Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebanon mengajukan pengaduan resmi pada Kamis kepada Dewan Keamanan PBB dan Sekretaris Jenderal António Guterres atas serangan Israel ke wilayahnya. Invasi darat ini melanggar Garis Biru yang memisahkan kedua negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah pernyataan dari misi tetap Lebanon untuk PBB, yang disampaikan oleh kantor berita resmi negara tersebut, mengatakan bahwa pengaduan tersebut mengutuk “agresi Israel terhadap kedaulatan Lebanon dan serangan pasukannya di dalam perbatasan Lebanon” sejak malam 1 Oktober.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Misi Lebanon mengatakan Israel melanggar Garis Biru tahun 2000 dan meremehkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang diadopsi pada Agustus 2006.
Resolusi tersebut menuntut penghentian penuh permusuhan antara Lebanon dan Israel dan pembentukan zona antara Garis Biru dan Sungai Litani, bebas dari kelompok bersenjata kecuali Angkatan Bersenjata Lebanon dan UNIFIL.
Keluhan tersebut mencatat bahwa Israel telah mengerahkan pasukan militer, tank dan kendaraan lapis baja di sepanjang perbatasan selatan Lebanon, menargetkan warga sipil, pekerja bantuan dan jurnalis, sementara tanpa pandang bulu menembaki kota-kota dan desa-desa dengan lebih dari 8.570 serangan
Israel melancarkan invasi darat di Lebanon selatan, dan para pejabat mengklaim invasi itu dilakukan untuk membangun zona penyangga keamanan yang akan berlangsung selama beberapa minggu. Militer Israel kemudian mengumumkan kematian sembilan tentaranya selama serangan darat.
Pada Kamis, Hizbullah melaporkan berhasil menggagalkan enam upaya infiltrasi Israel di Lebanon selatan.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran sejak 23 September yang mereka sebut sebagai sasaran Hizbullah di seluruh Lebanon yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 1.100 korban, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
ANADOLU