Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran hutan Amazon pada 2019 telah menyentuh rekor tertinggi sejak 2013 dan meningkat 83 persen dibanding tahun lalu. Naiknya kasus kebakaran hutan Amazon ini menjadi sorotan dalam pertemuan G7 di Prancis karena berdampak besar pada dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hutan hujan Amazon memiliki luas 5,5 juta kilometer persegi. Pada awal Agustus, Brasil mengumumkan keadaan darurat terkait meningkatnya jumlah kebakaran di wilayah tersebut. Sepanjang 2019, pusat penelitian luar angkasa Brasil, INPE, mendeteksi ada sekitar 73 ribu kasus kebakaran di area itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Naiknya angka kebarakan ini karena pada Juli dan Agustus adalah awal musim kemarau yang merupakan bulan terkering di kawasan itu. Puncak musim kemarau jatuh pada awal September dan berakhir pada pertengahan November 2019.
Christian Poirier, direktur lembaga nirlaba Amazon Watch mengatakan kebakaran hutan Amazon juga diduga dipicu sebagai upaya untuk membuka lahan baru pertanian atau peternakan. Walhasil, sebagian besar kebakaran dapat dikaitkan dengan manusia.
Kebakaran hutan Amazon berdampak pada perubahan iklim. Lembaga Greenpeace mengatakan kebakaran hutan dan perubahan iklim beroperasi dalam lingkaran setan.
Ketika jumlah kebakaran meningkat, emisi gas rumah kaca juga meningkat. Kondisi ini membuat suhu keseluruhan bumi naik. Saat suhu bumi meningkat, maka cuaca ekstrem seperti kekeringan besar menjadi lebih sering terjadi.
"Selain meningkatkan emisi, deforestasi berkontribusi langsung pada perubahan pola curah hujan di wilayah yang terkena dampak dan memperpanjang panjang musim kemarau. Kondisi ini juga mempengaruhi hutan, keanekaragaman hayati, pertanian dan kesehatan manusia," tulis Greenpeace.
Aktor Leonardo DiCaprio mengunggah foto kebakaran hutan Amazon. Instagram
Efek kerusakan pada hutan Amazon bukan hanya dialami Brasil dan negara tetangganya. Sebab hutan hujan Amazon di kawasan ini menghasilkan lebih dari 20 persen oksigen bagi dunia dan merupakan rumah bagi 10 persen keanekaragaman hayati dunia.
Hutan hujan Amazon disebut sebagai paru-paru bumi dan memainkan peran utama dalam mengatur iklim. Dunia akan berubah secara drastis jika hutan ini lenyap.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat, 23 Agustus 2019, melalui Twitter mengatakan pihaknya siap membantu kebakaran hutan Amazon.
"Saya memberi tahu dia (Bolsonaro) jika Amerika Serikat dapat membantu kebakaran hutan Amazon, kami siap membantu," kata Trump.
Presiden Venezuela Nicolás Maduro juga menyatakan keprihatinan tentang kebakaran yang menghancurkan Brasil dan Bolivia. Pihaknya menawarkan bantuan untuk membantu memadamkan api.
Saat ini hashtag #ActForTheAmazon ramai di sosial media untuk mengungkapkan rasa empati para pengguna internet terhadap kebakaran hutan Amazon ini. Hingga saat ini, api masih dinyatakan aktif.
REUTERS | CNN | CNET | MEIDYANA ADITAMA WINATA