Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kecelakaan Jeju Air: Investigasi Temukan DNA Bebek Migrasi dalam Mesin Jet

Laporan awal yang dirilis 27 Januari 2025 mengungkap kedua mesin pesawat Jeju Air 7C2216 tersebut mengandung sisa DNA dari burung bebek bermigrasi.

28 Januari 2025 | 16.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bebek Baikal Teals. Shuttestock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dua mesin pesawat Jeju Air, yang mengalami kecelakaan bulan lalu di Korea Selatan, ditemukan mengandung sisa-sisa bebek, menurut laporan awal yang dirilis pada Senin, 27 Januari 2025. Pihak berwenang masih berupaya mengungkap penyebab dari bencana udara paling mematikan yang pernah terjadi di negara tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam laporan awal yang dirilis pada Senin, 27 Januari 2025, otoritas Korea Selatan menemukan bahwa kedua mesin Boeing 737-800 tersebut mengandung DNA dari Baikal Teals, sejenis burung bebek bermigrasi yang datang ke Korea Selatan untuk musim dingin dalam kawanan besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tabrakan Burung dan Keadaan Darurat

Menurut laporan tersebut, pilot pesawat telah mengumumkan keadaan darurat "Mayday" sebanyak tiga kali sebelum mendarat darurat di Bandara Muan. Pesawat dilaporkan mengalami tabrakan dengan kawanan burung saat berada di udara, meskipun waktu pasti tabrakan tersebut masih belum dapat dipastikan. Kotak hitam pesawat berhenti merekam empat menit sebelum benturan, sehingga penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui detail insiden tersebut.

Saat pesawat mencoba mendarat, ia melewati landasan pacu dan menabrak tanggul beton yang menopang antena sistem navigasi lokaliser. Tanggul tersebut menjadi penyebab utama kerusakan fatal pada badan pesawat, yang meledak dan terbakar setelah benturan. Dua awak yang duduk di bagian ekor berhasil selamat dari insiden ini, sementara sisanya, termasuk penumpang, tewas di tempat.

Peran Migrasi Burung dan Infrastruktur Bandara

Kehadiran DNA burung migrasi dalam mesin pesawat menjadi sorotan utama dalam laporan ini. Baikal Teals dikenal bermigrasi ke Korea Selatan dalam jumlah besar selama musim dingin, dan tabrakan dengan burung adalah salah satu risiko penerbangan yang sering terjadi. Para ahli menyatakan bahwa insiden seperti ini jarang menjadi satu-satunya penyebab kecelakaan udara, melainkan kombinasi berbagai faktor.

Fokus investigasi juga mengarah pada tanggul besar di ujung landasan pacu Bandara Muan. Tanggul tersebut dirancang untuk menopang antena lokaliser, yang membantu navigasi pesawat saat pendaratan. Namun, desain tanggul yang sangat kaku dan posisinya yang dekat dengan landasan pacu dianggap memperparah dampak kecelakaan.

Kementerian Perhubungan Korea Selatan mengungkapkan pada Sabtu, 11 Januari 2025, bahwa penyelidikan atas kecelakaan pesawat Jeju Air yang menewaskan 179 orang masih berlangsung. Penyelidik berencana menganalisis penyebab kotak hitam berhenti merekam data.

Perekam suara pesawat awalnya dianalisis di Korea Selatan, tetapi setelah ditemukan kehilangan data, perangkat tersebut dikirim ke laboratorium Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS. Selain itu, perekam data penerbangan yang rusak juga dikirim untuk diperiksa dengan bantuan regulator keselamatan AS.

Kecelakaan terjadi pada penerbangan Jeju Air 7C2216 dari Bangkok ke Muan, Korea Selatan. Pesawat mendarat terbalik, melampaui landasan pacu, menabrak tanggul, lalu meledak. Pilot sempat melaporkan tabrakan dengan burung dan mengumumkan keadaan darurat empat menit sebelum insiden. Dua awak di bagian ekor berhasil diselamatkan.

Menurut mantan penyelidik Sim Jai-dong, kehilangan data dari kotak hitam, termasuk cadangan daya, sangat jarang terjadi. Kementerian Perhubungan berjanji menggunakan data lain untuk menyelidiki penyebab kecelakaan dan akan memastikan transparansi prosesnya.

Penyelidikan juga difokuskan pada tanggul tempat pesawat Jeju Air jatuh, yang dirancang untuk menopang sistem lokalisasi yang digunakan untuk membantu pendaratan pesawat. Penyelidikan juga akan difokuskan untuk mencari tahu mengapa tanggul itu dibuat dengan material yang sangat kaku dan sangat dekat dengan ujung landasan pacu.

Dewi Rina Cahyani turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Kotak Hitam Jeju Air Berhenti Merekam 4 Menit Sebelum Jatuh

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus