Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

12 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Irak Kematian yang Tak Mengakhiri

SERANGAN F-16 dari langit Irak menghabisi Abu Musab al-Zarqawi, Rabu petang lalu. Di sebuah rumah besar yang hancur, 8 kilometer dari Baquba, -Bagdad, Irak, pria 39 tahun ini tewas. -Pasukan Amerika Serikat telah lama memburunya lantaran dituding sebagai salah satu pemimpin Al-Qaidah.

Sore itu, pria asal Yordania ini sedang berkumpul dengan rekan-rekannya di ru-mahnya. Tiba-tiba, bom berkekuatan 230 kilogram menerjang. Ia tewas bersama sedikitnya lima orang, termasuk pemimpin spiritual Syeikh Abd-al-Rahman, seorang wanita, serta anak yang belum teridentifikasi. Zarqawi dikenali dari wajah, sidik jari, dan tanda bekas luka di tubuhnya.

Perdana Menteri Irak Nouri Maliki- -menggelar konferensi pers sehari sesudah-nya. Ia memekik: ”Kami telah melenyapkan Zarqawi!” Presiden Amerika Serikat George W. Bush menyambut kematian itu sebagai ”keadilan”. Namun, ia sadar kematian buruannya itu tak dengan serta-merta mengakhiri kekerasan. Bahkan Maliki sendiri ragu akan masa depan Irak karena masih banyak kelompok militan lain di dalam negeri. Belum lagi kemungkinan balas dendam dari pendukung Zarqawi.

Zarqawi diyakini sebagai dalang serangkaian teror yang menewaskan warga Syiah dan tentara Amerika Serikat di Irak. Ada tujuh tuduhan ditujukan kepadanya: dari pengeboman kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Bagdad yang menewaskan 23 orang pada 2003 hingga penyerangan di sebuah hotel di Amman, Yordania, yang mencabut 60 nyawa, tahun lalu.

Penayangan gambar jenazah Zarqawi- oleh militer Amerika Serikat lagi-lagi -mengundang kecaman dunia internasional. Konvensi Jenewa melarang gambar tawan-an atau buruan perang dijadikan propaganda, apalagi dipermalukan. Petinggi militer Amerika sendiri pernah berang dan menggelar pasal-pasal dalam Konvensi Jenewa karena televisi Irak menyajikan gambar tentara Amerika menyiksa tahanan di Abu Ghuraib. Namun, Amerika tak ragu mengumbar gambar mantan Presiden Irak Saddam Hussein dengan celana kolor di dalam sel. Muka almarhum Zarqawi tampak lebam dan berdarah.

Jerman Ahmadinejad Ditolak di Muenchen

RENCANA Presiden Iran menonton timnya berlaga di Piala Dunia di Jerman tak mulus. Hingga malam pembukaan pesta besar itu, Jumat pekan lalu, belum ada tanda-tanda pemerintah Jerman memberikan izin. Bahkan warga Yahudi di negara itu menentang kehadiran Mahmud Ahmadinejad. Pasalnya, ia pernah menyatakan bahwa holocaust (pembantaian massal) pada Perang Dunia II hanyalah mitos alias tak pernah terjadi.

”Penyangkalan kekejaman Nazi adalah pelanggaran sa-ngat serius di Jerman,” kata Charlotte Knobloch, Ketua Central Council of Jews. Ia bahkan menuding Ahmadinejad sebagai ”Hitler kedua”.

Beragam demonstrasi pun digelar untuk menentang Ahmadinejad, termasuk yang dilakukan oleh organisasi budaya Israel dan para pelarian politik Iran di Jerman. Menteri Dalam Negeri Jerman Guen-ther Beckstein juga di-kabarkan akan hadir dalam aksi ini. ”Kami harus mene-gaskan bahwa ia (Ahmadinejad—Red.) tak diinginkan di sini,” kata Beckstein, ”Lebih baik ia tak usah datang.”

Somalia Milisi Dukungan Amerika Tersingkir

Milisi Islam menguasai ibu kota Somalia, Mogadishu, Senin pekan lalu, setelah pecah pertempuran dengan aliansi panglima milisi yang didukung Amerika Serikat. ”Kekuasaan para panglima perang atas Mogadishu selama 15 tahun telah berakhir-,” ujar Ketua Persatuan Majelis- Islam, Syeikh Sya-rif Ahmed. Pemimpin milisi- Islam ini juga meminta rak-yat- -Somalia menerima kepemimpinan baru. Menurut sejumlah pejabat dari kelompok Islam, berlangsung negosiasi untuk membahas penyerahan diri pejuang yang masih setia pada para panglima milisi.

Perdana Menteri sementa-ra Ali Mohammed Ghedi menya-takan pemerintahnya ingin- ber-unding dengan pihak milisi. Sebelumnya, Ali Mohammed Ghedi memecat empat panglima milisi berpengaruh yang menjabat sebagai menteri di kabinet. Mereka telah me-ninggalkan Mogadishu dan sebagian dilaporkan pergi ke Jowhar. Keempat menteri itu termasuk Menteri Keamanan Mohammed Qanyare Afrah dan Menteri Perdagang-an Muse Sudi Yalahow yang pada akhir pekan lalu kehi-langan daerah kekuasaan mereka di Mogadishu. Bentrokan tahun ini di ibu kota Somalia itu adalah yang pa-ling serius selama lebih dari 10 tahun, dengan sekitar 330 orang terbunuh dalam sebulan ini.

Peru Garcia Presiden Peru

Alan Garcia kembali duduk di kursi kepresidenan Peru. Minggu pekan lalu, ia mengalahkan pesaing utamanya, Ollanta Humala, dalam pemilih-an umum putaran kedua. Gar-cia, 54 tahun, memperoleh 55,46 persen dari total suara, sedangkan Humala hanya men-dapat 44,54 persen.

Pemilu Peru kali ini dilukiskan sebagai momen istimewa, dengan rakyat terpaksa ”memilih di antara yang terburuk”. Seperti diketahui, Garcia adalah Presiden Peru yang punya reputasi pernah memperburuk keadaan ekonomi negeri itu dengan kebijakan-kebijakan nasionalisnya pada 1980-an. Sedangkan Huma-la, 43 tahun, tokoh yang akrab dengan Presiden Vene-zuela Chavez . Bahkan seca-ra terang-terangan Chavez menganjurkan rakyat Peru agar memilih Humala. Dalam pe-milihan putaran pertama, Humala unggul.

Pertarungan antara dua tokoh ini mengakibatkan aneka konflik di antara para pendukung-nya. Garcia dan Humala saling mencela lawannya dengan keras. Mo-del persaingan politik seperti ini membuat sebagian rak-yat Peru ”golput” alias absen memilih. Apa pun, yang jelas kabar kemenangan Garcia merupakan berita baik bagi Amerika Serikat. Kedekatan Humala dengan Chavez, juga dengan pemimpin Kuba Fidel Castro, tentu saja tak me-nyenangkan Washington.

Thailand Perayaan Takhta Raja Bhumibol

Sekitar satu juta orang berkumpul di depan Istana- Ke-rajaan menyaksikan Ra-ja- Bhu-mibol Adulyadej me-nyampai-kan pidato untuk- mem-peringati 60 tahun ia naik tahta, Jumat pekan la-lu-. Di hadapan rakyatnya, Bhu-mibol menyerukan persatuan nasio-nal saat Thailand dikoyak krisis politik. ”Sepanjang rakyat Thailand masih bisa menyatukan pikir-an, perasaan, dan perilaku baik untuk negeri ini, kita dapat menjamin bangsa ini akan terus sejahtera,” kata-nya. Bhumibhol disambut dengan koor teriakan massa: ”Hidup Yang Mulia.”

Ribuan rakyat Thailand merayakan festival untuk sang raja dengan pesta kembang api pada Jumat malam pekan lalu. Pada perayaan ini hadir sejumlah raja yang masih ada di dunia, antara- lain Kaisar Akihito dari Jepang, Pangeran Albert II dari Monako, Raja Abdullah II dari Yordania, Ratu Sofia dari Spanyol, dan beberapa amir dari negara-negara Teluk. Peringatan ini juga ditandai dengan pembebasan 25 ribu narapidana pelaku tindak kriminal ringan.

Andari Karina Anom, Raihul Fadjri, Kurie Suditomo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus