Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jarum jam menunjukkan pukul 7.30 pagi waktu Kairo. Tempat pemungutan suara (TPS) Madrasah Hay Asyir, Kairo, masih lengang seolah tak akan ada kegiatan besar. Padahal, hari itu untuk pertama kalinya rakyat Mesir akan memilih lebih dari satu kandidat presiden. Selama ini warga hanya disodori selembar kertas suara berisi dua kata keramat: na’am (ya) dan la (tidak) dalam referendum. Selama empat periode kekuasaan Mubarak, Mesir cuma mengenal referendum setuju atau tidak setuju untuk memperpanjang kekuasaan Mubarak saban enam tahun.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo