Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kuba pada Jumat, 18 Oktober 2024, mengalami mati listrik massal. Walhasil, hampir seluruh penjuru negara itu gelap gulita pada malam hari. Mati listrik massal ini terjadi setelah salah satu pusat pembangkit tenaga listriknya mengalami hal yang digambarkan sebagai 'kegagalan'.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pembangkit listrik yang rusak itu bernama Antonio Guiteras Power Plant, di mana pembangkit listrik tersebut tak bisa terkoneksi dengan sistem elektronik nasional. Kementerian Energi Kuba menjelaskan perihal ini di media sosial X. Sedangkan Presiden Cuba Miguel Diaz-Canel memastikan permasalahan ini telah menjadi prioritas pemerintah. Pihaknya akan benar-benar memulihkan listrik padam ini tanpa kenal waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sejumlah rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan kehidupan di Kuba bagai terhenti. Pemadaman listrik telah berdampak pada aktivitas bisnis dan lembaga-lembaga.
Pemadaman listrik yang tidak terkendali terjadi di penjuru Kuba pada Kamis sore, 17 Oktober 2024. Perdana Menteri Kuba Manuel Marrero menyampaikan pidato yang disiarkan televisi perihal ini. Penyiaran pidato itu pun terkendala teknis sehingga disebarkan secara online dan molor dari jadwal.
Dalam pidatonya, Marrero secara garis besar menyalahkan krisis energi atas intensifikasi perang ekonomi, keuangan dan energi oleh Amerika Serikat. Penbatasan itu telah membuat impor bahan bakar terhambat dan menggangu aliran sumber daya lainnya untuk menjaga industri listrik tetap menyala.
Kuba sudah lama mengalami masalah pasokan energi, yang biasanya terjadi pemadaman listrik secara bergilir di berbagai wilayah Kuba selama berbulan-bulan. Sejumlah masalah yang memicunya bisa disebabkan infrastruktur energi di Kuba yang sudah tua dan berkurangnya pasokan baha bakar eksternal.
Bukan hanya itu, kebakaran pada 2022 di fasilitas penyimpanan minyak Matanzas juga telah berkontribusi pada krisis energi di negara kepulauan itu. Ketika itu, kebakaran yang terjadi berlangsung sampai lima hari dipicu oleh sambaran petir yang mengakibatkan hancurnya sekitar 40 persen fasilitas utama penyimpanan minyak di Kuba.
Sumber : RT.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini