DI bawah ini adalah wawancara, Salim Said dengan Tan Sri Gazali
bin Shafei, 21 Mei 1976, di Kuala Lumpur:
T: Gangguan komunis muncul kembali secara menarik di Malaysia
akhir-akhir ini.Adakah sebabnya keadaan dalam negeri yang
menguntungkan kegiatan mereka? Ataukah kemenangan Komunis di
Indocina ?
J: Setelah Komunis kami hancurkan di tahun 1960, mereka mundur
ke dalam wilayah Muangthai. Mereka kemudian mencoba kembali
lewat cara demokratis dengan memasuki kegiatan politik yang ada.
Tapi semua ini juga gagal ketika kegiatan mereka kami hapuskan
di tahun 1968. Mereka mempunyai rencana baru dari tahun 1969,
yakni harus kembali lewat cara kekerasan. Sejak itu mereka
memasukkan pasukan penggempur dan bantuan logistik ke dalam
wilayah kami. Ketika 1973 saya mengambil alih kedudukan Menteri
Dalam Negeri, saya memusatkan perhatian pada kegiatan Komunis di
Serawak. Di sana kami bekerja sama dengan Indonesia. Begitu baik
kerja sama itu sehingga operasi dengan cepat membawa hasil yang
gemilang.
Setelah itu, saya mengalihkan perhatian ke Semenanjung. Ternyata
Komunis sudah berada 70 mil dari Kuala Lumpur secara diam-diam.
Kami pun mengambil tindakan. Dan dari kenyataan tadi, jelas
bahwa kegiatan mereka sekarang ini tidak ada hubungannya dengan
kemenangan di Indocina, tapi semuanya memang mengikuti rencana
mereka di tahun 1969 itu. Hanya saja sebelum tahun 1974, kami
tidak ada kontak dengan mereka - kami sibuk di Serawak -
sehingga tidak banyak yang diketahui mengenai kegiatan persiapan
mereka.
T: Selama ini di mana dan dari mana Komunis itu memusatkan
kegiatan mereka sebelum melancarkan operasi?
J: Di dalam wilayah Muangthai sana. Kami sebenarnya punya suatu
perjanjian perbatasan dengan Muangthai untuk mengatasi soal-soal
macam bersembunyinya Komunis di sana. Tapi karena kesulitan di
pihak Muangthai, banyak dari perjanjian ini tidak dapat
dilaksanakan. Salah satu bagian dari perjanjian itu adalah
penempatan beberapa ratus polisi Malaysia di Betong, wilayah
Muangthai. Bedanya dengan pasukan asing, pasukan kami itu
sepenuhnya berada di bawah komando Muangthai. Ini yang banyak
tidak diketahui orang. Kami tahu Muangthai kekurangan pasukan,
jadi kami perbantukan pasukan kami.
T: Berapa besar bahaya atau potensi bahaya Komunis terhadap
kelangsungan hidup Malaysia?
J: Sekarang ini kami merasa bahwa bisa mengatasinya, bisa
mengontrol mereka yang jumlahnya 2.054 orang itu. Yang payah itu
adalah kegiata mereka dalam wilayah Muangthai. Tapi yang di
dalam ini, Insya Allah,bisa.
T: Jadi kalau kerja sama sepenuhnya dari pihak Muangthai bisa
diperoleh, kegiatan dalam Malaysia bisakah cepat diselesaikan?
J: Ya. Bahkan keadaan status quo pun masih akan menguntungkan
kami.
T: Selain mendapat keuntungan denyan bersembunyi secara bebas
dalam wilayah Muangthai Selatan, apakah Komunis Malaya itu ada
mendapat bantuan dari Hanoi, Peking atau Moskow?
J: Pada masa ini kami tidak melihat adanya bantuan dari Peking,
Moskow maupun Hanoi dalam ujud senjata. Tidak ada satu negara
Komunis yang mau mengirimkan senjata kepada suatu gerakan
Komunis, jika gerakan Komunis di suatu negara belum siap untuk
bantuan itu. Jadi yang kami lakukan adalah berusaha agar kaum
Komunis di sini terus berada dalam keadaan tidak siap menerima
bantuan itu. Dan dalam keadaannya seperti sekarang ini, tidak
bakal ada negara Komunis yang akan membantu mereka dengan
senjata.
T: Faktor dalam negeri apa sajakah menurut Tan Sri yang di
Malaysia ini bisa dimanfaatkan oleh Komunis itu?
J: Terutama faktor ketidakpuasan. Dan faktor ini banyak di
Malaysia dan macam-macam bentuknya. Bukan cuma kemiskinan. Soal
rasial, misalnya. banyak menimbulkan ketidakpuasan.
Kadang-kadang hal itu dikarenakan oleh sangkaan mereka saja,
bahkan kenyataan sebenarnya. Dan ini yang nampaknya merupakan
hal yang amat mudah dieksploitir oleh Komunis.
T: Tan Sri tadi menyebut bahwa kerja sama Indonesia-Malaysia
dalam menghadapi Kormunis berhasil dengan baik. Bagaimana pula
ceritanya kerja sama Malaysia-Muangthai di perbatasan
masing-masing:
J: Saya kurang suka membikin perbandingan, karena kedua
perjanjian itu berlainan. Dengan Muangthai perjanjiannya lebih
terperinci, sedang dengan Indonesia sebenarnya hampir tidak ada
perjanjian, semuanya berdasarkan pengertian yang mendalam. Kalau
usaha dengan Muangthai kurang berhasil, saya kira karena ada
soal-soal dalam negeri yang dihadapi oleh Bangkok sehingga
mereka tidak bisa memberi perhatian secukupnya terhadap wilayah
Selatan mereka.
T: Kini sudah bisa dipastikan bahwa pemerintah Bangkok akan
meminta Kuala Lumpur untuk menarik pasukan-pasukannya di Betong
itu. Bagaimana ini?
J: Ini jelas suatu kemunduran. Soal penarikan itu tidak sulit,
tapi bisakah kekosongan itu diisi oleh pasukan-pasukan
Muangthai? Bukan rahasia lagi bahwa wilayah Selatan Muangthai
itu sudah merupakan liberated area, sehingga praktis kekuasaan
Bangkok tidak efektif lagi di sana. Dari pertemuan saya dengan
pejabat Muangthai, saya mendapat kepastian bahwa permintaan
penarikan pasukan Malaysia dari Betong itu disebabkan oleh
tekanan golongan kiri jua. Mereka ini kan sudah kalah pada
pemilihan di Muangthai beberapa waktu yag lalu, nah, kini
mereka seberapa boleh memainkan peranan pressure group. Saya
tahu betul taktik Komunis itu. Demonstrasi di Betong beberapa
waktu yang lalu itu jelas digerakkan oleh Komunis. Di kota itu
secara terang-terangan Komunis berkuasa, bahkan menarik pajak
dari penduduk yang mayoritas terdiri dari orang Cina.
T: Sikap enggan Bangkok untuk secara sepenuhnya bekerja sama
dengan Kuala Lumpur bagi menyelesaikan soal Komunis di wilayah
Selatan Muangthai itu, apakah juga disebabkan oleh kecurigaan
bahwa Malaysia ada membantu kaum separatis Islam di Patani?
J: Itu tidak betul. Patut saudara ketahui bahwa sayalah
orangnya yang menasehatkan pada Pichai Rattakul --Menlu
Muangthai--agar mengirimkan peninjaunya yakni gubernur atau
menteri Atau pun anggota parlemen Muangthai yang beragama
Islam, ke konperensi menteri luar negeri Islam di Istambul
baru-baru ini. Memang sulit bagi kami untuk secara frontal
menghadapi kaum separatis itu, sebab mereka tidak mengacau di
sini. Tapi beberapa waktu yang lalu kami ada membunuh dua orang
dari mereka, sebab kedapatan membawa senjata ke dalam wilayah
Malaysia. Kalau mereka datang berkunjung ke mari, itu sulit
dicegah, sebab antara orang Kelantan. Kedah, Perak dan Patani
itu terdapat pertalian darah yang erat.
T: Keputusan Bangkok mengeluarkan pasukan Malaysia itu Tan Sri
nilai sebagai kemunduran Malaysia tentu tidak akan tinggal
diam. Tindakan Malaysia di masa datang ditakutkan oleh sementara
peninjau sebagaiakan mengganggu keharmonisan Asean.
J: Semua yang kami lakukan sekarang ini juga pada masa yang akan
datang adalah didasarkan pada kecintaan kami pada Asean. Buat
apa keharmonisan jika di dalam ada gangguan yang kami
berpura-pura tidak melihatnya. Itu namanya keharmonisan semu.
Saya percaya bahwa keputusan Bangkok ini diputuskan lantaran
pemerintah mereka baru terbentuk, belum mempelajari keadaan di
Selatan dengan baik, sehingga belum mereka ketahui secara
sewajarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini