PENGESAHAN kabinet baru Taiwan ternyata lebih cepat dari apa yang diperkirakan orang luar. Dugaan semula, perombakan kabinet dilakukan bulan depan. Ternyata, Komite Tetap Pusat Partai Kuomintang, Rabu pekan lalu, seminggu setelah kongres partai ke-13 usai, langsung mengumumkan nama-nama menteri kabinet baru, yang cukup mengejutkan banyak pengamat Taiwan. Perombakan kabinet yang dilakukan Komite Tetap Pusat Kuomintang (KMT) merupakan perubahan paling radikal sejak Yu Kuohua, 74 tahun, menduduki kursi perdana menteri, Juni 1984 lalu. Dari 25 anggota kabinet baru tercatat delapan wajah baru, dan sebelas menteri merupakan tokoh kelahiran Taiwan. Di antara "pribumi" itu tercatat nama Shirley Kuo, 56 tahun, satu-satunya wanita dalam kabinet baru Shirley, yang sebelumnya menjabat deputi gubernur bank sentral, terpilih sebagai menteri keuangan. Ia menggantikan kedudukan Robert Chien, yang terkenal konservatif. Tokoh "pribumi" lain yang juga menempati posisi penting adalah Lien Chan. Ia ditunjuk sebagai menteri luar negeri. Lien, 51 tahun, bekas wakil perdana menteri, diharapkan bisa lebih kreatif memainkan politik luar negeri, sehingga bisa mengangkat pamor Taiwan, yang sekarang hanya memiliki hubungan diplomatik dengan 22 negara di dunia. "Kebijaksanaan politik luar negeri Taiwan sekarang berdasarkan pandangan ke depan," kata Presiden Lee Tenghui. Lee, pewaris dua tongkat kepemimpinan Mendiang Chiang Chingkuo, sebagai presiden dan sebagai ketua Kuomintang, seperti hendak meyakinkan dunia bahwa reformasi di negerinya tak perlu berhenti kendati di dalam pucuk pimpinan partai dan kabinet masih ada unsur-unsur konservatif. Ia cukup konsisten menjalankan reformasi seperti yang sudah digariskan pendahulunya. Terutama menyangkut Taiwanisasi pejabat negeri dan partai. Posisi penting lain yang diberikan KMT kepada generasi muda adalah jabatan ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan Ekonomi Taiwan (CEPD). Tokoh yang mendapat kepercayaan memimpin CEPD adalah Frederick Chien, 53 tahun, bekas duta besar di Washington. Tugas yang dibebankan kepada Chien adalah menyiapkan acuan jangka panjang kerja sama ekonomi Taiwan dengan Amerika Serikat. Mengingat AS menyerap hampir separuh ekspor Taiwan. Tahun lalu, nilai ekspor Taiwan ke AS berjumlah US$ 23,6 milyar. Terpilihnya Chien sebagai kepala CEPD berarti ia tinggal satu langkah lagi untuk menduduki kursi perdana menteri. Mengapa Komite Tetap Pusat KMT tak keberatan dengan susunan kabinet baru Perdana Menteri Yu Kuo Hoa? Sedikitnya ada tiga alasan pokok yang mendorong 31 anggota Komite menyetujui perombakan radikal itu. Pertama, Taiwan perlu mempertajam kebijaksanaan ekonomi mereka. Taiwan, menurut Wakil Menteri Ekonomi Wang Chienshien, mulai merasakan beban akibat pertumbuhan ekonomi mereka. Salah satu di antara bentuk beban itu, apresiasi mata uang Taiwan (NT$) terhadap dolar Amerika belakangan mencapai 40%. "Keadaan ini bisa mengancam daya tahan industri dan perusahaan menengah ke bawah," kata Wang. "Mereka bisa bangkrut kalau apresiasi lebih jauh lagi. Padahal, mereka adalah tulang punggung kami." Kedua, masalah hubungan dengan RRC. Taipei mulai mengendurkan urat menghadapi Beijing. Jika para pengambil keputusan mulai banyak diisi pemimpin kelahiran Taiwan, yang tak pernah merasakan didepak oleh kekuatan komunis pada 1949, tak mustahil mereka akan melihat RRC tanpa rasa dendam meski mereka tetap memandang negeri leluhur mereka itu sebagai ancaman. Petunjuk akan ada sikap yang lebih longgar di masa datang sudah terlihat dalam Kongres KMT lalu. Hubungan antarmanusia dengan warga RRC disetujui Kongres untuk diperlonggar. Misalnya, warga RRC boleh datang ke Taiwan untuk upacara penguburan atau menjenguk saudara mereka yang sakit. Ketiga, KMT perlu menjaga penampilan untuk menghadapi Pemilu 1990. Dengan menunjuk tokoh karismatik Wu Pohhsiung, 49 tahun, menjadi Wali Kota Taipei, jelas KMT ingin memperkuat basis di ibu kota. Wu, yang sebelumnya menjabat menteri dalam negeri, bertukar tempat dengan Hsu Shuiteh. Tak kalah penting dari upaya perombakan yang dilakukan KMT adalah keinginan mencegah Partai Demokratik Progresif (Minjindang) menggaet suara lebih besar dalam Pemilu 1990. Saat ini, kelompok oposisi yang mulai populer itu memiliki 12 kursi di Legislative Yuan (DPR) dan 11 kursi di National Assembly (MPR). M.C.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini