Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ledakan menggertak Zia

Karachi diguncang ledakan bom mobil. sejumlah mahasiswa & kelompok oposisi menuntut presiden zia dan pm junejo untuk mundur. serangan bom sering terjadi di pakistan. afganistan dituduh ikut terlibat.

25 Juli 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENYUT kegiatan sehari-hari di Karachi tiba-tiba terhenti. Selama tiga hari, seluruh rakyat Pakistan berkabung. Sementara itu, sejumlah mahasiswa dan kelompok oposisi, ramai-ramai unjuk rasa di depan gedung Rumah Sakit Jinnah. Mereka menuntut mundurnya Ketua Menteri, Ghaus Ali Shah, yang dipandang tak becus mengamankan Provinsi Sind, Karachi. Waktu itu, Presiden Zia ul Haq dan Ghaus Ali Shah, Ketua Menteri Provinsi Sind, tengah berkunjung ke sejumlah korban luka-luka, akibat bom yang meledak Selasa pekan silam. Batu-batu beterbangan ke arah polisi dan memecahkan kaca mobil yang lewat. Mereka dibalas dengan gas air mata. Dalam aksi unjuk rasa ini dua polisi tewas. Beberapa poster menyuarakan tuntutan agar Presiden Zia ul Haq dan PM Mohammad Khan Junejo meletakkan jabatan. Gelombang protes ini adalah ekor peristiwa meledaknya dua bom mobil di wilayah Saddar, pusat perbelanjaan jantung kota Karachi. Dengan selisih waktu hanya setengah jam, di tengah keramaian orang dan antre bis, bom mobil itu meledak di Bohri Bazar. Hiruk pikuk terjadi. Pria, wanita, dan anak-anak berlarian sembari menjerit ketakutan di tengah gumpalan asap tebal dan debu. Beberapa gedung terbakar, sekitar 20 mobil luluh lantak, 72 orang tewas berkeping-keping, dan 250 orang luka-luka. "Saya tiba-tiba melihat benda-benda beterbangan di udara. Orang-orang berlarian panik minta tolong. Saya lihat banyak korban wanita dengan darah keluar dari telinganya," kata Qasim Bugti, yang tengah duduk di flatnya ketika insiden ini terjadi. Dan Menpen Qazi Abdul Majid Abid serta-merta menyalahkan unsur-unsur subversif dan sabotase dari pihak asing. Serangan bom belakangan ini sering terjadi di Pakistan, yang tampaknya kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah Zia. Di Karachi, pertentangan etnis antara kaum Mohajir dan Pashtun telah menewaskan ratusan orang. Tapi konflik perkauman ini diragukan keterkaitannya dengan insiden bom di pusat kota Karachi itu. Sepekan sebelumnya, di Lahore, tiga ledakan berturut-turut di stasiun kereta api dan terminal bis terjadi dengan selisih waktu hanya beberapa menit. Sembilan orang tewas, 59 luka-luka. Dan sampai pekan ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab. Pemerintah Presiden Zia ul Haq menuduh Afganistan ikut terlibat. "Ini berkaitan erat dengan kebijaksanaan Pakistan terhadap Afganistan," katanya. Beberapa pengamat mengaitkan insiden ini dengan pengungsi Iran yang banyak bermukim di Pakistan. Pihak lain menunjuk pada konflik lama antara sekte Islam Sunni dan Syiah atau konflik etnis lain yang memang belakangan ini sering mengguncang Karachi, kota berpenduduk tujuh juta jiwa itu. Zia pun segera memerintahkan pembentukan sebuah pengadilan khusus untuk menangani kasus ini. Belum jelas memang, siapa pelaku di balik insiden ini. Tapi para diplomat asing menduga, ini hasil kerja mata-mata Afganistan yang berupaya mempengaruhi pendapat umum, khususnya terhadap nasib tiga juta pengungsi Afganistan yang kini menetap di Pakistan. Mereka menilai, bom memang sengaja diledakkan, untuk menekan Islamabad agar menerima proposal penyelesaian perang gerilya yang diajukan rejim Najibullah. Tapi Kabul membantah ikut terlibat dalam insiden itu. PM Mohammad Junejo, yang terpaksa mengakhiri lawatannya ke Jepang, menunjuk bahwa India-lah yang berada di belakang insiden itu. Anggota Partai Rakyat Pakistan (PPP) menilainya sebagai bagian dari usaha untuk menggulingkan Zia. Diplomat Barat di Islamabad berpendapat, inilah ledakan paling serius sepanjang 10 tahun kepemimpinan Jenderal Zia. Konflik Islam Sunni dan Syiah di Lahore juga dinilai bersumber pada kelemahan Zia. Sementara itu, akhir pekan lalu, seorang warga Pakistan tertangkap di Philadelphia dengan tuduhan berusaha mengirim bahan logam khusus pembuat nuklir ke Pakistan. Padahal, PM Junejo menegaskan, negaranya tidak akan membangun reaktor ataupun bom nuklir. Yulia S. Madjid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus