Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mukhaimar Abu Saada harus turun-naik tangga di tempat tinggalnya di lantai dua sebuah apartemen di Kota Gaza, Palestina. Pengelola apartemen tak mampu lagi menyediakan listrik untuk menjalankan lift di gedung tujuh lantai itu. Bahan bakar minyak sedang langka karena militer Mesir menutup ratusan terowongan yang menghubungkan Gaza dan Mesir sejak militer mengkudeta Presiden Muhammad Mursi pada Juli tahun lalu.
Seperti dilansir Deutsche Welle, Jumat dua pekan lalu, Panglima Angkatan Bersenjata Mesir Jenderal Abdul Fattah el-Sisi juga menutup perlintasan Rafah. Akibatnya, sejumlah besar pasokan barang ke Gaza terputus karena 40 persen pendapatan pajak Hamas berasal dari Rafah. Harga bahan kebutuhan pokok pun melambung.
Penutupan terowongan membuat keuangan Hamas paceklik. Hingga dua pekan lalu, organisasi yang menguasai Jalur Gaza itu kesulitan membayar secara penuh gaji sekitar 50 ribu pegawainya. Abu Saada mengatakan tiga tahun lalu ketika pasokan solar dari Mesir lancar, generator di apartemennya meraung sepanjang waktu. "Tapi dalam enam bulan terakhir kami mengalami krisis," kata pengajar ilmu politik di Al-Azhar University, Kota Gaza, itu.
Pelbagai barang kebutuhan masuk ke Gaza melalui jejaring terowongan itu, dari tepung gandum murah, bahan bakar minyak bersubsidi dari Mesir, bahan bangunan, hingga mobil. Bahkan, menurut seorang pejabat militer Israel, persenjataan dan agen mata-mata diselundupkan lewat terowongan itu. Mereka sebenarnya bisa mendapatkan barang-barang dari Israel, tapi harganya lebih mahal.
Menurut Abu Saada, kondisi keuangan Hamas bakal makin runyam bila calon dari militer-kemungkinan besar El-Sisi-memenangi pemilihan Presiden Mesir, yang rencananya digelar April nanti. Hubungan Hamas dengan pemerintah Mesir yang didukung militer memburuk karena Hamas adalah sekutu Al-Ikhwan al-Muslimun, kelompok pendukung Mursi.
Isra al-Modallal, perempuan juru bicara Hamas, mengatakan Gaza kehilangan pendapatan hingga US$ 500 juta atau setara dengan Rp 6 triliun dari pelbagai sektor akibat penutupan terowongan tersebut. "Jumlah barang yang masuk ke Gaza terpangkas 95 persen," ujarnya seperti dilansir The New York Times. Ia tak menyebutkan berapa kerugian Hamas dari pajak yang hilang. Tapi, menurut sang pejabat militer Israel, Hamas dapat meraup sekitar US$ 200 juta setahun dari pajak.
Penutupan terowongan tak cuma membuat materi menghilang, tapi juga menyebabkan 1,7 juta warga Gaza kian terkucil. Pada 2007, Israel memblokade Gaza setelah Hamas menguasai wilayah itu. Warga Gaza tak mendapatkan lagi pasokan bahan bakar minyak, makanan, atau bahan bangunan dari Israel. Sebagai gantinya, mereka memperoleh pelbagai barang kebutuhan dari Mesir melalui terowongan itu.
Pukulan telak lainnya datang dari Iran. Januari 2012, sekutu Suriah itu menghentikan bantuan dana dan persenjataan setelah Hamas memprotes tindakan keras Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam menumpas pemberontak.
"Ini tak mudah bagi kami. Kami merasa beberapa negara sedang melawan Hamas untuk merongrong dan menghancurkan rencana-rencana perlawanan," ujar Ghazi Hamad, Wakil Menteri Luar Negeri Hamas dan ketua otoritas perlintasan perbatasan, kepada Deutsche Welle.
Hamad mengatakan defisit anggaran 2014 mencapai 75 persen. Untuk menghemat anggaran, hanya sebagian departemen yang beroperasi secara penuh, seperti pertahanan, kesehatan, dan pendidikan.
Kesulitan keuangan memaksa Hamas bersikap realistis. Sejumlah media Israel melaporkan Hamas mengerahkan milisinya di perbatasan agar sayap militer Hamas tak menembakkan roket ke Israel. "Hamas menginvestasikan banyak sumber daya untuk membuat Jalur Gaza tenang dan menghindari konflik dengan israel," kata Shlomo Brom, bekas Direktur Divisi Perencanaan Strategis Angkatan Darat Israel.
Hamas juga mendekati Fatah, yang menguasai Tepi Barat. Januari lalu, Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyeh membebaskan tujuh anggota Fatah. Menurut Abu Saada, Hamas berusaha melakukan rekonsiliasi dengan Fatah untuk mengurangi tekanan dari warga Palestina akibat krisis ekonomi. Tapi Hamad membantah jika pendekatan itu disebut berkaitan dengan kondisi keuangan atau rekonsiliasi.
Sapto Yunus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo