Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

13 Agustus 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Malaysia:
Hotel Prodeo Tambahan buat Anwar Ibrahim

Inilah kado ulang tahun buat Anwar Ibrahim dari Mahathir Mohamad. Dua hari menjelang jarignya yang ke-53, bekas Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Malaysia itu dijatuhi hukuman penjara sembilan tahun untuk kasus sodomi. Selasa pekan silam, hakim pengadilan tinggi, Arifin Jaka, menyatakan Anwar dan Sukma Darmawan, saudara angkatnya, terbukti bersalah atas dakwaan melakukan sodomi terhadap Azizan Abu Bakar, bekas sopir keluarga Anwar. Di Malaysia, perbuatan itu dikategorikan sebagai tindakan tercela.

Namun, untuk sebuah tindakan "tercela", hukuman itu terasa berlebihan. Bahkan lebih panjang ketimbang hukuman korupsi yang sebelumnya ditimpakan kepada Anwar. Tak pelak, menurut Anwar, persidangan ini hanyalah upaya Mahathir untuk menyingkirkan dirinya, karena ia dianggap ancaman yang dapat menggulingkan Mahathir. Anwar menyangkal seluruh tuduhan terhadapnya. Namun, hal itu toh tak lagi menolong. Yang jelas, dengan keputusan itu, Anwar harus mendekam lebih lama lagi di penjara, hingga 2014. Pasalnya, saat ini Anwar tengah menjalani hukuman enam tahun penjara untuk kasus penyalahgunaan kekuasaan, yang sudah divonis setahun silam.

Persidangan ini memang memiliki aroma politis yang menyengat. Sejak awal, sidang ini telah menerbitkan kontroversi. Misalnya, pihak penuntut diduga melakukan dua kali pengubahan tahun peristiwa sodomi. Menurut Christopher Fernando, pembela Anwar, semua bukti membela terdakwa. "Setelah menyampaikan bukti tersebut, ia patut dibebaskan," katanya. Rencananya, dalam waktu dekat, bekas calon perdana menteri ini akan menyatakan banding untuk vonis tersebut. Vonis yang dijatuhkan memberikan gambaran buruk terhadap kejujuran pengadilan negeri itu.

Reaksi serupa datang dari luar negeri. Departemen luar negeri AS dan Kanada menyatakan, peristiwa ini bisa menimbulkan berkurangnya kepercayaan terhadap aturan hukum di Malaysia. Tapi, Mahathir membantah semua tuduhan itu. Bahkan ia menyerang balik kecaman-kecaman tersebut. Ia menegaskan kembali, pemecatan Anwar pada September 1998 yang kemudian diikuti dengan pengadilan itu sama sekali tidak berkait dengan konspirasi politik.

"Pengadilan berlangsung biasa-biasa saja. Tidak ada konspirasi. Tidak mungkinlah di Malaysia melakukan konspirasi terhadap persoalan yang melibatkan ratusan orang seperti ini," kata Mahathir, yang menjelaskan bahwa justru Anwar yang melibatkan diri dalam banyak konspirasi guna mencoba menggusur dirinya dari posisi perdana menteri.

Sri Lanka:
Demi Sang Anak, Bandaranaike Mundur

Laju sang waktu memang tak bisa ditahankan. Dibekap usianya yang makin renta, Sirimavo Bandaranaike, 84 tahun, akhirnya memilih mundur sebagai Perdana Menteri Sri Lanka. Ini bukan karena kondisi fisiknya yang kian lemah saja, tapi tampaknya Bandaranaike tak kuat juga menghadapi tekanan pihak oposisi yang memaksanya untuk mengajukan rancangan konstitusi baru.

Tapi, menurut para analis politik di negeri itu, pengunduran diri itu tak lain untuk memberi jalan kepada Presiden Sri Lanka, Chandrika Kumaratunga, anaknya sendiri, untuk membubarkan parlemen dan mengadakan pemilihan umum. Selama ini Bandaranaike hanya menjadi perdana menteri seremonial dalam pemerintahan putrinya. Dia memerintah Sri Lanka dari 1960 sampai 1977. Bandaranaike naik menjadi PM wanita pertama di dunia setelah suaminya, Salomon Bandaranaike, tewas di tangan seorang biksu Buddha pada September 1959. Bandaranaike, yang sebelumnya aktif sebagai ibu rumah tangga, lantas didaulat untuk menggantikan posisi Salomon memimpin Partai Kebebasan, dan kemudian malah terpilih menjadi PM dalam pemilu 1960.

Nah, dengan pengunduran itu, Kumaratunga bisa lebih leluasa untuk memasukkan sejumlah menteri dalam kabinetnya yang berasal dari Partai Nasional Bersatu (UNP), oposisi Sri Lanka, ke dalam kabinet. Langkah itu dilakukan menyusul kegagalannya dalam mendapatkan dukungan dari mayoritas parlemen untuk mengegolkan rancangan konstitusi baru.

Posisi Kumaratunga di parlemen belakangan ini memang terpuruk akibat tentangan oposisi terhadap rancangan konstitusi yang diajukannya. Rancangan konstitusi itu diajukan dalam upaya mengakhiri konflik etnis yang sudah berlangsung 17 tahun di wilayah timur dan utara negeri itu. Dalam rancangannya itu, bentuk negeri diusulkan menjadi negara federal.

Filipina:
Enam Belas Orang Tewas di Cotabato

Otak Benjie Villasis memang encer. Setelah mendengar letusan pistol, ia langsung meloncat dari mobil yang ditumpanginya, lalu berakting: pura-pura mati. Upayanya berhasil. Ia termasuk salah satu korban yang selamat dari perampokan dan pembunuhan yang dilakukan sekelompok orang bersenjata di Cotabato Utara, Filipina, pekan silam.

Namun, malang buat penumpang lain, di antaranya seorang anak berusia dua tahun yang tewas akibat berondongan peluru yang dilepaskan kelompok berseragam militer dan dilengkapi senjata otomatis itu. Enam belas orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat peristiwa yang terjadi di malam hari itu, yang diawali dengan penghentian paksa terhadap kendaraan yang melintas oleh sekelompok orang bersenjata yang kemudian merampoknya.

Menurut Kepala Militer Jenderal Angelo Reyes, para penyerang itu adalah kaum muslim yang tergabung dalam MILF. Hal itu dikuatkan Ruben Donong, korban yang selamat dalam peristiwa itu, yang menyatakan dialek bicara komplotan itu tak berbeda dengan kebanyakan orang yang bergabung dengan MILF. Benarkah? Eid Kabalu, juru bicara MILF, dengan tegas membantah tuduhan itu. "Tidak ada muslim yang melukai muslim lainnya,"' kata Eid Kabalu. Kata Kabalu, pasukannya diharamkan untuk menyerang orang sipil.

Pemerintah menuduh para pemberontak melakukan penyerangan secara berseri itu untuk membalas dendam terhadap penyerangan pihak militer terhadap markas MILF, 10 Juli silam. Sejak itu, terbilang sekitar 60 penduduk sipil telah terbunuh dalam bentrokan antara pemberontak dan tentara pemerintah. Pihak militer telah menahan panglima pemberontak yang dituduh memimpin pembantaian pertama, 16 Juli silam, yang mengakibatkan sekitar 21 orang terbunuh di masjid di Provinsi Lanao del Sur.

Irfan Budiman (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus