SEMENTARA Israel mengepung dan tak rela mundur, Philip Habib
yang mewakili Presiden Reagan berdiplomasi kiri dan kanan --
mengusahakan kompromi, dengan tujuan memindahkan gerilyawan
Palestina dari Beirut Barat. Ternyata sulit. Dan Gamma, satu
jaringan media Prancis, mengiiim reporter Patrice Barrat ke kubu
pertahanan PLO. Berikut ini petikan dari tanya jawabnya dengan
tokoh kedua dalam PLO Abu Iyad, untuk TEMPO.
Adakah terlintas di pikiran anda kemungkinan angkat kaki dari
Libanon?
Ke mana kami akan pergi? Satu-satunya tempat kepindahan yang
kami setujui ialah Palestina.
Mungkinkah anda meyakinkan orang Libanon bahwa PLO bukan suatu
negara dalam suatu negara, bahwa bukan di sini rumah anda?
Tak pernah kami bermaksud menjadi satu negara dalam satu negara.
Adalah partai Phalangist yang memperluas konflik dalam tahun
1974. Israel mempersenjatainya, maka kami pun mempersenjatai
diri, berbarengan dengan Gerakan Nasional Libanon, dan Gerakan
Amal -- keduanya telah berkembang sekali selama tahun-tahun
terakhir ini.
Kami tentu saja membuat kesalahan, tapi begitu juga kaum
Nasrani. Dalam April 1981 Bashir Gemayel sendiri mengatakan
bahwa dia menghendaki pembunuhan sesarna orang Kristen supaya
berhenti. Tony Frangiyeh terbunuh oleh golongan Kristen. Adakah
dia pro-PLO? Tidak.
Apakah anda merasa diburu, terpojok hari ini?
Kami tidak terpojok. Memang betul bangsa kami menderita
pembantaian oleh fasisme berbentuk lain. Tapi lihat perang
Arab-Israel di masa lalu. Belum pernah siapa pun menghadang
Israel seperti yang kami lakukan sekarang. Soalnya ialah belum
pernah jelas posisi Arab. Israel dan pemerintah Libanon cuma
ingin satu hal, yaitu kami angkat tangan kami dan menyerah. Jadi
saya bisa mengatakan bahwa apa pun akibat suatu bentrokan,
walaupun kami harus dikorbankan, generasi lain akan melanjutkan
perjuangan untuk tanah air kami, dan tujuan Palestina akan tetap
hidup. Saya bukannya sentimental bila saya berkata begini.
Bagaimana anda menjelaskan sepinya reaksi masyarakat Palestina
di wilayah pendudukan Israel di Gaza dan Tepian Barat, terhadap
invasi Israel?
Mereka telah bereaksi, tapi penguasa Israel menyensur informasi.
Masyarakat Palestina di sana telah menjalani pemogokan. Mereka
telah menyumbang gaji sehari untuk korban Libanon. Mereka telah
menolak sumbangan UNRWA (badan PBB) supaya bantuan itu
disampaikan saja untuk para korban krisis Libanon. Mereka telah
berdemonstrasi. Israel kini melancarkan perang politik terhadap
mereka. Tapi pertanyaan nyata ialah kenapa tidak ada reaksi
dunia Arab.
Dapatkah berbagai rezim Arab berkilah memang begitu sikap rakyat
masing-masing?
Tidak, tak mungkin bisa begitu. Rakyat Arab tampaknya dalam
keadaan tertekan, tak bisa menyuarakan oposisi mereka. Jangan
lupa, perang ini punya banyak tujuan bagi berbagai pihak. Ia
telah menyelamatkan Saddam Hussein di Irak. Ia telah
menyenangkan negara-negara Teluk, termasuk rezim-rezim yang
tidak sependapat dengan kami di tempat lain.
Apakah yang akan dilakukan PLO jika Libanon menandatangani
perjanjian semacam Camp David?
Selama kami masih ada, dengan Gerakan Nasional dan Gerakan Amal,
tidaklah mungkin bagi Libanon menandatangani persetujuan semacam
itu. Tapi sekiranya Israel menyerang dan menduduki seluruh
Libanon, itu akan menjadi suatu kemungkinan.
Adakah situasi sekarang mendorong kemungkinan Israel dan PLO
salmg mengakui?
Terus terang saja, dengan pembantaian oleh Israel dan kehadiran
mereka, soal itu tidak terpikirkan.
Ada peribahasa: "Jika anda meng hendaki damai, bersiaplah untuk
perang." Tidakkah itu tepat hari ini, pertempuran sengit sebagai
mendahului perundingan?
Sesungguhnya ini bukan pertempuran terhormat. Ini suatu perang
pemusnahan, melenyapkan suatu bangsa. Israel telah membuktikan
dengan invasi mereka bahwa mereka hendak memusnahkan segala
yang berbau Palestina di Libanon.
Seorang wanita Libanon pernah datang menangis pada saya dan
menceritakan pengalamannya bertemu dengan pasukan Israel. Mereka
memisahkan orang Palestina dan orang Libanon. Itu normal. Tapi
ketika seorang wanita Libanon hendak melindungi satu bocah
Palestina, perwira Israel berkata: "Tidak, anak ini orang
Palestina, dan harus ikut kami."
Jika mereka menahan anak-anak, bagaimana mungkin kami berbicara
dengan mereka?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini