Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Komunis di malaysia malaysia: komunisme dan rasa kesal

Munculnya gangguan komunis di perbatasan malaysia- muangthai. memperoleh bantuan dari golongan marxis dan reninis. pemerintah malaysia sulit memberantas karena kegiatan berpangkalan di muangthai. (ln)

5 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GANGGUAN Komunis di semenanjung Malaya memang bukan hal baru. Namun insiden Betong toh berhasil menarik perhatian. Kota kecil di perbatasan selatan Muangthai itu dilanda demonstrasi besar-besaran awal bulan silam. Akibat operasi tentara Malaysia ke dalam wilayah Muangthai beberapa hari sebelumnya, Betong yang dihuni 20 ribu jiwa (mayoritas orang Muangthai keturunan Cina) menuntut penarikan pasukan polisi Malaysia. Pasukan itu ditempatkan-- di kota itu oleh persetujuan bersama Bangkok-Kuala Lumpur. Di Bangkok, demonstrasi itu mendapat tanggapan serius. Perdana Menteri Seni Pramoj mengirimkan Menteri Surin Masdit ke Selatan. Di Kuala Lumpur, demontrasi Betong itu sudah merupakan hal yang tak mengejutkam Intelijen Malaysia yang disebar di Muangthai Selatan -- sepengetahuan pemerintah Bangkok--melaporkan dengan pasti kegiatan CTO (Communist Terrorist Organisation) di belakang demonstrasi itu. "Mereka mendatangi rumah penduduk Cina dan mendesak mereka untuk mengambil bagian dalam demonstrasi tersebut", kata seorang pejabat kepolisian di Kuala Lumpur pekan silam. Dan kejadian semacam itu memang bukan istimewa buat Betong yang sebenarnya sudah lama dianggap "daerah terbebaskan' oleh pihak Komunis. Bahkan wali kota Betong Visit Kongka, secara terang-terangan menjadi tuan rumah bagi resepsi ulang tahun ke-45 Partai Komunis Malaya awal bulan April yang lalu. Demonstrasi Betong berhasil mencapat targetnya: Pemerintah Muangthai sudah berkeputusan untuk mengeluarkan pasukan Malaysia yang ditempatkan di Betong lewat persetujuan kerja sama perbatasan keluaran tahun 1965 yang direvisi pada tahun 1970. "Ini jelas kemenangan Komunis", kata Tan Sri Cazali, menteri dalam negeri Malaysia. Tapi kemenangan macam itu sebenarnya sudah lama diperoleh oleh Komunis. Sejak mereka terusir dari wilayah Malaysia di tahun 1960, hutan di wilayah selatan Muangthai itulah tempat mereka berkonsolidasi. Sementara Muangthai melarang partai Komunis mereka, dan secara terang-terangan membantu Amerika Serikat dalam perang anti Komunis di Indocina, di selatan wilayahnya berkembang biak Komunis Malaya dengan aman. "Ya, karena sejak lama wilayah Selatan itu dibiarkan terlantar oleh Bangkok", kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Malaysia. Bahkan seorang wartawan Malaysia dengan terang-terangan menyebut Bangkok sebagai hanya berkuasa di kota-kota besar. "Di daerah-daerah pedalaman yang jauh dari pusat, para birokrat yang amat korup itulah yang berkuasa", kata wartawan tersebut. Mula-mula Komunis Malaya pimpinan Cheng Peng itu memang cuma bersembunyi saja di wilayah Muangthai yang dibiarkan terlantar oleh Bangkok. Merasa aman di sana, di tahun 1962 ia mulai mencari lagi sejumlah pengikut baru dan mendirikan pusat latihan sementara ia sendiri mundar-mandir ke Peking. Ketika Cheng Peng sibuk membangun kembali partainya yang baru saja dikocar-kacirkan' oleh pasukan Malaysia, Asia Tenggara dilanda macam-macam soal -- Malaysia sibuk konfrontasi dengan Indonesia dan Muangthai ambil bagian aktif di perang Vietnam -- sehingga perhatian kurang tertuju ke kawasan perbatasan tersebut. Salah satu pusat latihan Komunis Malaya adalah di sekitar Sadao, kota kecil di perbatasan barat Muangthai-Malaysia. Sebuah sumber juga menyebut bahwa akhir-akhir ini Vietnam Utara membangun sebuah kamp latihan khusus untuk Komunis Malaya di dalam wilayah Kamboja. "Yang itu kami belum tahu kepastiannya", kata seorang perwira Malaysia di Kedah. Tapi yang di Sadao itu pasti. Dan merekalah yang mula-mula melakukan aksi-aksi militer kecil-kecilan beberapa tahun silam. "Mereka yang sudah mengikuti latihan perlu berpraktek, bukan?" begitu kata C.C. Too, seorang keturunan Cina juga, seorang ahli perang urat syaraf Malaysia. menjelaskan duduk soal. Kepada wartawan Salim Said dari TEMPO, C.C. Too bercerita panjang lebar tentang aktivitas Komunis Malaya itu. "Tidak ada yang mengejutkan bagi kami. Semuanya sesuai dengan rencana mereka yang kita ketahui dengan pasti". Bagi Too, jatuh tidaknya Indocina tidak banyak mengubah rencana kerja Komunis yang telah mereka gariskan sejak mengungsi ke dalam wilayah Muangthai. "Saya malah heran, kok aksi mereka itu agak terlambat", kata Too pula. Tapi kemudian ia pun menghubungkan keterlambatan itu dengan perpecahan dalam tubuh partai yang tadinya berada secara utuh di bawah Cheng Peng. Syahdan, maka ketika Cheng Peng mulai mengmpulkan pengikut baru di tahun 1960-1962, sejumlah mata-mata pemerintah sempat menyelinap ke dalam. Di tahun 1970, Cheng Peng menyadari soal ini dengan mengeluarkan perintah agar semua anggota yang diterima sejak tahun 1960 supaya dibunuh. Timbul pertentangan. Dan ini berakhir dengan perpecahan ke dalam tiga fraksi. Kini di Muangthai Selatan bagian timur beroperasi Partai Komunis Malaya pimpinan Cheng Peng. Di bagian tengah beroperasi pasukan Partai Komunis Malaya Marxis Leninis yang salah satu jaringannya terbongkar di Singapura beberapa hari yang lalu. Sedang di sebelah barat sekali ada Partai Kornunis Malaya Fraksi Revolusioner. Dua yang terakhir ini nampaknya bisa kerja sama, maka untuk mencegahnya, di antara wilayah mereka Cheng Peng menempatkan sebuah Pasukan yang disebutnya sebagai Pasukan Distrik Khusus. "Pertempuran di antara mereka sering tidak bisa dicegah", kata Too. Tapi perpecahan ini juga memberikan pekerjaan tambahan -bagi pasukan keamanan Malaysia. "Akibat perpecahan itu, mereka saling berlomba memperlihatkan siapa di antara mereka yang paling revolusioner, paling giat melakukan operasi", kata Jenderal Jaafar Onn, Panglima Brigade 2 di Ipoh, Perak. Di dalam wilayah Malaysia, perpecahan itu juga terasa. Pemboman-pemboman di berbagai tempat -- termasuk Monumen Nasional di Kuala Lumpur yang jadi rusak itu--kabarnya dilakukan oleh gerakan bawah tanah Komunis yang diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan golongan Marxis Leninis itu. Golongan ini nampaknya kurang setuju dengan taktik Mao--desa mengepung kota--sebagai yang dipraktekkan oleh Cheng Peng. Karena itu mereka melakukan operasi di kota-kota. "Sulitnya menghadapi pihak ini adalah karena garis suplai mereka ada di dalam negeri, terutama di perkampungan baru yang mayoritas dihuni orang-orang Cina", kata Jenderal Jaafar pula. "Dan kalau mereka sudah masuk di sana, sudah sulit membedakannya dengan penduduk. Rupa maupun cara bicara sama", tambah Panglima itu pula. Yang bergerilya dalam hutan juga ada. Menurut penilaian pihak kepolisian Malaysia, mereka yang berada dalam kesultanan Perak itu, adalah bagian dari pasukan pimpinan Cheng Peng."Wilayah kami memang merupakan tempat dengan penduduk Cina terbanyak", kata Raden Sonarno, sekretaris negara kesultanan Perak. Bagi tentara dan polisi yang cuma memainkan peranan sebesar 25% dalam operasi pembasmian Komunis itu, kesulitan yang mereka hadapi adalah medan yang berhutan lebat dan garis suplai Komunis yang amat baik. "Sebelum kita bisa melakukan tindakan pemisahan penduduk dari pengganas-pengganas Komunis itu, sulit untuk menghabiskan mereka", kata Jaafar pula. Pihak tentara maupun polisi hingga kini memang belum pernah terlibat kontak senjata dengan Komunis. Tapi lewat mata-mata mereka yang diselundupkan ke dalam wilayah Muangthai (maupun hasil interogasi para tahanan), dapat diketahui banyak mengenai kegiatan pengganas tersebut. "Senjata mereka bagus dan modern, kwalitas mereka juga tidak buruk", kata Jenderal Arul di Gubir. Mereka dapat dari Indocina? "Anda sendiri juga bisa memperoleh M-16 di pasaran gelap Muangthai asal anda bersedia membayarnya", kata Arul pula. Foto-foto yang diungkapkan oleh polisi Singapura, dari hasil penggeledahan mereka terhadap sel Komunis (lihat hal. 9 ) pekan silam, menunjukkan betapa teraturnya latihan gerilya Komunis itu di wilayah Muangthai Selatan. "Senjata itu mereka beli dengan uang yang mereka kumpulkan dari hasil pajak penduduk", kata seorang pejabat negeri Kedah. Kabarnya di wilayah Selatan Muangthai itu, sebagian besar pajak disetorkan kepada golongan Komunis. Dan merekalah yang membeikan perlindungan kepada penduduk. "Di Betong itu, Komunis sudah macam Mafia saja. Kalau anda tidak setor uang, toko anda bisa saja ditemukan sudah terbakar", kata Jenderal Jaafar. Polisi Muangthai yang ada di wilayah itu sudah lama dianggap tidak berdaya melawan Komunis. "Bahkan dalam hal penyelundupan, polisi ini tidak jarang bekerja sama dengan Komunis yang memerlukan biaya operasi tambah seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri di Kuala Lumpur pekan silam Situasi di Selatan itu bukan tidak diketahui oleh Bangkok. "Tapi secara historis Bangkok itu 'kan cuma menguasai daerah-daerah tertentu saja, yang lainnya terserah pada jagoan-jagoan setempat", kata seorang diplomat Asean di Kuala Lumpur. Satu kelompok militer kabarnya sudah mendesak pemerintah agar memberikan perhatian ke wilayah kacau itu. Panglima Tertinggi Tentara Muangthai, Admiral Sangad dua pekan silam di pulau Pinang menegaskan sikapnya yang mengharapkan dipertahankannya polisi Malaysia di Betong. Tapi tekanan golongan kiri terhadap pemerintahan Seni Pramoj akhirnya berhasil juga. "Menteri Surin ilu 'kan anggota sayap kiri Partai Demokrat", kata Tan Sri Gazali. Di Kuala Lumpur para pejabat tahu betul kesulitan Muangthai. "Pihak militer yang bermaksud baik itu juga tidak banyak, mereka saling berbeda, tergantung kepentingan masing-masing saja", kata seorang pejabat Deplu Malaysia yang pernah ditempatkan di Bangkok. Tambahnya pula: "Banyak juga orang yang mendapat keuntungan dari kebobrokan di Selatan itu". Admiral Sangad sendiri tidak bisa berbuat banyak. Sebab tentara Muangthai yang mempunyai banyak jenderal dan laksamana itu ternyata jumlahnya hanya sekitar 30 ribu. "Jumlah itu sudah terang tidak cukup untuk operasi di perbatasan Laos dan Kamboja, mana pula mereka mau kirim ke Selatan", kata seorang perwira Malaysia. Konon lantaran jumlahnya yang sedikit itulah yang menyebabkan tentara Muangthai bersikeras untuk mempertahankan pasukan Amerika di negeri mereka. Keputusan Bangkok untuk mengeluarkan pasukan Polisi Malaysia dari Betong itu diperkirakan oleh pengamat politik di Kuala Lumpur sebagai "akan menimbulkan ketegangan '. Di Bangkok sendiri jelas terlihat perbedaan pandangan antara pihak militer dengan para politisi. Pemerintahan koalisi pimpinan Seni Pramoj nampaknya berusaha betul untuk mengakomodir sebanyak mungkin pendukung, termasuk yang kiri juga akhirnya. "Tapi pihak tentara saya kira masih cukup punya kekuatan untuk didengar pada akhirnya", kata Samad Ismail, managing editor koran terkemuka Malaysia, The New Strait Times. Soal antara pihak militer dan politisi di Bangkok barangkali bisa dengan cepat diatasi dengan hasil yang tidak juga bisa diharapkan banyak oleh Malaysia yang tahu jumlah tentara Muangthai amat terbatas. Tapi ketegangan yang bakal timbul antara Bangkok dengan Kuala Lumpur kini merupakan hal yang amat mengkhawatirkan para diploma Asean di ibu kota Malaysia itu. Ketika mengetahui sikap terakhir Bangkok yang bersikeras akan mengeluarkan polisi Malaysia dari Betong, seorang pejabat tinggi Malaysia yang tidak suka namanya diumumkan menjelaskan kepada Salim Said sikap pemerintahnya. Malaysia akan menganggap wilayah Selatan Muangthai itu sebagai "daerah tak bertuan". Kata pejabat tinggi itu: "Bangkok tidak merasakan ancaman langsung dari komunis di Selatan itu, kita di sini amat merasakannya. Jika Bangkok tidak memberikan kerja samanya, terpaksa kita kerjakan sendirilah. Ini soal hidup mati bagi kami". Sebenarnya sejak lama orang di Malaysia kurang menggantungkan harapan pada kerja sama dengan Muangthai. "Berbeda dengan persetujuan dan kerja sama kita dengan Indonesia di Serawak, dengan Muangthai persetujuan kita hanya di atas meja saja. Sudah itu tidak pernah ada kelanjutannya di lapangan", kata seorang pejabat perang urat syaraf di Kedah. "Hak Muangthai dalam kerja sama perbatasan dengan Malaysia itu tidak pernah dipergunakannya", kata Jenderal Jaafar. "Mestinya di Kroh mereka juga menempatkan pasukan sebagai yang kita lakukan di Betong, tapi mereka tidak lakukan".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus