Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Permusuhan Iran dan Israel Hampir Setengah Abad, Begini Awal Mula Konflik Dua Negara Itu

Awalnya Iran dan Israel bersahabat, namun setelah revolusi 1979, kedua negra itu bermusuhan hingga saat ini.

17 April 2024 | 09.09 WIB

Reaksi demonstran Iran setelah serangan IRGC terhadap Israel, saat pertemuan anti-Israel di depan Kedutaan Besar Inggris di Teheran, Iran, 14 April 2024. Majid Asgaripour/WANA
Perbesar
Reaksi demonstran Iran setelah serangan IRGC terhadap Israel, saat pertemuan anti-Israel di depan Kedutaan Besar Inggris di Teheran, Iran, 14 April 2024. Majid Asgaripour/WANA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Israel dan Iran saling saling tuding dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB pada Ahad sebagai ancaman utama bagi perdamaian di Timur Tengah. Masing-masing menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi satu sama lain.

Konflik dua negara itu semakin panas ketika Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal ke arah Israel pada Sabtu malam, 13 April 2024. Serangan Iran menyebabkan kerusakan ringan pada fasilitas militer Israel dan membuat seorang anak perempuan berusia 7 tahun terluka parah.

Iran mengatakan serangannya terjadi sebagai respons terhadap serangan udara mematikan pada 1 April terhadap gedung konsulat Teheran di ibu kota Suriah, Damaskus, yang secara luas disalahkan pada Israel. Serangan itu menewaskan tujuh Garda Revolusi Iran, termasuk dua jenderal senior.

Iran memang tak senang terhadap keberadaan Israel sejak 1979. Israel telah dianggap sebagai musuh bebuyutan oleh negara Persia tersebut, . Lantas, bagaimana asal mula permusuhan Iran dan Israel?

Sebelum 1979 atau saat Republik Islam Iran belum berdiri, Iran-Israel merupakan sekutu mesra. Dikutip dari Al Jazeera, Di bawah Dinasti Shah Mohammad Reza Pahlavi, Iran menjadi negara Islam kedua yang mengakui Israel setelah negara itu didirikan pada 1948.

Di bawah kuasa Pahlavi yang memerintah dari 1925, Iran menyetujui proposal kerjasama diplomatik dengan Israel. Reza yang pro-Barat sedari awal telah melihat keuntungan jika hubungan dengan Israel terjalin. Pasalnya, dia takut terhadap agresi Uni Soviet di Timur Tengah.

Iran kemudian menjalin hubungan dengan Israel. Seperti dugaan Reza, hubungan bersama Israel menguntungkan Iran khususnya dari segi ekonomi. Israel mengimpor 40 persen minyaknya dari Iran dengan imbalan senjata, teknologi, dan hasil pertanian.

Pada 1951 Perdana Menteri Iran Mohammad Mosaddegh mempelopori nasionalisasi industri minyak negara tersebut, yang dimonopoli oleh Inggris. Mosaddegh lantas memutuskan hubungan dengan Israel, yang menurutnya melayani kepentingan Barat di wilayah tersebut. Menurut Sejarawan Universitas Oxford Eirik Kvindesland, upaya Mosaddegh kala itu untuk menasionalisasi minyak dan mengusir kekuasaan kolonial Inggris.

Namun, segalanya berubah ketika pemerintahan Mosaddegh digulingkan dalam kudeta yang diorganisir oleh badan intelijen Inggris dan Amerika Serikat pada 1953. Kudeta tersebut mengangkat kembali Mohammad Reza Pahlavi yang menjadi sekutu setia Barat di wilayah tersebut.

Israel mendirikan kedutaan de facto di Teheran, dan keduanya bertukar duta besar pada 1970-an. Hubungan perdagangan tumbuh, dan Iran menjadi penyedia minyak utama bagi Israel dan Eropa. Teheran dan Tel Aviv juga memiliki kerja sama militer dan keamanan yang luas. Namun sebagian besar dirahasiakan untuk menghindari provokasi negara-negara Arab di kawasan.

Hubungan Iran dan Israel sirna pada 1979. Revolusi Iran membuat Reza Pahlavi tumbang dari kursi kekuasaan. Revolusi itu juga mengubah Iran menjadi Republik Islam Iran yang sangat garang terhadap Israel dan AS.

Dikutip dari jurnal hubungan internasional berjudul Kemajuan Nuklir Iran Semakin Pesat Di Tengah Konflik Iran Dan Israel, Siapakah Yang Terkuat? karya Riska Alifia El Shidiq, hubungan persahabatan mereka berakhir ketika Iran secara resmi menentang rencana PBB membagi wilayah Palestina untuk pendirian negara Israel. Saat itu, Iran mengambil posisi mendukung rakyat Palestina dan disebut-sebut bersikap sikap tegas menentang Israel.

Jihad Islam menjadi organisasi Palestina pertama yang melawan Israel dengan Iran sebagai pendukung utamanya. Korps Pengawal Revolusi Islam elit Iran mendukung pembentukan kelompok militan Hizbulloh untuk melawan pasukan Israel dari kubu Syiah di Lebanon selatan. Iran berperan sebagai pemasok dana dan strategi.

Iran juga meminimalisir ancaman Israel dengan program nuklir. Iran didukung oleh negara negara dengan kekuatan militer dan ekonomi yang kuat yaitu Rusia dan China. Permusuhan ini tumbuh selama beberapa dekade ketika kedua belah pihak berusaha untuk memperkuat dan mengembangkan kekuatan dan pengaruh mereka di wilayah tersebut.

Kini, Iran mendukung kelompok-kelompok politik dan bersenjata di beberapa negara, termasuk di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman, yang juga mendukung perjuangan Palestina dan memandang Israel sebagai musuh besar. Sementara Israel mendukung berbagai kelompok yang mereka tunjuk sebagai organisasi “teroris”. Seperti Mojahedin-e Khalq (MEK), organisasi Sunni di provinsi Sistan dan Baluchistan di tenggara Iran, dan kelompok bersenjata Kurdi yang berbasis di Kurdistan Irak.

Masih dikutip dari Al Jazeera, ketegangan antara Iran dan Israel tidak hanya terbatas pada ideologi atau kelompok proksi. Program nuklir Iran telah menjadi pusat dari beberapa serangan terbesar. Sementara Israel berjanji tidak akan pernah membiarkan Iran mengembangkan bom nuklir.

Selama bertahun-tahun, ada banyak serangan sabotase terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang membuat Teheran menyalahkan Israel. Iran juga secara teratur mempublikasikan berita tentang upaya menggagalkan lebih banyak serangan sabotase.

Serangan tersebut juga menargetkan personel, termasuk sejumlah ilmuwan nuklir terkemuka. Pembunuhan paling berani terjadi pada 2020 ketika ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh ditembak mati menggunakan senapan mesin yang dipantau satelit dan dikendalikan AI oleh Israel.

Di sisi lain, Israel dan sekutu Baratnya menuduh Iran berada di balik serangkaian serangan terhadap kepentingan Israel. Termasuk beberapa serangan drone terhadap kapal tanker minyak milik Israel dan serangan siber.

KHUMAR MAHENDRA | NUR HARYANTO

Pilihan Editor: Reaksi Pemimpin Dunia Terbelah soal Serangan Iran ke Israel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus