Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Keputusan bangkok: "kemunduran"

Wawancara tempo dengan tan sri gazali bin shafei di kuala lumpur tentang munculnya gangguan komunis malaysia di negara tersebut dan keputusan bangkok untuk mengeluarkan pasukan malaysia dari muangthai. (ln)

5 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI bawah ini adalah wawancara, Salim Said dengan Tan Sri Gazali bin Shafei, 21 Mei 1976, di Kuala Lumpur: T: Gangguan komunis muncul kembali secara menarik di Malaysia akhir-akhir ini.Adakah sebabnya keadaan dalam negeri yang menguntungkan kegiatan mereka? Ataukah kemenangan Komunis di Indocina ? J: Setelah Komunis kami hancurkan di tahun 1960, mereka mundur ke dalam wilayah Muangthai. Mereka kemudian mencoba kembali lewat cara demokratis dengan memasuki kegiatan politik yang ada. Tapi semua ini juga gagal ketika kegiatan mereka kami hapuskan di tahun 1968. Mereka mempunyai rencana baru dari tahun 1969, yakni harus kembali lewat cara kekerasan. Sejak itu mereka memasukkan pasukan penggempur dan bantuan logistik ke dalam wilayah kami. Ketika 1973 saya mengambil alih kedudukan Menteri Dalam Negeri, saya memusatkan perhatian pada kegiatan Komunis di Serawak. Di sana kami bekerja sama dengan Indonesia. Begitu baik kerja sama itu sehingga operasi dengan cepat membawa hasil yang gemilang. Setelah itu, saya mengalihkan perhatian ke Semenanjung. Ternyata Komunis sudah berada 70 mil dari Kuala Lumpur secara diam-diam. Kami pun mengambil tindakan. Dan dari kenyataan tadi, jelas bahwa kegiatan mereka sekarang ini tidak ada hubungannya dengan kemenangan di Indocina, tapi semuanya memang mengikuti rencana mereka di tahun 1969 itu. Hanya saja sebelum tahun 1974, kami tidak ada kontak dengan mereka - kami sibuk di Serawak - sehingga tidak banyak yang diketahui mengenai kegiatan persiapan mereka. T: Selama ini di mana dan dari mana Komunis itu memusatkan kegiatan mereka sebelum melancarkan operasi? J: Di dalam wilayah Muangthai sana. Kami sebenarnya punya suatu perjanjian perbatasan dengan Muangthai untuk mengatasi soal-soal macam bersembunyinya Komunis di sana. Tapi karena kesulitan di pihak Muangthai, banyak dari perjanjian ini tidak dapat dilaksanakan. Salah satu bagian dari perjanjian itu adalah penempatan beberapa ratus polisi Malaysia di Betong, wilayah Muangthai. Bedanya dengan pasukan asing, pasukan kami itu sepenuhnya berada di bawah komando Muangthai. Ini yang banyak tidak diketahui orang. Kami tahu Muangthai kekurangan pasukan, jadi kami perbantukan pasukan kami. T: Berapa besar bahaya atau potensi bahaya Komunis terhadap kelangsungan hidup Malaysia? J: Sekarang ini kami merasa bahwa bisa mengatasinya, bisa mengontrol mereka yang jumlahnya 2.054 orang itu. Yang payah itu adalah kegiata mereka dalam wilayah Muangthai. Tapi yang di dalam ini, Insya Allah,bisa. T: Jadi kalau kerja sama sepenuhnya dari pihak Muangthai bisa diperoleh, kegiatan dalam Malaysia bisakah cepat diselesaikan? J: Ya. Bahkan keadaan status quo pun masih akan menguntungkan kami. T: Selain mendapat keuntungan denyan bersembunyi secara bebas dalam wilayah Muangthai Selatan, apakah Komunis Malaya itu ada mendapat bantuan dari Hanoi, Peking atau Moskow? J: Pada masa ini kami tidak melihat adanya bantuan dari Peking, Moskow maupun Hanoi dalam ujud senjata. Tidak ada satu negara Komunis yang mau mengirimkan senjata kepada suatu gerakan Komunis, jika gerakan Komunis di suatu negara belum siap untuk bantuan itu. Jadi yang kami lakukan adalah berusaha agar kaum Komunis di sini terus berada dalam keadaan tidak siap menerima bantuan itu. Dan dalam keadaannya seperti sekarang ini, tidak bakal ada negara Komunis yang akan membantu mereka dengan senjata. T: Faktor dalam negeri apa sajakah menurut Tan Sri yang di Malaysia ini bisa dimanfaatkan oleh Komunis itu? J: Terutama faktor ketidakpuasan. Dan faktor ini banyak di Malaysia dan macam-macam bentuknya. Bukan cuma kemiskinan. Soal rasial, misalnya. banyak menimbulkan ketidakpuasan. Kadang-kadang hal itu dikarenakan oleh sangkaan mereka saja, bahkan kenyataan sebenarnya. Dan ini yang nampaknya merupakan hal yang amat mudah dieksploitir oleh Komunis. T: Tan Sri tadi menyebut bahwa kerja sama Indonesia-Malaysia dalam menghadapi Kormunis berhasil dengan baik. Bagaimana pula ceritanya kerja sama Malaysia-Muangthai di perbatasan masing-masing: J: Saya kurang suka membikin perbandingan, karena kedua perjanjian itu berlainan. Dengan Muangthai perjanjiannya lebih terperinci, sedang dengan Indonesia sebenarnya hampir tidak ada perjanjian, semuanya berdasarkan pengertian yang mendalam. Kalau usaha dengan Muangthai kurang berhasil, saya kira karena ada soal-soal dalam negeri yang dihadapi oleh Bangkok sehingga mereka tidak bisa memberi perhatian secukupnya terhadap wilayah Selatan mereka. T: Kini sudah bisa dipastikan bahwa pemerintah Bangkok akan meminta Kuala Lumpur untuk menarik pasukan-pasukannya di Betong itu. Bagaimana ini? J: Ini jelas suatu kemunduran. Soal penarikan itu tidak sulit, tapi bisakah kekosongan itu diisi oleh pasukan-pasukan Muangthai? Bukan rahasia lagi bahwa wilayah Selatan Muangthai itu sudah merupakan liberated area, sehingga praktis kekuasaan Bangkok tidak efektif lagi di sana. Dari pertemuan saya dengan pejabat Muangthai, saya mendapat kepastian bahwa permintaan penarikan pasukan Malaysia dari Betong itu disebabkan oleh tekanan golongan kiri jua. Mereka ini kan sudah kalah pada pemilihan di Muangthai beberapa waktu yag lalu, nah, kini mereka seberapa boleh memainkan peranan pressure group. Saya tahu betul taktik Komunis itu. Demonstrasi di Betong beberapa waktu yang lalu itu jelas digerakkan oleh Komunis. Di kota itu secara terang-terangan Komunis berkuasa, bahkan menarik pajak dari penduduk yang mayoritas terdiri dari orang Cina. T: Sikap enggan Bangkok untuk secara sepenuhnya bekerja sama dengan Kuala Lumpur bagi menyelesaikan soal Komunis di wilayah Selatan Muangthai itu, apakah juga disebabkan oleh kecurigaan bahwa Malaysia ada membantu kaum separatis Islam di Patani? J: Itu tidak betul. Patut saudara ketahui bahwa sayalah orangnya yang menasehatkan pada Pichai Rattakul --Menlu Muangthai--agar mengirimkan peninjaunya yakni gubernur atau menteri Atau pun anggota parlemen Muangthai yang beragama Islam, ke konperensi menteri luar negeri Islam di Istambul baru-baru ini. Memang sulit bagi kami untuk secara frontal menghadapi kaum separatis itu, sebab mereka tidak mengacau di sini. Tapi beberapa waktu yang lalu kami ada membunuh dua orang dari mereka, sebab kedapatan membawa senjata ke dalam wilayah Malaysia. Kalau mereka datang berkunjung ke mari, itu sulit dicegah, sebab antara orang Kelantan. Kedah, Perak dan Patani itu terdapat pertalian darah yang erat. T: Keputusan Bangkok mengeluarkan pasukan Malaysia itu Tan Sri nilai sebagai kemunduran Malaysia tentu tidak akan tinggal diam. Tindakan Malaysia di masa datang ditakutkan oleh sementara peninjau sebagaiakan mengganggu keharmonisan Asean. J: Semua yang kami lakukan sekarang ini juga pada masa yang akan datang adalah didasarkan pada kecintaan kami pada Asean. Buat apa keharmonisan jika di dalam ada gangguan yang kami berpura-pura tidak melihatnya. Itu namanya keharmonisan semu. Saya percaya bahwa keputusan Bangkok ini diputuskan lantaran pemerintah mereka baru terbentuk, belum mempelajari keadaan di Selatan dengan baik, sehingga belum mereka ketahui secara sewajarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus