanya mencapai 11,6 juta dan mengakses lebih dari 160 layanan,” kata Manajer Absher, Atiyah al-Anazy, kepada Arab News.

Kendati tidak bisa langsung melacak per-gerakan para perempuan, Absher me-mungkinkan wali mereka melihat semua perjalanan mereka di dalam dan luar negeri. Bahkan aplikasi itu memungkinkan para wali membatasi tujuan dan lama perjalanan mereka. Akibatnya, banyak pe-rempuan Saudi, yang mengalami ke-kerasan di keluarganya, kesulitan untuk kabur. Mansour al-Askar, sosiolog dari Imam Muhammad ibn Saud University, mem-perkirakan lebih dari seribu perempuan kabur dari Saudi setiap tahun.

Sebanyak 14 anggota Kongres Amerika Serikat dari Partai Republik dan Demokrat, seperti Jackie Speier dan Ilhan Omar, meminta Google dan Apple mencabut aplikasi itu. Mereka me-nyebut dua perusahaan teknologi informasi raksasa itu menjadi “antek-antek penindasan perempuan Arab Saudi”.

CEO Apple Tim Cook berjanji mendalami aplikasi itu. “Saya belum mendengar soal itu, tapi jelas kami akan memeriksanya jika ada masalah,” ujarnya. Google mengaku telah meninjau Absher dan menyimpulkan bahwa aplikasi itu tidak melanggar syarat dan ketentuan mereka sehingga mereka menolak menghapusnya dari Play Store.

Kementerian Dalam Negeri Saudi menilai kritik terhadap Absher adalah “kampanye sis-tematis yang mempertanyakan tu-juan dari layanan ini”. Aplikasi itu, me-nu-rut Kementerian, justru membantu se-mua anggota masyarakat, termasuk pe-rem-puan, orang lanjut usia, dan orang dengan ke-butuhan khusus.

IWAN KURNIAWAN (THE ECONOMIST, NATIONAL PUBLIC RADIO, NATIONAL POST, ARAB NEWS)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus