GANGGUAN Komunis di semenanjung Malaya memang bukan hal baru.
Namun insiden Betong toh berhasil menarik perhatian. Kota kecil
di perbatasan selatan Muangthai itu dilanda demonstrasi
besar-besaran awal bulan silam. Akibat operasi tentara Malaysia
ke dalam wilayah Muangthai beberapa hari sebelumnya, Betong yang
dihuni 20 ribu jiwa (mayoritas orang Muangthai keturunan Cina)
menuntut penarikan pasukan polisi Malaysia. Pasukan itu
ditempatkan-- di kota itu oleh persetujuan bersama Bangkok-Kuala
Lumpur. Di Bangkok, demonstrasi itu mendapat tanggapan serius.
Perdana Menteri Seni Pramoj mengirimkan Menteri Surin Masdit ke
Selatan.
Di Kuala Lumpur, demontrasi Betong itu sudah merupakan hal yang
tak mengejutkam Intelijen Malaysia yang disebar di Muangthai
Selatan -- sepengetahuan pemerintah Bangkok--melaporkan dengan
pasti kegiatan CTO (Communist Terrorist Organisation) di
belakang demonstrasi itu. "Mereka mendatangi rumah penduduk Cina
dan mendesak mereka untuk mengambil bagian dalam demonstrasi
tersebut", kata seorang pejabat kepolisian di Kuala Lumpur pekan
silam. Dan kejadian semacam itu memang bukan istimewa buat
Betong yang sebenarnya sudah lama dianggap "daerah terbebaskan'
oleh pihak Komunis. Bahkan wali kota Betong Visit Kongka, secara
terang-terangan menjadi tuan rumah bagi resepsi ulang tahun
ke-45 Partai Komunis Malaya awal bulan April yang lalu.
Demonstrasi Betong berhasil mencapat targetnya: Pemerintah
Muangthai sudah berkeputusan untuk mengeluarkan pasukan Malaysia
yang ditempatkan di Betong lewat persetujuan kerja sama
perbatasan keluaran tahun 1965 yang direvisi pada tahun 1970.
"Ini jelas kemenangan Komunis", kata Tan Sri Cazali, menteri
dalam negeri Malaysia. Tapi kemenangan macam itu sebenarnya
sudah lama diperoleh oleh Komunis. Sejak mereka terusir dari
wilayah Malaysia di tahun 1960, hutan di wilayah selatan
Muangthai itulah tempat mereka berkonsolidasi.
Sementara Muangthai melarang partai Komunis mereka, dan secara
terang-terangan membantu Amerika Serikat dalam perang anti
Komunis di Indocina, di selatan wilayahnya berkembang biak
Komunis Malaya dengan aman. "Ya, karena sejak lama wilayah
Selatan itu dibiarkan terlantar oleh Bangkok", kata seorang
pejabat Kementerian Luar Negeri Malaysia. Bahkan seorang
wartawan Malaysia dengan terang-terangan menyebut Bangkok
sebagai hanya berkuasa di kota-kota besar. "Di daerah-daerah
pedalaman yang jauh dari pusat, para birokrat yang amat korup
itulah yang berkuasa", kata wartawan tersebut.
Mula-mula Komunis Malaya pimpinan Cheng Peng itu memang cuma
bersembunyi saja di wilayah Muangthai yang dibiarkan terlantar
oleh Bangkok. Merasa aman di sana, di tahun 1962 ia mulai
mencari lagi sejumlah pengikut baru dan mendirikan pusat latihan
sementara ia sendiri mundar-mandir ke Peking. Ketika Cheng Peng
sibuk membangun kembali partainya yang baru saja
dikocar-kacirkan' oleh pasukan Malaysia, Asia Tenggara dilanda
macam-macam soal -- Malaysia sibuk konfrontasi dengan Indonesia
dan Muangthai ambil bagian aktif di perang Vietnam -- sehingga
perhatian kurang tertuju ke kawasan perbatasan tersebut.
Salah satu pusat latihan Komunis Malaya adalah di sekitar Sadao,
kota kecil di perbatasan barat Muangthai-Malaysia. Sebuah sumber
juga menyebut bahwa akhir-akhir ini Vietnam Utara membangun
sebuah kamp latihan khusus untuk Komunis Malaya di dalam wilayah
Kamboja. "Yang itu kami belum tahu kepastiannya", kata seorang
perwira Malaysia di Kedah. Tapi yang di Sadao itu pasti. Dan
merekalah yang mula-mula melakukan aksi-aksi militer
kecil-kecilan beberapa tahun silam. "Mereka yang sudah mengikuti
latihan perlu berpraktek, bukan?" begitu kata C.C. Too, seorang
keturunan Cina juga, seorang ahli perang urat syaraf Malaysia.
menjelaskan duduk soal.
Kepada wartawan Salim Said dari TEMPO, C.C. Too bercerita
panjang lebar tentang aktivitas Komunis Malaya itu. "Tidak ada
yang mengejutkan bagi kami. Semuanya sesuai dengan rencana
mereka yang kita ketahui dengan pasti". Bagi Too, jatuh tidaknya
Indocina tidak banyak mengubah rencana kerja Komunis yang telah
mereka gariskan sejak mengungsi ke dalam wilayah Muangthai.
"Saya malah heran, kok aksi mereka itu agak terlambat", kata Too
pula. Tapi kemudian ia pun menghubungkan keterlambatan itu
dengan perpecahan dalam tubuh partai yang tadinya berada secara
utuh di bawah Cheng Peng. Syahdan, maka ketika Cheng Peng mulai
mengmpulkan pengikut baru di tahun 1960-1962, sejumlah
mata-mata pemerintah sempat menyelinap ke dalam. Di tahun 1970,
Cheng Peng menyadari soal ini dengan mengeluarkan perintah agar
semua anggota yang diterima sejak tahun 1960 supaya dibunuh.
Timbul pertentangan. Dan ini berakhir dengan perpecahan ke dalam
tiga fraksi.
Kini di Muangthai Selatan bagian timur beroperasi Partai Komunis
Malaya pimpinan Cheng Peng. Di bagian tengah beroperasi pasukan
Partai Komunis Malaya Marxis Leninis yang salah satu jaringannya
terbongkar di Singapura beberapa hari yang lalu. Sedang di
sebelah barat sekali ada Partai Kornunis Malaya Fraksi
Revolusioner. Dua yang terakhir ini nampaknya bisa kerja sama,
maka untuk mencegahnya, di antara wilayah mereka Cheng Peng
menempatkan sebuah Pasukan yang disebutnya sebagai Pasukan
Distrik Khusus. "Pertempuran di antara mereka sering tidak bisa
dicegah", kata Too. Tapi perpecahan ini juga memberikan
pekerjaan tambahan -bagi pasukan keamanan Malaysia. "Akibat
perpecahan itu, mereka saling berlomba memperlihatkan siapa di
antara mereka yang paling revolusioner, paling giat melakukan
operasi", kata Jenderal Jaafar Onn, Panglima Brigade 2 di Ipoh,
Perak.
Di dalam wilayah Malaysia, perpecahan itu juga terasa.
Pemboman-pemboman di berbagai tempat -- termasuk Monumen
Nasional di Kuala Lumpur yang jadi rusak itu--kabarnya dilakukan
oleh gerakan bawah tanah Komunis yang diperkirakan mempunyai
hubungan yang erat dengan golongan Marxis Leninis itu. Golongan
ini nampaknya kurang setuju dengan taktik Mao--desa mengepung
kota--sebagai yang dipraktekkan oleh Cheng Peng. Karena itu
mereka melakukan operasi di kota-kota. "Sulitnya menghadapi
pihak ini adalah karena garis suplai mereka ada di dalam negeri,
terutama di perkampungan baru yang mayoritas dihuni orang-orang
Cina", kata Jenderal Jaafar pula. "Dan kalau mereka sudah masuk
di sana, sudah sulit membedakannya dengan penduduk. Rupa maupun
cara bicara sama", tambah Panglima itu pula.
Yang bergerilya dalam hutan juga ada. Menurut penilaian pihak
kepolisian Malaysia, mereka yang berada dalam kesultanan Perak
itu, adalah bagian dari pasukan pimpinan Cheng Peng."Wilayah
kami memang merupakan tempat dengan penduduk Cina terbanyak",
kata Raden Sonarno, sekretaris negara kesultanan Perak. Bagi
tentara dan polisi yang cuma memainkan peranan sebesar 25% dalam
operasi pembasmian Komunis itu, kesulitan yang mereka hadapi
adalah medan yang berhutan lebat dan garis suplai Komunis yang
amat baik. "Sebelum kita bisa melakukan tindakan pemisahan
penduduk dari pengganas-pengganas Komunis itu, sulit untuk
menghabiskan mereka", kata Jaafar pula.
Pihak tentara maupun polisi hingga kini memang belum pernah
terlibat kontak senjata dengan Komunis. Tapi lewat mata-mata
mereka yang diselundupkan ke dalam wilayah Muangthai (maupun
hasil interogasi para tahanan), dapat diketahui banyak mengenai
kegiatan pengganas tersebut. "Senjata mereka bagus dan modern,
kwalitas mereka juga tidak buruk", kata Jenderal Arul di Gubir.
Mereka dapat dari Indocina? "Anda sendiri juga bisa memperoleh
M-16 di pasaran gelap Muangthai asal anda bersedia
membayarnya", kata Arul pula. Foto-foto yang diungkapkan oleh
polisi Singapura, dari hasil penggeledahan mereka terhadap sel
Komunis (lihat hal. 9 ) pekan silam, menunjukkan betapa
teraturnya latihan gerilya Komunis itu di wilayah Muangthai
Selatan. "Senjata itu mereka beli dengan uang yang mereka
kumpulkan dari hasil pajak penduduk", kata seorang pejabat
negeri Kedah. Kabarnya di wilayah Selatan Muangthai itu,
sebagian besar pajak disetorkan kepada golongan Komunis. Dan
merekalah yang membeikan perlindungan kepada penduduk. "Di
Betong itu, Komunis sudah macam Mafia saja. Kalau anda tidak
setor uang, toko anda bisa saja ditemukan sudah terbakar", kata
Jenderal Jaafar. Polisi Muangthai yang ada di wilayah itu sudah
lama dianggap tidak berdaya melawan Komunis. "Bahkan dalam hal
penyelundupan, polisi ini tidak jarang bekerja sama dengan
Komunis yang memerlukan biaya operasi tambah seorang pejabat
Kementerian Dalam Negeri di Kuala Lumpur pekan silam
Situasi di Selatan itu bukan tidak diketahui oleh Bangkok. "Tapi
secara historis Bangkok itu 'kan cuma menguasai daerah-daerah
tertentu saja, yang lainnya terserah pada jagoan-jagoan
setempat", kata seorang diplomat Asean di Kuala Lumpur. Satu
kelompok militer kabarnya sudah mendesak pemerintah agar
memberikan perhatian ke wilayah kacau itu. Panglima Tertinggi
Tentara Muangthai, Admiral Sangad dua pekan silam di pulau
Pinang menegaskan sikapnya yang mengharapkan dipertahankannya
polisi Malaysia di Betong. Tapi tekanan golongan kiri terhadap
pemerintahan Seni Pramoj akhirnya berhasil juga. "Menteri Surin
ilu 'kan anggota sayap kiri Partai Demokrat", kata Tan Sri
Gazali.
Di Kuala Lumpur para pejabat tahu betul kesulitan Muangthai.
"Pihak militer yang bermaksud baik itu juga tidak banyak, mereka
saling berbeda, tergantung kepentingan masing-masing saja", kata
seorang pejabat Deplu Malaysia yang pernah ditempatkan di
Bangkok. Tambahnya pula: "Banyak juga orang yang mendapat
keuntungan dari kebobrokan di Selatan itu". Admiral Sangad
sendiri tidak bisa berbuat banyak. Sebab tentara Muangthai yang
mempunyai banyak jenderal dan laksamana itu ternyata jumlahnya
hanya sekitar 30 ribu. "Jumlah itu sudah terang tidak cukup
untuk operasi di perbatasan Laos dan Kamboja, mana pula mereka
mau kirim ke Selatan", kata seorang perwira Malaysia. Konon
lantaran jumlahnya yang sedikit itulah yang menyebabkan tentara
Muangthai bersikeras untuk mempertahankan pasukan Amerika di
negeri mereka.
Keputusan Bangkok untuk mengeluarkan pasukan Polisi Malaysia
dari Betong itu diperkirakan oleh pengamat politik di Kuala
Lumpur sebagai "akan menimbulkan ketegangan '. Di Bangkok
sendiri jelas terlihat perbedaan pandangan antara pihak militer
dengan para politisi. Pemerintahan koalisi pimpinan Seni Pramoj
nampaknya berusaha betul untuk mengakomodir sebanyak mungkin
pendukung, termasuk yang kiri juga akhirnya. "Tapi pihak tentara
saya kira masih cukup punya kekuatan untuk didengar pada
akhirnya", kata Samad Ismail, managing editor koran terkemuka
Malaysia, The New Strait Times.
Soal antara pihak militer dan politisi di Bangkok barangkali
bisa dengan cepat diatasi dengan hasil yang tidak juga bisa
diharapkan banyak oleh Malaysia yang tahu jumlah tentara
Muangthai amat terbatas. Tapi ketegangan yang bakal timbul
antara Bangkok dengan Kuala Lumpur kini merupakan hal yang amat
mengkhawatirkan para diploma Asean di ibu kota Malaysia itu.
Ketika mengetahui sikap terakhir Bangkok yang bersikeras akan
mengeluarkan polisi Malaysia dari Betong, seorang pejabat tinggi
Malaysia yang tidak suka namanya diumumkan menjelaskan kepada
Salim Said sikap pemerintahnya. Malaysia akan menganggap wilayah
Selatan Muangthai itu sebagai "daerah tak bertuan". Kata pejabat
tinggi itu: "Bangkok tidak merasakan ancaman langsung dari
komunis di Selatan itu, kita di sini amat merasakannya. Jika
Bangkok tidak memberikan kerja samanya, terpaksa kita kerjakan
sendirilah. Ini soal hidup mati bagi kami".
Sebenarnya sejak lama orang di Malaysia kurang menggantungkan
harapan pada kerja sama dengan Muangthai. "Berbeda dengan
persetujuan dan kerja sama kita dengan Indonesia di Serawak,
dengan Muangthai persetujuan kita hanya di atas meja saja. Sudah
itu tidak pernah ada kelanjutannya di lapangan", kata seorang
pejabat perang urat syaraf di Kedah. "Hak Muangthai dalam kerja
sama perbatasan dengan Malaysia itu tidak pernah
dipergunakannya", kata Jenderal Jaafar. "Mestinya di Kroh mereka
juga menempatkan pasukan sebagai yang kita lakukan di Betong,
tapi mereka tidak lakukan".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini