Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

28 Maret 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Filipina Jaringan JI Asal Indonesia

ROHMAT alias Zaki, 26 tahun, warga negara Indonesia yang ditangkap aparat keamanan Filipina Selatan, "bernyanyi" pekan lalu. Di hadapan wartawan di Manila ia menguak jaringan Jamaah Islamiyah asal Indonesia. Ada 23 orang warga Indonesia selesai berlatih di Jabal Qubah di Mindanao, Filipina Selatan. "Saya dengar mereka dikirim pulang ke Indonesia dan sebagian lainnya tetap tinggal untuk melatih anggota baru," ujar Rohmat.

Serangkaian pelatihan, menurut Rohmat, termasuk pembuatan bom, penggunaan senjata, dan cara bertempur, telah dituntaskan. Setelah menjalani kursus itu, rencananya mereka pulang ke Indonesia sebelum Rohmat ditangkap pada 16 Maret lalu. Rohmat ditangkap di pos pemeriksaan Datu Saudi Ampatuan, Provinsi Maguindanao, Filipina Selatan, karena membawa pistol kaliber 45 milimeter. Dia juga dituding sebagai pelaku pengeboman di Manila pada Februari lalu.

Pengakuan lain yang keluar dari mulut Rohmat di depan wartawan adalah Filipina Selatan menjadi pusat pelatihan, sekaligus persembunyian pelaku pengeboman di Indonesia, termasuk bom Bali pada 2002. Dia juga mengaku terkait dengan kelompok militan Abu Sayyaf di Manila. Karena itu, menurut dia, Abu Sayyaf kemungkinan melakukan serangan pada liburan Paskah. Rencana itu sebagai balas dendam atas kematian 22 anggotanya dalam kerusuhan di Penjara Bagong Diwa, Manila, dua pekan lalu. Informasi itu membuat pemerintah Filipina memperketat pengamanan di Manila.

Sudan PBB Kirim Pasukan

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sepakat mengirim 10.700 tentara penjaga perdamaian ke Sudan, Kamis pekan lalu, untuk memonitor pelaksanaan perjanjian perdamaian antara pemerintah dan para pemberontak di selatan.

Lebih dari satu setengah juta orang tewas dalam konflik panjang yang telah berlangsung lebih dari 21 tahun itu. Konflik meletus pada September 1983. Penduduk di wilayah selatan Sudan yang mayoritas Kristen menolak perluasan pemberlakuan syariat Islam oleh Presiden Jaafa Muhammad al-Nemieri.

Januari lalu, pemberontak sepakat berdamai, dengan syarat mereka diberi otonomi luas selama enam tahun, dan setelah itu melakukan jejak pendapat untuk merdeka. Sayangnya, di Dafur, Sudan Barat, konflik antara penduduk asli dan militan Arab yang dibela pemerintah masih berlangsung. Sejak meletus pada 2003, sudah lebih dari 180 ribu orang tewas.

Suara PBB untuk Dafur belum bulat benar. Tim yang dikirim beberapa waktu lalu tidak menemukan bukti terjadinya pembersihan etnis.

Libanon PBB Bentuk Tim Independen

SEKRETARIS Jenderal PBB, Kofi Annan, memutuskan untuk membentuk tim investigasi independen menyelidiki tewasnya Rafik Bahaa Edine Hariri, mantan Perdana Menteri Libanon. Annan mengutarakan itu pada Kamis pekan lalu, setelah membaca laporan tim khusus pimpinan Komisaris Polisi Irlandia, Peter Fitzgerald.

Hariri tewas oleh bom mobil pada 14 Januari lalu. Amerika Serikat dan Prancis menuntut penyelidikan internasional, tapi Libanon menolak. PBB kemudian mengirim tim untuk menilai kerja tim investigasi Libanon.

Hasilnya, tim itu menilai Libanon tidak bersungguh-sungguh dalam penyelidikan. Mereka antara lain mempertanyakan, kenapa tempat kejadian sangat cepat dibersihkan?seolah-olah hendak menghapus jejak. Intelijen Suriah juga dipersalahkan.

Menanggapi itu, Presiden Libanon Emile Lahoud mempersilakan PBB "melakukan apa saja yang dirasa perlu" untuk menemukan pembunuh Hariri. Tapi Duta Besar Suriah untuk PBB, Fayssal Mekdad, keberatan. "Dia (Fitzgerald) tampaknya hanya bertemu kelompok oposisi dan orang-orang yang ingin memojokkan Suriah," ujarnya.

Bangladesh Badai Tewaskan 35 Orang

BADAI tropis dengan kecepatan angin 300 kilometer per jam menghancurkan sejumlah desa di Distrik Gaibandha dan Rangpur, Bangladesh, Senin pekan lalu. Badai ini pertama terjadi di Gaibandha. Setelah itu badai kedua berlanjut di Rangpur.

Kedua wilayah tersebut terletak sekitar 300 kilometer di utara Dhaka, ibu kota Bangladesh. Setidaknya, 35 orang tewas dan ratusan luka-luka akibat empasan badai tersebut. Diperkirakan masih banyak mayat yang tertimbun reruntuhan rumah.

Selain meminta korban jiwa, badai tropis juga menghancurkan 3.000 rumah, lahan pertanian dalam radius 20 kilometer persegi, jalan-jalan, dan menumbangkan pohon serta tiang-tiang listrik. Akibatnya, kedua wilayah tersebut menjadi gelap tanpa listrik, serta setidaknya di 15 desa di kedua distrik itu mengalami gangguan sistem komunikasi.

Usaha regu penyelamat berhasil menolong sekitar 200 korban di Sadullahpur. Mereka langsung dibawa ke sejumlah rumah sakit dan klinik. Abdul Hakim, polisi di Sadullahpur, mengatakan hampir tidak ada seorang pun yang tidak menderita luka-luka.

Sejak awal Maret 2005, sudah lima kali terjadi badai disertai hujan di sejumlah distrik berbeda, yang menewaskan 20 orang.

Amerika Serikat Siswa Mengamuk, 10 Tewas

JEFF Weise, 15 tahun, siswa SMA Red Lake di Minneapolis, Amerika Serikat, mengamuk di wilayah Red Lake tempat penampungan Indian, Senin pekan lalu. Setelah menembak mati kakeknya di rumah, pelaku menembak sembilan teman di sekolahnya. Dia lalu mengakhiri aksinya dengan bunuh diri. Selain korban tewas, aksi ini juga menyebabkan puluhan luka-luka.

Sandra Segrom, seorang saksi mata, mengatakan kejadian meletus saat mereka sedang dalam kegiatan belajar. Pelaku berjalan memasuki sekolah sambil membawa pistol dan sebuah senapan. Pistol lalu diacung-acungkan ke arah para siswa yang sedang belajar tanpa alasan jelas, lalu meletus ke arah para murid.

Juru bicara FBI Paul McCabe mengatakan, korban yang tewas semuanya berada di satu ruangan sekolah. FBI memperkirakan, Weise adalah pengirim 34 pesan di sebuah forum Internet neo-Nazi tahun lalu. Weise kagum pada Hitler dan frustrasi karena tiada kemurnian rasial maupun kebanggaan rasial di komunitasnya. Dia menggunakan nama panggilan Todesengel?yang berarti "Malaikat Maut" dalam bahasa Jerman?dan NativeNazi di sebuah forum Internet neo-Nazi.

Israel Pos Tulkarem Dibuka

PASUKAN Israel membuka lebar pagar pos pemeriksaan Kafriyat di Tulkarem, Tepi Barat, Selasa pekan lalu. Ini menjadi simbol Israel telah menyerahkan Tulkarem kepada Palestina. Tulkarem adalah kota kedua dari lima kota?yang telah disepakati dalam Peta Perdamaian akan diserahkan Israel kepada Palestina. Minggu sebelumnya, Kota Yeriko telah diserahkan ke Palestina.

Kini warga Tulkarem bisa mendatangi berbagai kota di Tepi Barat setelah pagar dibuka. Pagar pos itu selama ini menjadi pembatas Tulkarem dengan kota lain. Pasukan Palestina sudah diperbolehkan menempatkan personelnya di seluruh wilayah Tulkarem, kecuali di tiga desa, yakni Ramin, Alar, dan Seida.

Kesepakatan penyerahan Tulkarem, yang dihuni 160 ribu warga Palestina itu, dicapai setelah serangkaian pertemuan pejabat keamanan Palestina-Israel. Penyerahan lima kota, yakni Yeriko, Tulkarem, Ramallah, Bethlehem, dan Qalqilya, adalah isu utama yang disepakati Israel-Palestina di Mesir pada awal bulan lalu. Setelah Tulkarem, kota selanjutnya yang akan diserahkan secara berturut-turut adalah Qalqilya, Bethlehem, dan Ramallah.

Italia Sgrena Sengaja Ditembak

KONVOI kendaraan pembebasan wartawan Italia Giuliana Sgrena ditembaki tentara Amerika Serikat pada 4 Maret lalu. Agen intelijen Italia Nicola Calipari tewas saat berusaha melindungi Sgrena, yang baru bebas dari penyanderaan militan Irak selama satu bulan, dari tembakan tentara AS. Penembakan terjadi di dekat pos pemeriksaan pasukan Amerika menuju Bandara Bagdad. Divisi Infanteri ke-3 pasukan Amerika beralasan, konvoi ditembak karena melaju kencang tanpa mengindahkan sinyal.

Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi menyayangkan dan kecewa atas musibah itu. Menurut dia, kegembiraan rakyatnya atas pembebasan itu menjadi terluka. Kasus itu pula kabarnya yang menyebabkan Berlusconi berencana menarik pasukan Italia di Irak mulai September mendatang. Namun pernyataan itu dikoreksi sehari kemudian. Diduga, dia menarik pernyataan itu setelah bertemu dengan Presiden AS George Walker Bush.

Benarkah penembakan itu sengaja? Dua hasil jajak pendapat menunjukkan pro dan kontra. Hasil jajak pendapat Aljazeera.net membuktikan mayoritas dari 30 ribu responden menilai tragedi tersebut sengaja dilakukan tentara Amerika. Hanya 38 persen menganggap kecelakaan biasa dan 11 persen lainnya tidak tahu. Tetapi muncul kontroversi hasil jajak pendapat yang dilansir ThePollingStation.com kepada 4.000 responden dari tiga kelompok Demokrat, Oposisi, dan Republik di Amerika. Ketiga kelompok menyatakan rata-rata 68,3 persen meyakini murni kecelakaan.

Eduardus Karel Dewanto, Philipus Parera (BBC,AP, AFP, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus