SETELAH melalui kampanye yang berlangsung sejak Senin lalu, akhirnya Ramaswamy Venkataraman, 77 tahun, berhasil menyisihkan kedua saingannya: bekas Hakim Agung Krishna Iyer dan Mithilesh Kumar Sinha. Venkataraman terpilih sebagai presiden India kedelapan, Kamis pekan silam menggantikan Zail Singh, yang tidak rukun dengan PM. Venkataraman, seorang pengacara, yang juga tokoh serikat buruh, editor, dan cendekiawan, sejak tahun 1984 menjabat sebagai wakil presiden. Jago tua ini, yang integritasnya tinggi, juga terbukti loyal pada partai Congress (I). "Menurut UUD, Presiden tidak punya kuasa. Karena itu, saya tidak akan mcncari gara-gara dengan Perdana Menteri," katanya kepada pers. Tapi bukan berarti bahwa ia seorang yes man. Sukses merebut 71,3 persen suara pemilih, ia diperkirakan tidak akan mempersulit PM Rajiv Gandhi seperti yang sebelumnya dilakukan bekas Presiden Zail Singh. Tak heran jika kemenangan Venkataraman akan cukup berarti buat Rajiv, setidaknya untuk melakukan perombakan dalam tubuh Congress (I). Akan lebih mudah baginya untuk memperkukuh posisi yang mulai goyah, antara lain karena skandal "Fairfax" dan bentrok Hindu-Sikh yang melonjak belakangan ini. Memang sudah pernah diramalkan bahwa Venkataraman bakal mudah mengumpulkan suara dukungan dari Congress (I) yang masih unggul di 14 negara bagian (menguasai 556 dari 776 kursi parlemen). "Partai ternyata sampai kini masih utuh dan bersatu," kata PM Rajiv Gandhi, sembari menebar senyum, seusai pemilihan presiden itu. Hanya sehari sebelum pemilihan presiden berlangsung, secara mengejutkan Menteri Pariwisata Mufti Mohammad Sayeed mengundurkan diri. Pejabat beragama Islam asal Jammu ini menilai PM Rajiv Gandhi gagal mengatasi setiap aksi kerusuhan dan menjaga citra partai Congress (I). Dalam suratnya tertulis, "Pada siapa lagi rakyat menaruh harapan? Sikap pemerintah yang tak acuh mengatasi kerusuhan rasial ini telah menggerogoti kesatuan nasional." Selama 30 bulan Rajiv memerintah, sudah ada empat menteri mohon berhenti: Menkeh A.K. Sen, Menhan Vishwanath Pratap Singh -- mundur dari jabatan menteri pertahanan gara-gara kasus "Fairfax" -- Menteri Urusan Program Implementasi A.B. Ghani Khan Choudhary, dan Menteri Perindutrian Arif Mohammad Khan. Semua itu belum membuat Rajiv gentar. Pekan lalu ia memecat tiga tokoh penting Partai Congress (I): Arun Nehru, Arif Mohammad Khan, dan V.C. Sukhla. Tindakan ini dianggap sebagai pembersihan ke dalam tubuh Congress (I), mungkin karena ketiga tokoh itu dianggap rajin menjegal kebijaksanaan partai. Banyak pengamat berpendapat bahwa Rajiv akan segera melakukan reorganisasi kabiret dan partai, setelah pengambilan sumpah presiden 25 Juli depan. Sementara itu, bekas Menhan V.P. Singh melancarkan kampanye untuk reformasi politik. "Ini baru langkah pertama untuk merontokkan Congress," kata Nehru, yang masih kemanakan Rajiv Gandhi itu. Sekjen Congress (I), Najma Heptullah, mengomentari, "Kita lihat saja apakah mereka berhasil mendongkel Rajiv." Kuat dugaan Sayeed termasuk kelompok "pembangkang" ini, apalagi ia berencana membenahi tubuh partai di Jammu dan Kashmir. Mungkin juga ini salah satu taktik untuk merontokkan dominasi Partai Congress (I) yang menguasai 14 negara bagian itu. Para anggota Congress menyambut baik tindakan tegas Gandhi yang menilai mereka tidak disiplin terhadap ketentuan partai. "Singh dipecat karena menentang kegiatan partai," kata G.K. Moopanar, Sekjen Congress (I). Bersamaan dengan itu, bintang film Amitabh Bachhan, sahabat keluarga Gandhi, juga mengundurkan diri dari posisinya di parlemen. Ia disebut-sebut terlibat kasus "Fairfax". Dengan terpilihnya Venkataraman, PM Rajiv Gandhi agaknya akan lebih mudah mengambil langkah-langkah positif dalam usaha perbaikan ke dalam. Ketua Rajya Sabha asal Tamil Nadu ini diharapkan bisa bekerja sama dengan Rajiv Gandhi, pada masa-masa yang rawan ini. Harus diakui bahwa figur Rajiv Gandhi masih tetap menarik simpati, sedang komplotan untuk menyingkirkan Mr. Clean yang digerakkan bekas Menhan V.P. Singh dan ketiga rekannya ternyata kandas. Y.S.M.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini