Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ke Heliopolis Mubarak Kembali

Mesir melangsungkan pemilu multikandidat untuk pertama kalinya. Hingga Jumat malam pekan lalu, Presiden Husni Mubarak menempati posisi terkuat: menyapu 80 persen suara. Tempo melaporkan dari Kairo.

12 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemandangan Madrasah Hay Asyir berbeda dari biasanya pagi itu. Tak terlihat murid lalu-lalang, tak ada guru mondar-mandir. Sekolah diliburkan. Toh Madrasah tetap buka sejak sebelum pukul delapan pagi. Hari itu, Rabu pekan lalu, warga setempat serta seluruh antero Mesir memberikan suara untuk memilih presiden baru. Madrasah Hay Asyir, yang masuk wilayah Madinah Nasr, di jantung Kota Kairo, disulap menjadi tempat pemungutan suara (TPS). Di salah satu kelas, para petugas menyusun lima kotak suara di tempat-tempat yang telah disiapkan.

Tempo hadir di TPS itu sejak pagi, dan menyaksikan sebuah pick up Chevrolet hitam milik dinas keamanan Mesir menurunkan beberapa personelnya untuk menjaga keamanan. Warga berdatangan satu-satu pada pagi hari dan kian ramai setelah siang. Ada 10 kandidat yang bertaruh. Ini pertama kalinya Mesir melangsungkan pemilihan presiden multikandidat sejak menjadi republik pada 18 Juni 1953. Presiden Husni Mubarak, yang telah bertakhta selama 24 tahun, turut bertarung untuk ronde kekuasaan kelima.

Banyak yang geram. Tapi Mubarak sulit dikecam karena dia toh berhasil menghadirkan pemilu demokratis. Pada Februari 2005, dia mendesak parlemen Mesir mengamendemen konstitusi, sehingga pemilu multikandidat bisa diwujudkan. Berhasil. Lawan-lawannya mencibir ini cuma pelamis agar Mesir ”terlihat demokratis” di dunia internasional. ”Mubarak tidak membuka keran demokrasi dan kebebasan bersuara bagi yang berseberangan dengan pemerintah,” ujar Ketua Ikhwanul Muslimin, Muhammed Mahdi Akef, dalam wawancara via saluran internasional dengan kontributor Tempo di Solo, Zuhaid el-Qudsy, dua pekan lalu.

Mubarak jalan terus, dan tak tergoyahkan. Hitungan suara hingga Jumat malam pekan lalu menunjukkan pria 77 tahun itu melibas sembilan pesaingnya dengan mudah. ”Mubarak unggul lebih dari 80 persen suara,” kantor berita Reuters menyiarkan pada Jumat malam pekan lalu. Dia memang unggul dari segala segi: pengalaman, uang, jaringan, serta pemilih tradisional yang sudah ”turut Mubarak” selama lebih dari dua dekade terakhir.

Konstitusi Mesir memberikan hak kepada setiap warga di atas 18 tahun untuk ikut mencoblos. Dari 74,9 juta penduduk Mesir, kantor berita BBC mencatat ada 32 juta pemilih terdaftar. Barisan penentang Mubarak terkuat, Persaudaraan Ikhwanul Muslimin, yang memiliki hampir 20 juta anggota (sekitar seperempat penduduk Mesir) menyerukan boikot. Jadilah golput (lihat boks Naam dan La Telah Berlalu)!

Sebagian seruan ini berhasil. ”Jumlah pemilih kali ini amat berbeda (jauh menurun—Red.) dibanding pemilu sebelumnya,” ujar Dr Mohammed Kamal Sayyed seorang pengamat politik. Tapi lagi-lagi, seruan ini jauh dari cukup untuk menghumbalangkan Mubarak. Sembilan kandidat sulit bertarung dengan Pak Tua itu, yang sudah khatam mengelola 72 juta rakyat Mesir, menghadapi serangan bom gerakan ekstrem, atau menghadapi musuh bangsa Arab nomor satu: Israel. ”Mubarak akan muncul sebagai pemenang,” kata Ashraf Rady, analis politik di Kairo.

Kandidat partai oposisi pun rata-rata masih bau kencur. Salah satunya Ayman Nour dari Partai Al-Ghad, yang hanya memperoleh 12 persen suara. Golongan mahasiswa yang selama ini menentang Mubarak pun terpaksa mengakui kekukuhan dia. Karim Hassan, 25 tahun, misalnya. Mahasiswa Universitas Ayn Shams, Kairo, ini memilih golput. Tapi, ”Kalau ada yang memberikan suara untuk Mubarak, saya tak bisa menyalahkan, karena amat riskan untuk melakukan perubahan saat ini,” ujarnya kepada Tempo.

Jasa Mubarak memang tak kecil. Dia menjadikan Mesir surga bagi turis asing, yang membuat rakyat Mesir menikmati pendapatan per kapita US$ 3.710 (Rp 37,1 juta) pada 2003. Dia trengginas menyediakan makanan murah untuk rakyat miskin Mesir. Bukan berarti rapornya tanpa angka merah. Human Right Watch melaporkan, penjara Mesir sesak oleh 15 ribu pembangkang yang digaruk aparat tanpa dakwaan dan pengadilan. Penyiksaan aparat Badan Investigasi Keamanan Negara (SSI) menewaskan 17 orang tewas dalam tahanan selama 2002 dan 2003. Mubarak memagari kekuasaannya dengan undang-undang keadaan darurat sejak ia mewarisi kekuasaan dari Presiden Anwar Sadat, yang terbunuh pada 1981.

Prestasi ekonomi dia sejatinya juga tak secemerlang statistik resmi Mesir. Mingguan The Economist mencatat, meski pendapatan per kapita meningkat dari US$ 3.430 naik ke US$ 3.710 pada 2003, pertumbuhan ekonomi justru meluncur dari 5,11 persen pada 2000 menjadi hanya 1,80 persen pada 2003. Pengangguran menggila dari angka 9,90 persen hingga 18 persen.

Semua borok ini yang dibuka lebar oleh gerakan oposisi Kifaya (Cukup Sudah, Mubarak). Mereka menggelar demonstrasi tanpa izin saat pintu pemungutan suara dibuka. Sekitar 3.000 orang dari pihak oposisi meneriakkan yel-yel, ”Batal.” Kifaya mengkampanyekan boikot pemilu. ”Pemilihan presiden ini adalah referendum yang disamarkan dan legitimasinya diragukan,” ujar George Ishaq, Ketua Kifaya.

Tudingan kecurangan mengalir dari berbagai TPS, mulai dari praktek memaksa hingga menyuap pemilih. Pemerintah tak mengizinkan lembaga pemantau masuk ke tempat pencoblosan. Toh Amerika Serikat puas dengan demokratisasi ala Mubarak. ”Apa pun hasilnya, pemilu ini merupakan saat yang bersejarah bagi Mesir,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Sean McCormack.

Hasil akhir belum diumumkan hingga Sabtu pekan lalu. Tapi, dengan lebih dari 80 persen suara, Husni Mubarak sudah pasti melenggang ke Istana Qasr Riasy di Heliopolis. Dan kembali memandu Mesir selama enam tahun ke depan.

Raihul Fadjri (Jakarta), Zuhaid el-Qudsy (Solo), Hibba Ali Radwan (Kairo, Mesir)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus