Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pupuk Haram di Tangan Uskup

Uskup Agung pendukung Presiden Arroyo diduga telah menerima uang dari hasil bisnis judi. Menurut mereka, uang judi kasino boleh dipakai.

12 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak mudah merobohkan pohon banyan raksasa yang banyak tumbuh di Filipina, terutama bila akarnya telanjur menembus lahan padas. Hal itu yang terjadi di Manila pekan lalu, ketika kelompok oposisi gagal menumbangkan Presiden Gloria Macapagal Arroyo. Meski telah digempur lewat serangkaian aksi demo di jalanan dan petisi pemakzulan di parlemen, Aroyo tak tergoyahkan. Semua gara-gara kuatnya penyokong yang terus dipupuk Presiden Filipina ke-14 itu.

Salah satu ”akar tunggang” Arroyo adalah Konferensi Uskup Katolik Filipina (CBCP). Persatuan para uskup ini dengan teguh merapatkan barisan di belakang presiden wanita yang didakwa melakukan korupsi dan penggelembungan suara dalam pemilihan umum 2004 ini. Akibatnya, kini Gereja menuai isu tak sedap. Media Filipina mengendus adanya kucuran deras uang pengusaha judi pro-Arroyo ke kantong-kantong derma Gereja.

Pekan lalu, The Philippines Daily Inquirer, mengutip dokumen The Philippines Amusement and Gaming Corp (Pagcor), mencatat sumbangan dana senilai 500 ribu hingga empat juta peso (Rp 9,1 hingga 700 juta) kepada para uskup. Nama pimpinan CBCP, Uskup Agung Davao Ferdinand Capalla, tertera dalam dokumen itu bersama Uskup Agung Cebu Ricardo Cardinal Vidal dan Uskup Agung San Fernando Paciano Aniceto.

Ketiga uskup itu disebut sebagai penerima sumbangan tunai dari ”pos dana intelijen” Pagcor yang dipimpin Eufraim Genuino. Pada 2003, ada pula dua uskup lain beserta 45 pendeta dan 18 organisasi keagamaan dituding menerima jutaan peso dari Pagcor sebagai ”hadiah Natal”.

Belakangan, Capalla mengaku pernah menerima sumbangan dari kantor Pagcor di Davao, namun jumlahnya tak terlalu besar. Hal ini, kata dia, sudah biasa terjadi pada masa lalu, ketika Gereja baik secara institusi maupun perorangan menerima sumbangan serupa. ”Gereja bisa langsung meminta uang kepada Pagcor, dan mereka akan meluluskan permintaan itu dengan mengirimkan cek bertuliskan bantuan bagi kaum miskin,” ujarnya. Menurut dia, uskup hanya bertindak sebagai penghubung.

Uskup Agung Vidal juga membenarkan dirinya telah menerima, meski menurut dia sumbangan itu langsung disetor ke badan amal. Demikian pula Uskup Agung Aniceto. Aniceto mengaku menerima sumbangan Pagcor setelah meletusnya Gunung Pinatubo pada 1991. Uang itu digunakan untuk membiayai pemukiman kembali sekitar 15 ribu keluarga korban bencana, termasuk sejumlah warga paroki di Tarlac, Zambales, dan Pampanga. Wilayah ini tak lain kampung halaman Arroyo, yang saat itu telah menjadi presiden selepas penggulingan Joseph Estrada.

Menurut Capalla, tidak ada yang salah dengan uang judi, asal tidak melibatkan atau membujuk orang miskin berjudi. Duit Pagcor—yang mengelola kasino itu—dianggapnya halal karena bukan diambil dari orang miskin. ”Hanya orang kaya yang menghabiskan uangnya untuk berjudi,” kata Sang Uskup. Ia berkukuh tak pernah menerima uang sepeser pun dari pengelola undian berhadiah Lotto, judi legal yang paling diminati kaum papa Filipina.

Tapi, dalam politik, masalahnya menjadi tidak sederhana. Pada Juli lalu pejabat Pagcor mengaku telah meninggalkan ”amplop-amplop kecil” berisi uang di meja para uskup, sebelum mereka pergi ke konferensi tahunan CBCP di Kota Tagaytay. Lalu, pada 10 Juli, para uskup mengeluarkan pernyataan mendukung Presiden Arroyo.

Dari hasil pelacakan aliran sumbangan serta kuatnya dukungan para uskup inilah kelompok oposisi menuding Arroyo menggandeng Gereja dengan uang judi. Apalagi, bulan lalu bekas Menteri Sosial Corazon ”Dinky” Soliman telah mundur dan sempat membongkar rahasia. Menurut dia, di hadapan anggota kabinet, Arroyo pernah mengaku tak berani memecat Genuino. Alasannya, Kepala Pagcor itu dinilai telah berjasa besar dalam ”mengurus media dan para uskup”.

Tampaknya, kucuran pupuk inilah yang memperkuat akar tunggang Arroyo.

Kurie Suditomo (The Philippines Daily Inquirer/AFP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus