Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah berita dari radio membuat Tom Popper langsung meminggirkan mobilnya. Pada Rabu pagi dua pekan lalu itu, dia tengah berkendara menuju kantornya, InsightCuba, di New Rochelle, New York. Berita yang dia dengar: Alan Gross, nama yang begitu dikenalnya, kontraktor USAID yang telah lima tahun dipenjara di Kuba karena membawa peralatan komunikasi, dibebaskan. "Saya lupa bahwa saya sedang di dalam mobil," kata pria 47 tahun ini kepada The New Yorker.
Begitu sampai di kantor, Popper langsung menghubungi Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri. Maklum, kantornya merupakan salah satu organisasi yang mendapat lisensi dari Departemen Keuangan untuk membantu warga Amerika melakukan perjalanan ke Kuba dengan legal.
Tak bisa mendapatkan orang yang bisa menjelaskan, Popper menghidupkan televisi. Persis ketika itu Presiden Barack Obama tengah berpidato, mengumumkan langkah pemulihan hubungan Amerika Serikat-Kuba yang beku selama 53 tahun terakhir.
"Kita akan mengakhiri pendekatan kuno yang selama beberapa dekade gagal membawa kepentingan kita. Bahkan kita akan mulai menormalisasi hubungan di antara kedua negara," ucap Obama. Dia juga menyatakan akan ada beberapa tindakan perbaikan, di antaranya pelonggaran pembatasan lalu lintas uang dan orang.
"Ini adalah berita terbaik selama beberapa generasi ini," ujar Popper.
Kegembiraan tak hanya dirasakan di kantor InsightCuba di New York. Dalam sebuah acara konferensi di Havana, Kuba, orang-orang bertepuk tangan saat Presiden Raul Castro mengumumkan pembebasan tiga "pahlawan" Kuba yang dipenjara di Amerika dengan tuduhan menjadi mata-mata. Tepuk tangan lebih keras saat Castro mengumumkan pembukaan hubungan diplomatik dengan Negeri Abang Sam. Ketika pengumuman usai di layar televisi, mereka bahkan menangis dan langsung berdiri menyanyikan lagu kebangsaan.
"Akhirnya mimpi buruk panjang ini telah berakhir. Sebuah babak baru sejarah telah terbuka," kata seorang akademikus, seperti dituliskan Richard Feinberg, profesor ekonomi politik internasional Sekolah Hubungan Internasional dan Studi Pasifik di University of California, San Diego, yang juga mantan asisten khusus Presiden Bill Clinton dan direktur senior Kantor Hubungan Antar-Amerika Dewan Keamanan Nasional yang ada di acara tersebut, di situs Brookings.edu. Jalanan pun, menurut Feinberg, penuh senyuman dan pembicaraan akan kabar gembira itu.
SEBUAH babak baru yang sangat bersejarah memang dibuka oleh Presiden Barack Obama dan Presiden Raul Castro, saudara pemimpin Kuba legendaris, Fidel Castro. Sembilan Presiden Amerika sebelumnya tak pernah berhasil menyandingkan kedua negara.
Karena beraliansi dengan Uni Soviet, Kuba menjadi musuh Amerika. Pada 1960, untuk pertama kalinya Presiden Dwight D. Eisenhower menetapkan embargo perdagangan terhadap Kuba dan memutus hubungan diplomatik. Pada April 1960, Presiden John F. Kennedy berupaya menggulingkan Fidel Castro melalui Operasi Teluk Babi—tapi gagal. Insiden ini membuat hubungan kedua negara makin panas.
Hubungan antara Amerika dan negeri yang terkenal dengan cerutunya itu tetap buruk saat aliansi komunis dunia hancur—ditandai oleh runtuhnya Tembok Berlin dan disusul dengan tercerai-berainya Uni Soviet. Bahkan, meski Washington telah membangun hubungan dengan Cina dan Vietnam, Kuba yang hanya terpisahkan perairan sejauh 145 kilometer tetap tak tersentuh, bersama Iran dan Korea Utara.
Meski demikian, beberapa kelompok masyarakat dan pengusaha berusaha memulihkan hubungan kedua negara, berbeda dengan beberapa kelompok yang tak ingin "diampuninya" Kuba hingga Havana berubah. Mereka mulai rajin melobi pada 2000-an dan menguat pada masa pemerintahan Obama. Di antara mereka ada Uni Koperasi Pendidikan Petani Amerika dan Federasi Beras Amerika. Tak ketinggalan Caterpillar Inc, perusahaan pembuat mesin untuk konstruksi dan pertambangan. Organisasi agen-agen perjalanan pun melobi demi dibukanya lalu lintas orang. Masuk pula Wall Street ke dalam barisan.
Bukan hanya kelompok yang terkait dengan bisnis, kelompok agama juga menginginkan pembukaan pintu hubungan Amerika-Kuba. Di antaranya kelompok Kristen konservatif, yang merupakan pendukung Partai Republik. Bahkan gereja Katolik di bawah Vatikan berunding dengan pemerintah Kuba untuk mendapatkan semacam "monopoli" di Kuba.
Obama sendiri telah sejak awal pemerintahannya menginginkan membaiknya hubungan Amerika dan Kuba. Baru pada masa jabatan yang kedua ia menempatkan Kuba menjadi prioritas. Pada April 2009, Obama menyatakan Amerika akan mengupayakan awal baru dengan Kuba.
Namun langkahnya terhenti ketika, pada Desember 2009, Alan Gross ditangkap di Kuba dan dijatuhi hukuman penjara 15 tahun karena membawa perlengkapan telekomunikasi. Washington pun mengupayakan lobi untuk membebaskannya, sambil sesekali memberikan "gula-gula" kepada Havana, seperti melonggarkan lalu lintas warga Amerika ke Kuba, juga pembebasan mata-mata Kuba.
Ketika Kuba mulai terlihat mengendurkan pembatasan perjalanan untuk warganya ke Amerika, Gedung Putih merengkuh kesempatan. Obama menunjuk Benjamin J. Rhodes, deputi penasihat keamanan nasional, dan Ricardo Zuniga, direktur senior urusan Hemisphere Barat Dewan Keamanan Nasional, untuk bergerilya, membuka perundingan rahasia dengan Kuba. Proses dimulai pada Juni tahun lalu.
SELAMA satu setengah tahun terakhir, tim perunding Amerika dan Kuba diam-diam bertemu delapan-sembilan kali, yang membuahkan sukses pertukaran tahanan dan pembukaan hubungan diplomatik. Dua aktor asing sangat berjasa dalam proses perundingan itu. Pertama adalah pemerintah Kanada. Kebanyakan pertemuan rahasia dilakukan di Kanada, yang memiliki hubungan diplomatik dengan Kuba. Menurut seorang pejabat Kanada kepada The New York Times, Kanada selalu mengatur pertemuan di Toronto atau Ottawa, meski mereka tak terlibat langsung dalam perundingan.
Penyokong penting lain adalah Paus Fransiskus dan jajarannya di Vatikan. Menurut seorang pejabat Amerika, Paus Fransiskus-lah yang menjadi penjamin kedua pihak mau melaksanakan kesepakatan.
Presiden Obama bahkan bertemu langsung dengan Paus Fransiskus pada Maret lalu. Paus Fransiskus, yang berasal dari Argentina, adalah paus pertama dari Amerika Latin. Beberapa hari kemudian setelah pertemuan, Paus menulis surat kepada Obama dan Castro, menyeru keduanya untuk terus mengupayakan kesepakatan.
Pemimpin tertinggi umat Katolik itu juga membujuk Presiden Castro agar menyetujui pertukaran tahanan—tiga agen intelijen Kuba yang dipenjara di Amerika dengan seorang warga Kuba yang menjadi agen intelijen Amerika dan telah dipenjara di Kuba selama hampir 20 tahun. Untuk alasan kemanusiaan, permohonan pembebasan Alan Gross juga diajukan.
"Paus yang berasal dari kawasan (Amerika Latin) memiliki gema kuat bagi para pemimpin di kawasan ini, termasuk Kuba," kata pejabat Amerika kepada The New York Times. Bahkan saking seriusnya, Oktober lalu, pertemuan rahasia kedua kubu yang menghasilkan kesepakatan final ditarik ke Vatikan.
Sehari sebelum pengumuman, Selasa dua pekan lalu, Presiden Obama dan Castro mengunci kesepakatan. Obama menelepon Castro dan keduanya berbicara selama lebih dari 45 menit.
Keesokan harinya, tiga mata-mata Kuba melenggang menuju Havana. Dari sisi lain, Rolando Sarraff Trujilo, orang Kuba yang menjadi agen intelijen Amerika, bebas. Sementara itu, Alan Gross juga keluar dari penjara dan langsung menuju pesawat militer Amerika untuk terbang pulang. Saat tengah menikmati roti lapis di dalam pesawat, dia menerima panggilan telepon. Presiden Obama menyelamatinya.
"Dia kembali ke tempat seharusnya, di Amerika, bersama keluarga di rumahnya untuk Hanukkah (sebuah perayaan penganut Yahudi)," ujar Obama kemudian.
Purwani Diyah Prabandari (The New Yorker, Foreign Policy, The New York Times, Brookings Brief)
Yang Akan Berubah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo