Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, tepatnya tanggal 11 Februari 45 tahun silam atau 1979, Iran menyaksikan peristiwa bersejarah dengan pecahnya Revolusi Islam Iran atau Revolusi Iran, yang mengakhiri kekuasaan rezim monarki Pahlavi yang dipimpin oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi dan membawa Ayatollah Rohullah Khomeini ke kekuasaan.
Kilas balik pecahnya revolusi Islam Iran
Di bawah kepemimpinan Shah Mohammad Reza Pahlavi, Iran mengalami modernisasi pesat, tetapi juga penindasan politik dan sosial yang meningkat. Seiring dengan modernisasi, muncul ketidakpuasan rakyat terhadap ketidakadilan sosial, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezim Pahlavi. Kritik ini diperkuat oleh kelompok-kelompok oposisi, terutama kelompok Islamis yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Protes dan demonstrasi massal meluas di seluruh Iran pada awal tahun 1979, menuntut perubahan politik dan sosial. Ayatollah Khomeini, yang diasingkan oleh rezim Pahlavi pada tahun 1964, menjadi pusat perlawanan dari pengasingannya di Paris. Fatwa-fatwa dan pesan-pesan kerasnya melalui media massa memicu semangat perlawanan rakyat Iran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam menghadapi tekanan protes yang terus meningkat, Shah Mohammad Reza Pahlavi meninggalkan Iran pada 16 Januari 1979, meninggalkan kekuasaan kepada pemerintahan sementara. Dikutip dari Britannica, pada 1 Februari 1979, Ayatollah Khomeini kembali ke Iran dari pengasingan, disambut oleh jutaan pendukungnya. Kembalinya Khomeini menandai titik balik dalam revolusi.
Pada 11 Februari 1979, Iran mencapai puncak revolusinya dengan pengumuman pembentukan Republik Islam di bawah kepemimpinan spiritual Ayatollah Khomeini. Revolusi Islam berhasil menggulingkan rezim Pahlavi dan mendirikan pemerintahan baru yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.
Dampak pecahnya revolusi Iran
Revolusi Iran, pemberontakan rakyat di Iran pada 1978–1979 yang mengakibatkan jatuhnya monarki pada 11 Februari 1979. Revolusi ini mengubah secara mendasar struktur politik dan sosial Iran, menjadikannya sebuah republik Islam yang dipimpin oleh otoritas agama. Revolusi Iran mempengaruhi hubungan Iran dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang menjadi musuh utama rezim baru karena peran mereka dalam mendukung rezim Pahlavi.
Revolusi Iran memiliki dampak yang signifikan pada dinamika politik di Timur Tengah, dengan Iran menjadi model bagi gerakan Islamis di seluruh wilayah.
Dikutip dari Aljazeera, selain menghapus monarki di negara tersebut, revolusi Iran juga memicu serangkaian peristiwa yang memicu beberapa konflik di kawasan, dimulai dengan serangan Irak ke Iran. Di mana kemudian terjadi invasi pemimpin Irak, Saddam Hussein ke Iran pada 1980, yang ironisnya justru memperkuat revolusi Iran dan memberi semangat kepada rakyat Iran untuk melakukan revolusi di luar perbatasan Iran.
Pilihan editor: Iran Adili Jurnalis Perempuan yang Liput Kematian Mahsa Amini