Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Langkah Kuda Haider

Secara mengejutkan Joerg Haider mundur dari jabatan Ketua Partai Kebebasan. Tapi ia dicurigai tengah merancang sebuah rencana besar.

12 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JOERG Haider masih murah senyum. Tapi senyum yang mengembang pada saat ia menyampaikan sebuah pengumuman terasa menyentakkan masyarakat Austria. Malam itu, Joerg Haider secara mendadak memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Ketua Partai Kebebasan. Keputusan itu diambil setelah petinggi partai ini melakukan pertemuan pada Senin pekan silam. Haider memilih kembali ke jabatannya semula, sebagai Gubernur Carinthia. Sedangkan posisi ketua partai yang telah dipimpinnya selama 13 tahun itu diserahkan kepada Susanne Riess-Passer, sang wakil ketua yang juga Wakil Kanselir Austria. Mundurnya pria berusia 50 tahun itu selayaknya disambut gembira—setidaknya tekanan internasional berhasil menyuguhkan kemenangan awal antirasisme. Tapi ulah Haider kali ini malah bikin keder. Sebelumnya, ia lebih banyak mengobral pernyataan berbau rasis, meski belakangan ia memohon maaf. Lantas, kok, tiba-tiba ia menjelma menjadi anak yang manis? Apalagi salah satu alasan pengunduran diri itu, katanya, adalah agar isolasi Uni Eropa terhadap Austria, sejak partainya ikut dalam pemerintahan koalisi Februari lalu, bisa segera dicabut. Sosok Haider memang kadung tercoreng. Pria ini mampu meningkatkan perolehan suara partainya tiga kali lipat sejak memimpin Partai Kebebasan pada 1986. Dia dianggap berbahaya karena dikenal sebagai pengagum Nazi Jerman dan sering mengeluarkan pernyataan yang berbau anti-imigran. Naiknya Haider memicu demonstrasi di Austria dan di seantero Eropa, sehingga lengsernya tokoh kontroversial ini disambut secara skeptis oleh negara-negara Uni Eropa. Menteri Luar Negeri Inggris, Robin Cook, menyatakan bahwa pengunduran diri Haider ini setidaknya memengaruhi pandangan internasional terhadap Austria. Tapi hal itu tetap tidak mengurangi kekhawatiran seperti yang terjadi sebelum Haider mengundurkan diri. Sedangkan Menteri Luar Negeri Belgia, Louis Michel, menganggap keputusan Haider itu hanya cara untuk menenangkan negara-negara Barat. Bagaimanapun, Haider masih berada dalam partainya dan masih memiliki kekuasaan. Di mata pengamat dan politisi, Haider tengah memainkan langkah kuda. Ia tengah menyusun strategi untuk mengincar posisi kanselir dalam pemilihan umum mendatang. Sesungguhnya, ini adalah strategi yang sudah banyak diduga. Agaknya, posisinya sebagai gubernur memberikan keleluasaan untuk bermain di balik layar. Dan sebagai orang di luar pemerintahan, dia bisa leluasa melakukan manuver yang berseberangan. Keputusan pemerintah yang tidak populer akan menjadi makanannya, misalnya saat kenaikan pajak yang mencekik. Hal semacam itulah yang bakal menjadi bekal dalam pemilihan umum kelak. Hal itu pula yang menyebabkan Uni Eropa tak segera menghentikan sanksi politik berupa isolasi secara diplomatik terhadap Austria. Soalnya, Haider boleh saja lengser, tapi partainya yang berpandangan rasis itu tetap bergerak. Perdana Menteri Portugal, Antonio Guterres, menganggap mereka belum bisa menangkap arti sesungguhnya di balik langkah politik Haider itu. "Karena itulah, saya pikir, kami harus mempertahankan posisi kami sekarang ini dan melihat apa yang terjadi," ujar Guterres. Yang jelas, isolasi terhadap Austria, menurut Kanselir Austria, Wolfgang Schuessel, akan memperlambat proses kerja dalam persekutuan Uni Eropa. Pengambilan keputusan Uni Eropa lazimnya dilakukan secara bersama-sama. Sikap ini membuat Wolfgang Schuessel jengkel. Ia menyayangkan munculnya kecurigaan terhadap langkah yang dilakukan Haider. Padahal, ia berharap, keputusan mundurnya Haider ini akan memberikan ruang gerak yang lebih baik bagi pemerintahannya untuk mendapatkan simpati di mata Uni Eropa. "Menurut saya, ini bukan merupakan sebuah permainan atau manuver Haider," katanya. Sedangkan Haider menganggap Uni Eropa telah melakukan kesalahan besar terhadap negerinya. Seharusnya mereka bersikap positif. Bagi Haider, ketakutan tersebut lahir di kalangan petinggi partai politik Eropa karena mereka khawatir partai yang senapas dengan partai yang dipimpinnya itu akan bermunculan di Eropa. Namun, perkembangan yang bakal terjadi selanjutnya tampaknya akan menyulitkan langkah Haider. Ia pun jadi serba salah: maju kena, mundur kena. Dan jika isolasi tak juga dicabut, rakyat Austria bakal menjadi korban, tak terkecuali warga Austria yang sempat terbuai janji Partai Kebebasan dan senyum sang Ketua. Irfan Budiman (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus